Sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah Ayat 188:
وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
Efek harta haram akan membuat orang yang memakan atau menggunakannya gampang berkhianat. Kenapa? Karena di dalam tubuhnya ada hormon-hormon yang keropos atau dilemahkan akibat makanan haram tersebut. Akibatnya, dia tidak hanya gampang mengkhianati orang-orang yang dicintainya, tetapi pengkhianatan terbesar pun dilakukan yaitu berkhianat kepada Allah Ta’ala. Ia lebih gampang mengabaikan Allah.
Jika sekeluarga makan harta haram. Ayah, ibu, dan anak. Karena harta yang dimakan sama-sama haram, maka jangan dicari dari mana sumber pengkhianatan itu datang. Ayah berkhianat kepada anaknya, misalnya. Mungkin dia kelihatan cinta kepada anaknya, tapi dia mengkhianati dengan tidak memberinya waktu yang memadai.
Waktunya habis untuk pekerjaan, karir, hobbi, membangun bisnis dan relasi. Akibatnya apa? Anak-anaknya kurang kasih sayang, hingga banyak sekali persoalan yang membuat sang ayah kerepotan. Bahkan, harta dari hasil kerjaan yang dikumpulkan bertahun-tahun, bisa habis dalam sekejap untuk menebus masalah anak-anaknya.
anak mungkin juga berkhianat kepada bapaknya. Bentuk pengkhianatan anak-anak kepada ayahnya macam-macam. Misalnya, terlibat kasus narkoba, penyakit sosial, dan lainnya. Jika anak-anak salah urus, siapa yang repot? Ayah dan tentu juga ibunya, bukan?
Nah yang tak kalah seru, adalah pengkhianatan antara suami dan istri. Suami berkhianat kepada istrinya, sebaliknya istri berkhianat kepada suaminya. Kasusnya, bisa macam-macam sehingga gampang sekali retak, bahkan cerai. Kalau sebuah pasangan sudah cerai, kemana obat akan dicari? Mungkin pengadilan agama yang tahu jawabannya dan paling banyak menangani kasus-kasus perselisihan, perselingkuhan, kekerasan, dan lainnya. Siapa yang repot?
Gara-gara makanan haram, anak bermasalah. Ayah berperkara. Ibu pun tak jarang dirundung polemik. Tak hanya itu, kendaraannya pun ikut bermasalah, tanahnya disengketakan, usahanya dipailitkan, aset-asetnya disita, dan lain sebagainya.
Jadi, semua berawal dari satu masalah, yakni makanan yang haram. Padahal, solusinya gampang, tinggalkan! Jangankan hal-hal yang sudah nyata-nyata haram, sesuatu yang dianggap batil saja, begitu kita tersadar, segera tinggalkan. Meski sebenarnya menang di pengadilan, karena pengadilan bukan pemutus tentang halal haram. Pengadilan pun tak mampu menghalalkan hal yang sudah haram.
Dan ingat! Makanan yang kita makan, gunakan, pakai, dan nikmati, mungkin saja dianggap halal semuanya. Cek dulu, kita masih menggunakan jasa perbankan ribawi tidak? Pinjam duit berbunga, nggak? Kredit mobil, kredit motor, kredit rumah? Nah, kalau itu ada bunganya, maka itu riba. Riba itu haram. Tempat bagi pemakan riba itu adalah neraka, karena ia memakan harta haram. Bagaimana agar kita bisa selamat? Ya, tinggalkan!
Masih enggan juga meninggalkannya? Ingat, semakin lama dan semakin banyak harta haram yang kita makan, akan semakin kronis juga efek yang ditimbulkan. Setelah melemahkan hormon tubuh yang memudahkan kita berkhianat, makanan haram juga perlahan akan menghilangkan hormon cinta.
Cinta kepada anak terkikis, cinta kepada istri terkikis, cinta kepada suami juga terkikis. Jika itu terus menerus terjadi (tetap makan makanan haram), maka akan hilang lagi satu hormonnya, yaitu hormon yang akan mengakibatkan kecemasan secara terus menerus.
Pertama kali berkhianat, lalu hilang rasa cinta, dan ketiga membuat kita selalu cemas. Tidak bahagia, padahal mungkin uang banyak. Tidak puas, padahal mungkin asetnya banyak. Kalau banyak makan riba, yakinlah bahwa itu akan membawa jauh dari Allah.
Apa yang didapati seseorang jika ia kehilangan Allah dan apa yang hilang dari seseorang jika ia sudah menemukan Allah. Di bumi mana pun kita berada, di sana ada Allah. Sehebat apa pun negara yang kita pijak, kalau di situ tidak ada Allah, yakinlah akan hilang segalanya…
Jika seseorang menemukan Allah maka dia akan menemukan segala-galanya. Tetapi jika seseorang kehilangan Allah maka dia pun akan kehilangan segalanya
Referensi : Tahu Kebatilan, Segera Tinggalkan Semudah Melakukannya