Senin, 25 Juli 2022

Siapa Saja Yang Belum Tahu Tata Cara Meminta Ampun Kepada Allah Swt, Coba Baca Panduan Ini

Siapa Saja Yang Belum Tahu Tata Cara Meminta Ampun Kepada Allah Swt, Coba Baca Panduan Ini. Imam Al-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membaca lafal istighfar terakhir ini sebanyak 100 kali dalam sekali duduk.

Sebagai manusia terkadang kita merasa sadar bahwa kita mempunyai banyak kesalahan. Ketika perasaan ini datang, kadangkala kita kebingungan tentang bagaimana cara menebus kesalahan tersebut. Islam mengajarkan bahwa ketika kita menghadapi perasaan semacam ini, kita hendaknya segera memohon ampun kepada Allah SWT.

Memohon ampun kepada Allah disebut istighfar. Istighfar diambil dari kata ghafara-yaghfiru-ghufran yang berarti mengampuni. Ketika diubah menjadi istaghfara ia berubah arti menjadi meminta ampun. Al-Quran mengajarkan agar kita meminta ampunan kepada Allah SWT.

Dalam beberap bagian Al-Quran, Allah SWT menyuruh kita untuk meminta ampun kepadanya. Bahkan, Allah SWT menjanjikan bagi orang yang mau meminta ampun kepada-Nya berbagai macam kenikmatan.

Allah SWT berfirman, “Dan minta ampunlah kepada Tuhan kalian, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, maka dia akan memberi kalian kenikmatan yang baik sampai waktu yang ditentukan, dan Dia akan memberi kemuliaan kepada setiap pemilik kemuliaan. Jika kalian berpaling, sungguh, aku khawatir kalian akan tertimpa azab yang besar.” (QS Hud: 3)

Allah SWT berfirman, “Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Tuhan kalian, kemudian bertaubatlah kepadanya. Maka Dia akan menurunkan air hujan kepada kalian dengan derasnya dan menambah kekuatan kalian. Dan Jangan berpaling sebagai orang yang berbuat jahat.” (QS Hud: 52)

Allah SWT berfirman, “Minta ampunlah kepada Tuhan kalian, karena sungguh, Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS Nuh: 10)

Rasulullah SAW juga diperintahkan untuk memohon ampunan sekalipun beliau adalah manusia yang terjaga dari dosa. Allah SWT berfirman, “Sucikan dengan memuji Tuhanmu, dan mintalah ampunan-Nya. Sungguh, Dia adalah Yang Maha Menerima Taubat.” (QS Al-Nashr: 3).

Berdasarkan keterangan ini, meminta ampun kepada Allah merupakan perkara yang dianjurkan dalam Islam. Karenanya, hendaknya kita senantiasa memperbanyak memohon ampun kepada Allah. Sedangkan cara memohon ampun cukup mudah. Kita dapat mengungkapkannya dengan bahasa kita sendiri. Boleh juga menggunakan redaksi yang terdapat dalam Al Quran, hadis maupun lafal yang biasa digunakan oleh ulama.

Bacaan Untuk Memohon Ampun Kepada Allah

Di antara lafal istighfar yang berasal dari hadis Nabi adalah sebagai berikut:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullahal ‘Azhim Alladzi La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qayyum Wa Atubu Ilaihi

Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang tiada tuhan yang hak disembah kecuali Dia, Yang Maha Hidup Lagi Mengurusi, saya bertaubat kepada Nya. (HR Tirmidzi)

Dalam keterangan lain, Rasulullah SAW beristighfar menggunakan redaksi berikut,

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُورُ

Rabbighfir li wa tub ‘alayya innakat tawwabul ghafur

Ya Tuhanku, ampuni aku dan terima taubatku. Sugguh, engkau adalah Tuhan Penerima Taubat dan Pemberi ampun (HR. Tirmidzi)

Imam Al-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membaca lafal istighfar terakhir ini sebanyak 100 kali dalam sekali duduk.

