Perceraian orang tua dapat menyisakan luka dalam benak anak. Bahkan, luka yang dialami anak mungkin saja akan terus dibawanya hingga dewasa. Dampak yang terjadi pada setiap anak bisa berbeda-beda, tergantung dari usia anak pada saat orang tua bercerai, kondisi perceraian, serta kepribadian anak tersebut.
Ini Dampak Perceraian terhadap Anak dan Cara Membantunya - Alodokter
Dampak Perceraian terhadap Anak
Walau dianggap bisa menyelesaikan masalah rumah tangga, Bunda dan Ayah tetap perlu mempertimbangkan dengan baik-baik beberapa dampak perceraian yang mungkin bisa memengaruhi perkembangan dan mental Si Kecil.
Sebagian anak yang kedua orang tuanya memutuskan bercerai saat ia berusia 5 tahun atau lebih muda bisa saja merasa asing dengan orang tuanya setelah ia beranjak dewasa.
Ia pun bisa menjadi tidak akrab dan kehilangan ikatan khusus yang umumnya dimiliki oleh orang tua dan anak. Beberapa anak bahkan merasa tidak nyaman saat bersama kedua orang tuanya.
Tak hanya itu, anak yang orang tuanya bercerai umumnya akan merasakan emosi yang campur aduk, antara kaget, sedih, cemas, marah, atau bingung. Sebagian anak juga lebih berisiko mengalami depresi, gangguan perilaku, dan masalah dalam bersosialisasi.
Tak jarang anak akan merasa rendah diri, menarik diri dari lingkungannya, sering menyendiri, dan iri pada anak lain yang memiliki keluarga utuh.
Bantu Anak Melalui Masa Sulit Perceraian Orang Tua
Jika Bunda dan Ayah mau tak mau memilih bercerai, ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk menjaga perasaan Si Kecil, yaitu:
1. Bicarakan pada anak
Sampaikan alasan Bunda dan Ayah bercerai dengan tenang, meski tidak semua alasan perlu diberi tahukan kepada Si Kecil. Berilah pemahaman pada Si Kecil bahwa ia akan tetap mendapatkan kasih sayang dari kalian berdua.
Jika anak masih terlalu kecil untuk memahami ini, berilah pemahaman yang sederhana, misalnya Bunda dan Ayah harus tinggal di rumah yang berbeda agar tidak bertengkar terus-menerus.
2. Pahami dan dengarkan perasaan anak
Ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, anak dapat merasa bingung, sebagian bahkan merasa bersalah, atau merasa orang tua seharusnya lebih memahami dirinya.
Bunda dan Ayah harus mencoba untuk mengesampingkan dulu masalah yang dihadapi. Cobalah untuk mendengarkan Si Kecil, kemudian berikan respons dan penjelasan sederhana terhadap apa yang ia rasakan.
3. Hindari konflik dengan pasangan di depan anak
Peceraian Bunda dan Ayah saja sudah menyisakan luka di hati Si kecil, jangan sampai tekanan yang ia alami semakin berat dengan melihat kalian berdebat atau bertengkar di depannya. Sebisa mungkin hindari hal ini karena akan meningkatkan stres pada anak.
4. Jangan ganggu rutinitas anak
Perceraian umumnya berarti Bunda dan Ayah akan tinggal terpisah. Alangkah baiknya walaupun sudah tidak tinggal bersama, usahakan agar Si Kecil tetap berada di lingkungan yang membuatnya nyaman.
Jika ia terlihat nyaman di lingkungan dan sekolahnya, jangan memaksa untuk pindah sekolah. Bila Si Kecil sudah mengerti, tanyakan pendapatnya apakah ia ingin tinggal di tempat Ayah atau Bunda.
5. Perbaiki hubungan dengan anak
Agar rasa sakit dan luka yang anak rasakan bisa segera membaik, Bunda dan Ayah perlu memperbaiki hubungan dan komunikasikan perasaan kalian berdua dengannya. Ungkapkan permohonan maaf kepada anak atas apa yang terjadi.
Selain itu, sebisa mungkin Bunda dan Ayah tetap terlibat dalam kehidupan Si Kecil, sehingga ia tidak merasa kehilangan perhatian dari kedua orang tuanya.
Selain menerapkan cara-cara di atas, untuk membantu Si Kecil melalui masa sulitnya, sebisa mungkin hindari keluh kesah dan perkataan-perkatan negatif terkait perceraian di depannya, jangan menjadikan anak sebagai perantara atau pengantar pesan, apalagi membuat anak menjadi sasaran pelampiasan.
Bila Bunda dan Ayah mengalami kesulitan dalam melalui perceraian atau Si Kecil menunjukkan tanda stres akibat mengetahui perceraian kalian, sebaiknya konsultasikan ke psikolog guna mendapatkan solusi yang tepat.