Narkoba dan minuman keras pun menjadi santapan dirinya jika sedang berada di klub malam. Kebebasan pribadi adalah yang dicari Fina.
“Waktu saya pake narkoba, parah… Karena tidak satu jenis narkoba yang saya pake. Saya pake ekstasi, pake shabu-shabu, belum lagi minum minuman beralkohol. Jadi bisa melupakan masalah yang ada di rumah, masalah pribadi. Pokoknya yang saya rasakan waktu itu happy” ujarnya.
Bila sudah bersama-sama teman-teman maka tidak ada satu pun yang boleh mengganggu Fina. Deringan telepon dari sang adik bahkan diabaikannya.
“Adik saya sempat nelpon ‘kamu dimana kak, bisa balik ke Jakarta gak?’”
“Gak bisa, gak bisa balik lagi, saya lagi ada acara sama teman-teman”. “Apa yang saya lakukan ini kepada ayah sebenarnya adalah karena kebencian saya kepada beliau yang sewaktu kecil mendidik saya dengan kejam.”
Sejak kanak-kanak, Fina tidak diperbolehkan berteman sama siapa pun. Kegiatan les sekolah pun tidak dibolehkan karena menurut sang ayah dirinya bakal bermain-main.
Tindakan ayah tersebut membuat Fina sakit hati dan itu terus diingatnya sampai ia beranjak dewasa.
Walau ayah sudah jatuh sakit keras, tetapi ia tidak menemukan kebahagiaan di rumah. Hanya narkoba yang benar-benar bisa membuatnya ceria. “Saya bisa mengkhayal yang indah-indah. Walaupun dia terus-terus nelepon, kasih tahu, terserah bapak mati-mati disitu, biarin aja. Saya lagi pergi sama teman saya. Jadi, saya gak bisa lepas momen-momen bahagia saya sama teman-teman hanya untuk masalah-masalah seperti itu.”
Keesokan pagi seusai dugem, Fina pergi ke rumah sakit dimana ayahnya dirawat. Dengan pakaian tadi malam, ia berangkat menuju lokasi.
Sampai di rumah sakit, Fina terkejut karena ternyata sang ayah telah meninggal dunia. “Lihat sosok papa itu waktu terakhir saya lihat, sosoknya boleh dibilang sosok ayah yang beda gitu. yang gak bisa marah, gak bisa apa-apa. Disitulah saya benar-benar terpukul. Jadi penyesalan buat saya itu luar biasa banget.”
“Saya merasa diri saya berlumur dosa. Dosa yang benar-benar besar sekali buat saya, mungkin gak bisa diampunin lah karena saya menjadi anak yang durhaka.”
Di dalam kesedihan sangat karena baru saja kehilangan ayah, sebuah komitmen untuk berubah dibuat oleh Fina. “Saya mau berubah. Saya mau hidup saya jadi lebih baik dan lebih layak.”
Masuk Penjara
Pasca ditinggal ayah dan memutuskan untuk mengubah diri menjadi lebih baik, mantan pacar menelepon Fina. Dengan penuh persahabatan, mantan pacar menelepon meminta untuk bertemu kembali dengannya.
Ajakan tersebut diterima oleh wanita cantik ini karena ia diimingi-imingi akan dikenalkan oleh sejumlah orang yang bisa memberinya pekerjaan lebih baik. “Tapi di tengah perjalanan itu, mantan saya ngajak saya untuk membeli narkoba.”
Tidak memiliki firasat buruk apa-apa, Fina mengikuti saja kemana mantan pacar membawanya. Seusai transaksi beli narkoba selesai, mereka pun melanjutkan perjalanan ke lokasi dimana teman-teman mantan pacar berkumpul.
“Saya disuruh turun di Lobby, ternyata ada orang, laki-laki berpakaian preman….Saya gak tahu kalau di dalam rokok yang dia suruh pegang itu adalah narkoba. Pada saat itu saya dijebak. Mantan pacar saya itu dendam sama saya karena dia tidak terima saya putusin.”
“Saya nangis, merasa dendam sama Tuhan Yesus. Saya benci sama Tuhan. Saya merasa Tuhan gak adil sama saya. ‘Kenapa sih Tuhan mempersulit jalan-jalan saya untuk menjadi lebih baik saat itu’”.
