Sejatinya, lanjut Kiai Zakky, sebagian sifat dasar manusia sering dihinggapi kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu, seorang pendosa berat sekalipun diimbau untuk tidak meragukan ampunan Allah swt, karena Allah maha penerima tobat. “Sekiranya seorang hamba, kata Tuhan(Allah Swt), datang kepadaku dan membuat dosa sebesar bola bumi, aku akan datang padanya membawa ampunan sebesar bola bumi juga,” papar Dosen Senior di Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Dijelaskan bahwa pokok utama dalam bertobat adalah penyesalan terhadap dosa-dosa. Dalam pengalaman hidup manusia, lanjut Kiai Zakky, tak jarang manusia terpeleset pada perbuatan tercela. Kemudian tobat hadir untuk dapat membuat seorang hamba mendapat ampunan Allah swt.
Ketika seseorang sadar telah berbuat kesalahan, sambung Kiai Zakky, maka segeralah menyesali perbuatan tersebut lalu mohonkan ampun kepada Allah. Dan jangan sekali-sekali mengulanginya. “Menyesal, bertobat, dan tidak mengulangi,” kata penulis buku Riyadhul Mu’min ini. Kiai Zakky menyebut bahwa tobat nasuha adalah bentuk permohonan ampun tertinggi.
Darinya, seseorang berkomitmen secara sungguh-sungguh tidak akan terjerembap pada dosa kesalahan untuk selama-lamanya. Kendati Allah Swt sungguh maha penerima tobat, disebutkan bahwa jangan pernah sekalipun dengan sengaja mengulangi perbuatan dosa.
Hal itu sama saja dengan meremehkan agama. “Sedangkan mereka yang bertobat kemudian mengulangi kembali perbuatan dosanya, orang itu disebutkan sebagai orang yang mempermainkan agama. Mempermainkan agama itu dosa besar,” ungkap KH. Zakky Mubarak tersebut.
“Allah Swt maha bijaksana menerima tobat hamba-Nya yang bersungguh-sungguh betapa pun besar dosa yang dilakukan akan diampuni oleh Allah Swt. Allah Swt maha perkasa dan bijaksana,” imbuh KH. Zakky Mubarak tersebut.
Referensi sebagai berikut ini ;