Menurut para ulama, ada empat syarat kebolehan melakukan rujuk antara suami dan istri setelah keduanya melakukan perceraian.
Pertama, istri tidak sampai ditalak tiga. Jika isti ditalak sampai tiga, maka dia tidak boleh dirujuk. Kedua, istri ditalak setelah suami pernah melakukan hubungan badan dengannya. Jika suami belum pernah melakukan hubungan badan dengan istrinya kemudian istrinya ditalak, maka suami tidak boleh rujuk dengannya.
Ketiga, talak tidak disertai dengan membayar uang atau lainnya. Jika talak disertai dengan membayar uang, maka suami tidak boleh rujuk dengan istrinya. Keempat, rujuk dilakukan selama masa iddah. Jika masa iddah telah habis, maka suami tidak boleh dengan istrinya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Sulaiman al-Bujaririmi dalam kitab al-Bujairimi ‘ala al-Khatib berikut;
ÙˆَØ´ُرُوطُ الرَّجْعَØ©ِ Ø£َرْبَعَØ©ٌ Ø£َÙ†ْ ÙŠَÙƒُونَ الطَّÙ„َاقُ دُونَ الثَّÙ„َاثِ Ùˆَ Ø£َÙ†ْ ÙŠَÙƒُونَ بَعْدَ الدُّØ®ُولِ بِÙ‡َا Ùˆَ Ø£َÙ†ْ Ù„َا ÙŠَÙƒُونَ الطَّÙ„َاقُ بِعِÙˆَضٍ ÙˆَØ£َÙ†ْ تَÙƒُونَ Ù‚َبْÙ„َ انْÙ‚ِضَاءِ الْعِدَّØ©ِ
“Syarat rujuk ada empat. Pertama, talak tidak sampai tiga (satu atau dua). Kedua, talak dilakukan setelah suami dukhul (berhubungan badan) dengan istrinya. Ketiga, talak tanpa ada ganti (talak tidak disertai dengan membayar uang). Keempat, rujuk sebelum masa iddah habis.”