Demikianlah tata cara memohon ampun kepada Allah. Ada baiknya sebelum memohon ampun kepada Allah, kita melakukan shalat sunnah taubat terlebih dahulu. Tidak lupa, sebelum melaksanakan shalat sunnah taubat, kita mandi taubat dan bewudu secara sempurna. Hal ini agar kita benar-benar khusyuk ketika memohon ampun kepada Allah. Semoga bermanfaat.

Bagi umat Muslim, mengucapkan astagfirullah tentu bukanlah hal yang asing lagi. Sebagai salah satu ucapan dalam bahasa Arab, mengucapakan astagfirullah dapat menguatkan hati dan mendekatkan hati kepada Allah SWT. Akan tetapi masih banyak yang belum mengetahui arti astagfirullah sebagai permohonan ampunan kepada Allah SWT.

Arti Astagfirullah

Astagfirulllah atau dikenal sebagai istighfar merupakan salah satu kalimat istimewa dalam agama Islam. Sebagaimana yang dikutip dari buku Al-Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam an-Nawawi. stighfar merupakan perkataan yang besar. Ia merupakan asas keselamatan seorang hamba bahwa dia tidak akan perna terlepas dari dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Sebagai mana Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 199 yang artinya,

Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dilansir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat 3 arti dari ucapan astagfirullah, yakni. Semoga Allah mengempuni aku, Seruan untuk menyatakan rasa heran bercampur sedih, Seruan untuk menyatakan rasa pasrah (penyerahan diri) kepada Allah SWT supaya diberi ampunan. Ucapan astagfirullah memiliki arti “aku mohon ampun kepada Allah”.

Keutamaan Mengucapkan Astagfirullah

Sebagai salah satu kalimat istimewa, astagfirullah memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

1. Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT

Mengucapkan astagfirullah merupakan salah satu cara memohon ampunan kepada Allah SWT. Semakin sering seorang hamba meminta ampunan, maka ia akan semakin dekat dengan Allah. pasalnya Allah SWT sangat menyukai hamba yang selalu memohon ampun.

2. Ketika Lemah akan Dikuatkan

Manusia adalah mahluk yang lemah, sebab manusia selalu berbuat dosa, tempat salah, mempunyai nafsu yang membawa kepada jurang kesesatan. Ketika masalah datang menghampiri, manusia akan merasa lemah. Seperti saat berbagai masalah dan ujian terasa berat, maka dianjurkan memperbanyak meminta ampunan kepada Allah dan memperbanyak mengucapkan astagfirullah. Dengan meminta ampunan kepada Allah, maka hati manusia akan dikuatkan yang kemudian dinaikkan derajatnya di hadapan Allah SWT.

Hal ini merupakan janji Allah yang ternukil dalam Surat Hud ayat 52 yang artinya,

“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”

3.  Dilancarkan Rezeki

Manfaat lain dari mengucapkan astagfirullah adalah dilancarkan rezekinya oleh Allah SWT. Hidup akan menjadi mudah jika seorang hamba sering mengucapkan astagfirullah. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa pun yang selalu dalam keadaan bertobat, maka Allah akan memberikan sukacita kesedihan, dan kelapangan kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak terduga.” (HR. Ibnu Majah)

Kewajiban beristighfar itu makin kuat bagi orang yang sedang jatuh dalam kemaksiatan dan dosa. Karena siapa yang bisa menghindarkan dirinya sama sekali dari perbuatan dosa? Di sini istighfar berfungsi sebagai perangkat untuk menghilangkan kekurangannya, dan yang dapat mencucinya dari kotoran dosa.

Allah SWT menyebut sifat-sifat kaum muttaqin dalam al Quran sebagai orang yang:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari pada Allah? - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (QS. Ali Imran: 135).

Dan firman Allah SWT:

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. an-Nisa: 110.).

Allah SWT memuji nabi-nabi-Nya dalam Al Qur'an dengan tindakan mereka yang melakukan istighfar itu. Mereka adalah manusia yang paling bersegera dalam melakukan istighfar dan yang paling senang melakukannya.