Di sel penjara, Fina menyaksikan banyak tahanan yang dijenguk oleh ibu dan anak-anaknya ataupun sanak keluarga mereka. Sementara hingga berminggu-minggu, baik ibu maupun adik tak kunjung juga menengoknya. “Sakit ya, udah terkurung, terus gak dipedulikan lagi ya. Rasanya kok begini banget. Perasaan saya waktu itu boleh dibilang kosong, saya gak punya siapa-siapa, ya sudahlah saya terima seperti ini.”
Kesepian merasuk ke dalam diri Fina yang sedang dipenjara. Jika dulu, ia selalu meninggalkan mereka. Setelah berada di balik jeruji, ia baru merasakan bahwa ia butuh ibu dan adik-adiknya.
Bertobat Total
Di penjara, Fina berkenalan dengan seorang narapidana wanita. Narapidana wanita inilah yang akhirnya membuka matanya untuk kembali kepada Tuhan. “Dia bilang Tuhan itu baik. Tuhan itu gak seperti yang kamu bayangkan bahwa Tuhan itu jahat.”
“Mungkin bisa aja Tuhan pecut kamu atau Tuhan tegur kamu dengan cara kamu overdosis, kamu meninggal, kamu belum sempat bertobat sama Tuhan, belum sempat memberi yang terbaik sama keluarga. Saya berpikir, ‘iya ya, mungkin ini satu jalan untuk Tuhan tuh bentuk saya’.
Tindakan pertobatan total pun diambil Fina saat itu.
Berjumpa Ibu
Suatu hari, peristiwa yang tidak disangka-disangka terjadi dalam kehidupan Fina. Ibu yang dianggap membuang dirinya ternyata datang menjenguk ke penjara. “Hati saya tuh senang banget.”
Dalam obrolan, sang ibu memberitahu alasan mengapa ia dan adik-adiknya tak menjenguk dirinya beberapa waktu lamanya. “Ternyata saya baru tahu mereka sedang diporakpondakan di luar sana. Yang warungnya digusur, terus adik saya, itu putus sekolah. Mereka ngamen.”
“Jadi saya gak bisa ngebayangin, saat itu sosok adik saya tuh udah kehilangan sosok ayah, kehilangan sosok kakak. Ternyata selama empat bulan itu mereka memperdulikan saya walau mereka ada di luar”
Hati Fina hancur mendengarkan penjelasan sang ibu. Air matanya turun karena dirinya menyesal telah berpikir yang negatif kepada keluarganya selama ini.
Keluar Penjara
Setelah 2 tahun lamanya, Fina pun akhirnya bebas dan sejak hari itu perubahan demi perubahan dirasakan keluarga. Ibunya bahkan mengaku sangat merasakan cinta kasih dari putri sulungnya. “Sama mamanya sayang. Kalau mamanya sakit aja, dia mulai sibuk. Sayang dia sama adik-adiknya”
Walau harus menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan di masa lalu, Fina menyadari ini adalah proses yang Yesus buat di dalam hidupnya. Jika bukan karena dipenjara, ia tidak akan pernah bisa melihat cinta dari ibu dan adik-adiknya. “Yesus itu benar-benar membentuk hati saya yang tadinya punya kebencian, ya masa bodo, saat itu Yesus melakukan suatu perubahan. Saya diproses oleh Yesus. Saya bisa mengasihi keluarga saya lagi”
Membangun Rumah Tangga Sendiri
Melalui pelajaran yang dipetik kini Fina mencoba menerapkan kasih Yesus untuk membangun keluarganya. “Saya percaya bahwa sebenarnya orangtua atau pun keluarga ketika mendidik kita sebenarnya tidak ada yang salah. Mereka mengasihi kita, menyayangi kita, cuma mungkin caranya aja yang salah.”
“Ya dari kisah yang saya alami saat ini, saya banyak belajar untuk bisa mengasihi seperti kasih Yesus terhadap saya dan keluarga saya sehingga nanti saya bisa menerapkan ini buat anak-anak saya nanti, saya bisa mengasihi anak-anak saya, mendidik anak-anak saya dengan kasih seperti kasih terhadap saya dan keluarga,” pungkasnya.