Manusia mana yang tidak pernah bersedih dalam kehidupan? Bahkan Rasulullah SAW pun juga pernah bersedih. Ingatkah kalian bahwa sesedih apapun kalian, kehidupan akan terus berjalan? Dan ingatkah kalian bahwa satu-satunya yang tidak akan meninggalkan kalian hanya Allah SWT?
Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin meyakinkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Ya, kebahagiaan adalah hal yang semu, begitu pula dengan kesedihan. Ada banyak sekali firman Allah yang jika ditafsirkan akan menjadi obat hati saat gelisah. Namun, terkadang kita terburu-buru menyalahkan keadaan. Coba resapi firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Ali’Imran : 139!
ÙˆَÙ„َا تَÙ‡ِÙ†ُوا ÙˆَÙ„َا تَØْزَÙ†ُوا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ُ الْØ£َعْÙ„َÙˆْÙ†َ Ø¥ِÙ†ْ ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُّؤْÙ…ِÙ†ِينَ
Artinya :
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).
Dalam ayat tersebut kita pasti akan mengartikan bahwa Allah melarang kita bersedih. Padalah ayat tersebut memiliki makna bahwa sedih tidaklah bisa mendatangkan manfaat, tidak pula menolak bahaya. Jadi, kadang sedih itu tidak bermanfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat tentu tidak diperintahkan oleh Allah. Dan sebaiknya kita tidak berlarut dalam kesedihan, karena kita adalah orang yang beriman.
Meskipun demikian, Allah tetap bersama kita. Dalam situasi apapun, Allah akan tetap bersama kita. Sebagaimana firman Allah Surah At-Taubah : 40
Ù„َا تَØْزَÙ†ْ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ù…َعَÙ†َا….
Artinya :
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita…” (QS. At Taubah: 40).
Jadi jangan lupa tetap mengingat Allah Swt dalam kondisi apapun.
Tahukah kalian bahwa Allah juga menyiapkan pahala bagi suatu kesedihan? Apakah kesedihan yang dapat berbuah pahala? Perhatikan baik-baik ya!
Ada kesedihan yang berbuah pahala dan terpuji. Dari sisi lain yang dinilai berpahala, bukan dari sedih itu sendiri. Misalnya adalah sedih karena musibah menimpa agamanya dan sedih karena musibah yang menimpa banyak kaum muslimin. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada kebaikan dan membenci kejelekan. Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan jihad, tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan mudhorot (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan dosa yang hilang karena kesedihannya. Jangan bersedih untuk hal-hal yang tidak dipentingkan ya. (QS. Yunus 10: Ayat 65)
ÙˆَÙ„َا ÙŠَØْزُÙ†ْÙƒَ Ù‚َÙˆْÙ„ُÙ‡ُÙ…ْ ۘ Ø¥ِÙ†َّ الْعِزَّØ©َ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ جَÙ…ِيعًا ۚ Ù‡ُÙˆَ السَّÙ…ِيعُ الْعَÙ„ِيمُ
Artinya :
“(Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka) terhadap dirimu, seperti perkataan mereka, Engkau adalah bukan utusan Allah, dan lain sebagainya. (Sesungguhnya) huruf inna di sini merupakan pertanda isti’naf atau kalimat baru (kekuatan itu) kekuatan (adalah kepunyaan Allah seluruhnya. Dialah Yang Maha Mendengar) semua perkataan (lagi Maha Mengetahui) semua perbuatan, maka karenanya Dia membalas perbuatan mereka dan menolong kamu.”
Referensi sebagai beriku ini ;