Dalam kisah Adam, nenek moyang manusia, beliau beristighfar ketika beliau dibujuk oleh syaitan hingga beliau dan istrinya memakan pohon yang dilarang itu. Maka beliau segera meminta istighfar dan kembali kepada-Nya:

"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." [QS. al A'raf: 23.].

Nabi Nuh a.s, pemimpin para rasul itu meminta istighfar bagi dirinya, kedua orang ketuanya, dan bagi semua orang yang berhak atasnya, juga bagi kaum mu' minin dan mu'minat:

"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." (QS. Nuh: 28).

Dan Nabi Ibrahim a.s. berdo'a:

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim: 41).

"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat adn hanya kepada Engkaulah kami kembali, " Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [QS. al Mumtahanah: 4-5.].

Nabi Musa a.s. yang secara tidak sengaja membunuh seorang manusia, sebelum beliau mendapatkan kerasulannya, segera meminta ampunan kepada Rabbnya atas kesalahannya itu.

"Musa mendo'a: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Qashash: 16.).

Pada kesempatan lain, beliau berdoa:

"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." (QS. al A'raaf: 155).

Allah SWT berfirman dalam kisah Nabi Daud a.s:

"Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat" [QS. Shaad: 24].

Dalam kisah Nabi Sulaiman a.s. Allah SWT berfirman:

"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku." (QS. Shaad: 35).

Dan Nabi Muhammad Saw juga diperintahkan untuk bertaubat dalam banyak ayat, seperti dalam firman Allah SWT dalam al Qur'an Makki ini:

"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (QS. Ghaafir: 55).

Dalam al Qur'an Madani Allah SWT memerintahkan beliau untuk beristighfar kepada-Nya, dalam firman Allah SWT:

"Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. an-Nisa: 106).

Juga Allah SWT memerintahkan beliau untuk beristighfar bagi dirinya dan kaum mu'minin dan mu'minat. Yaitu dalam firman Allah SWT:

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan." (QS. Muhammad: 19).

Dan firman Allah SWT:

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS. an-Nashr: 1-3).

Ini adalah bagian dari surah yang diturunkan belakangan. Atau ia diturunkan pada penghujung kehidupan Rasulullah Saw, dan setelah turunnya firman Allah SWT dalam surah al Fath:

"Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu." (QS. al Fath: 2).

Dan ini diturunkan pada tahun keenam hijriah setelah terjadinya perdamaian Hudaibiah yang terkenal itu, yang dinamakan Allah SWT sebagai kemenangan yang nyata.

Namun demikian, Allah SWT tetap memerintahkan beliau untuk beristighfar. Dan Rasulullah Saw adalah manusia yang paling banyak beristighfar kepada Rabbnya. Sahabat beliau pernah menghitung, dalam satu majlis, Rasulullah Saw lebih dari tujuh puluh kali mengucapkan: " Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah Aku taubat".

An-Nasaai meriwayatkan dari Ibnnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah Saw mengucapkan: "Aku memohon ampunan kepada Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Aku memohon taubat kepadaNya" dalam satu majlis ,sebelum bangkit darinya, sebanyak seratus kali. Dalam satu riwayat: "kami menghitung Rasulullah Saw dalam satu majlis mengucapkan: 'Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah daku taubat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun' sebanyak seratus kali." (Fathul Bari: 11/101, 102).

Dalam sahih Muslim dari hadits al Aghar al Muzni diriwayatkan:

"Pernah ada kelalaian untuk berdzikir dalam hatiku, dan aku beristigfar kepada Allah SWT setiap hari sebanyak seratus kali untuk kelalaian itu ".

Dalam sahih Bukhari dari hadits Abi Hurairah r.a.:

"Demi Allah, aku beristighfar dan meminta taubat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali".

Ulama menafsirkan "al ghain" yang berada dalam hati Rasulullah Saw itu adalah: suatu masa Rasulullah Saw tidak melakukan dzikir yang terus dilakukan beliau. Dan jika Rasulullah Saw melupakannya karena suatu hal, maka beliau menganggap itu sebagai dosa, dan beliau ber istighfar kepada Allah SWT dari kelalaian itu.

Ada yang berpendapat: itu adalah sesuatu yang terjadi dalam hati, seperti keinginan hati yang biasa terjadi dalam diri manusia.

Ada yang berpendapat: para nabi adalah orang yang amat berusaha keras untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Karena mereka mengtehui hak-Nya atas mereka sehingga mereka terus bersyukur kepada Allah SWT, dan mengakui bahwa mereka selalu kurang sempurna dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka.

Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkata: adalah Rasulullah Saw selalu meningkat derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang sebelumnya, dan beliau akan ber istighfar atas derajat yang lebih rendah itu. [Fathul Bari: 11/ 102, 102].

Al Muhasiby berkata: malaikat dan para nabi adalah orang yang lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan orang yang lebih rendah derajatnya dari mereka. Dan takut mereka adalah sebuah takut penghormatan dan pemuliaan. Mereka beristighfar dari kekurang sempurnaan dalam menjalankan apa yang seharusnya, bukan karena dosa yang dilakukan.

Qadhi 'Iyadh berkata: sabda beliau: "Wahai Rabb-ku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang aku telah dahulukan dan apa yang aku telah tunda dapat dinilai sebagai sebuah ungkapan dari ketawadhu'an, ketundukan, sikap merendahkan diri, dan sebagai kesyukuran kepada Rabbnya, karena beliau tahu bahwa Allah SWT telah mengampuninya. (Fathul Bari: 11/ 198).

Terdapat hadits sahih dari Rasulullah Saw tentang bentuk redaksional istighfar beliau yang tidak pernah digunakan oleh seorang nabi atau Rasulupun sebelum beliau, yaitu:

"Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, tingkah berlebihan dalam perkaraku, serta apa yang Engkau lebih tahu dariku. Ya Allah ampunilah keseriusan dan sikap humorku, ketidak sengajaan dan kesengajaanku, dan seluruh perbuatan seperti itu yang ada padaku. Ya Allah, ampunilah apa yang aku dahulukan dan apa yang aku akhirkan, serta apa yang sembunyikan dan apa yang aku beritahukan, dan Engkau adalah Yang memajukan dan Engkau pula Yang memundurkan, dan Engkau adalah Maha kuasa atas segala sesuatu." (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abi Musa. Fathul Bari 11/ 196, 197).

Dan Rasulullah Saw bersabda: sayyidul istighfar adalah engkau mengucapkan:

"Ya Allah, Engkau Rabbku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu dan aku akan terus berada dalam jalan dan janji-Mu selama aku mampun. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat, dan aku mengakui nikmat yang Engkau berikan kepadaku, dan aku akui pula dosa yang telah aku perbuat, maka ampunilah daku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain daripada Engkau." (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ad Da'awat dari Syidad bin Aus dengan nomor: (6306)).

Syeikh Ibnu Abi Hamzah berkata: dalam hadits ini terkumpulkan keelokan makna dan keindahan lafazh, sehingga memang ia berhak disebut sebagai sayyidul istighfar. Di dalamnya terdapat pengakuan bagi Allah SWT atas ke-Tuhanan-Nya, bagi diri-Nya semata, dan penyembahan kepada-Nya. Juga pengakuan bahwa Dia adalah Sang Pencipta, pengakuan akan perjanjian yang telah diambilnya dari Allah SWT, pengharapan akan janji yang telah diberikan oleh Allah SWT, perlindungan dari kejahatan yang dilakukan oleh hamba atas diirnya sendiri, penisbahan nikmat kepadaNya, sementara menisbahkan dosa kepada dirinya sendiri, juga keinginannya untuk meminta ampunan, serta pengakuannya bahwa tidak ada seorangpun yang dapat memberikan pengampunan itu selain Allah SWT. Seluruh sisi itu menunjukkan penyatuan antara sisi syari'ah dengan hakikat.. Karena kewajiban-kewajiban syari'ah terwujudkan dengan adanya pertolongan dan bantuan Allah SWT. Inilah apa yang dikatakan sebagai hakikat. (Fathul Bari: 11/100).

Referensi sebagai berikut ini ;