إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang orang yang beriman, tetapi belum berhijrah maka tidak ada kewajiban sedikitpun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Cara Sikap Mujahadah an Nafs dalam Kehidupan Sehari Hari
- Ketika kita diundang untuk menonton film, ketika orang tua kita tidak punya uang untuk membeli tiket, kita harus bisa melawan ego kita untuk terus menonton film.
- Ketika kita lelah, ingin beristirahat, tetangga menyalakan radio dengan keras sehingga mengganggu kita, kita harus bisa menahan diri agar tidak marah, tetapi bisa mengingatkan tetangga dengan lembut
- Menahan emosi, ketika akan beristirahat namun anak-anak ramai bermain
- Bersabarlah dan sisihkan lebih banyak waktu dalam membuat keputusan bahwa keputusan yang diambil tidak didasarkan pada nafsu belaka
- Mencoba dengan sekuat tenaga untuk mengendalikan nafsu yang mengarah pada tindakan tidak bermoral dan dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya
Sifat-Sifat Mulia: Mujahadah An-Nafs, Husnuzan dan Ukhuwah – Sebagai umat Islam yang baik, meniti hidup dalam kemuliaan adalah keadaan dimana seseorang menjalani kehidupan dengan berpegang teguh sepenuhnya kepada Al-Quran dan Sunnah nabi serta menerapkan sifat mulia Nabi Muhammad. Mulai dari aktivitas yang paling kecil sampai aktivitas yang kompleks, semuanya berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah nabi.
Misalnya, mulai dari makan, bekerja, bersosialisasi dengan makhluk hidup lainnya, semuanya berlandaskan dengan Al-Quran dan Sunnah, inilah yang dimaksud dengan meniti kehidupan dengan kemuliaan. Semua hal dan aktivitas dimuka bumi diciptakan bukan karena sebab atau sia-sia, melainkan berguna dan penuh kemuliaan.
Meniti hidup dengan mengikuti Al-Quran dan Sunnah-Nya tidak hanya mendapat kemuliaan di dunia, namun juga kemuliaan di kehidupan selanjutnya. Mengendalikan diri dari nafsu, berprasangka baik adalah beberapa cara untuk menerapkan kehidupan untuk memperoleh kemuliaan di hadapan Allah SWT. Untuk memahami bagaimana cara meniti kehidupan dengan kemuliaan, simak tulisan di bawah ini.
A. Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
1. Pengertian Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat, menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh. Dapat disimpulkan bahwa arti dari Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada kejelekan. Pada buku Mujahadah, memiliki makna sebuah upaya untuk menggapai Ridah Allah Swt. yang merupakan amalan yang akan membuka pintu hidayah.
2. Dalil tentang Sifat Mulia Mujahadah An-nafs
Mujahadah an-nafs dibahas dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 72 yang berbunyi :
“Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.“
Didalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan memberikan derajat yang mulia untuk orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad. Peristiwa hijrah disini merupakan sebuah penerapan dalam agama islam tentang pentingnya menjaga, dan menegakkan nilai-nilai dalam kemanusiaan.
Umat islam yang taat hendaknya berjuang di jalan Allah SWT dengan bersedia menanggung semua risiko dan siap mengorbankan semua harta dan jiwanya. Di dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa umat islam harus bertindak sesiao dengan ketetapan yang telah Allah SWT tetapkan, karena Allah SWT maha melihat dan maha mengetahui.
3. Macam-Macam Hawa Nafsu
Dalam dinamika kehidupan manusia, seseorang tidak hanya dikarunia sifat mulia, melaikan juga hawa nafsu yang bertentangn dari sifat mulia yang bisa dimiliki oleh seseorang. Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:
a. Nafsul Ammarah
Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan, syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.
b. Nafsul Lawwamah
Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2, ayatnya berbunyi :
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”
Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir. Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :
مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”
c. Nafsul Muthmainnah
Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surat Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi:
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ
“Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa dilakukan dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak bicara bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.
4. Tingkatan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
Menurut Ibnul Qayyim, melawan nafsu ada empat tingkatan yaitu:
- Menahan nafsu dalam ta’limul huda wa dinil haq, atau menahan dalam mengenal petunjuk dan agama yang benar.
- Menahan nafsu dalam mengamalkan agama yang benar setelah memiliki ilmunya.
- Menahan nafsu dalam dakwah kepada kebenaran.
- Menahan nafsu dalam bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kejahatan manusia.
5. Manfaat Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
Menahan hawa nafsu dalam diri, memiliki beberapa manfaat atau kemuliaan yaitu:
- Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang untuk lebih taat kepada Allah SWT.
- Mengendalikan nafsu bisa menghindarkan seseorang dari tenggelamnya nikmat dunia.
- Dengan mengendalikan hawa nafsu, kesabaran dalam menghadapi ujian akan bertambah dan juga dapat memusuhi kemaksiatan.
- Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang ke jalan yang lurus, yang membawa kepada ridho Allah SWT.
- Mengendalikan hawa nafsu bisa memusnahkan syaitan di dalam diri seseorang tersebut.
Kita sebagai manusia harus sadar bahwa mengendalikan diri tidak semudah yang dibayangkan orang selama ini. Walau begitu, buku Mengendalikan Hawa Nafsu yang ada dibawah ini mencoba untuk memberikan cara yang dapat Grameds lakukan untuk tidak menjadi budak nafsu dalam hidupnya sendiri.
6. Ciri-Ciri dari Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
Orang-orang yang dapat mengendalikan nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Mampu mengontrol sikap dan perilaku, hal ini ditandai dengan kemampuan dalam menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
- Mampu menunda untuk memuaskan diri sendiri
- Mampu mengantisipasi perilaku yang tidak diinginkan
- Mampu menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan atau melihat selalu ke sisi yang positif
- Mampu mengontrol dalam mengambil keputusan.
7. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
Berikut adalah beberapa contoh perilaku mengendalikan diri dari nafsu:
- Ketika ada seseorang yang mengejek, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan bersabar dan tidak membalas ejekan atau cemooh dari orang tersebut.
- Ketika ada orang yang berbuat salah, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan cenderung memaafkan kesalah yang orang perbuat padanya.
- Ketika ditimpa oleh musibah, seseorang yang bisa mengendalikan diri dari nafsunya akan menghadapi cobaan tersebut dengan ikhlas dan selalu memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
- Seseorang yang bisa mengendalikan nafsu tidak akan membalas kedengkiaan seseorang terhadap dirinya sehingga dirinya dijauhkan dari sifat iri dan dengki.
- Selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya dan tidak mengingkari nikmat tersebut.
- Orang yang bisa mengendalikan diri dari nafsu akan menjaga lingkungannya, menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal serta rajin berolahraga.
B. Sifat Mulia Husnuzan
1. Pengertian dari Sifat Mulia Husnuzan
Husnuzan adalah salah satu sifat mulia Nabi Muhammad yang disukai oleh Allah SWT. Husnuzan berasal dari bahasa arab. Husnuzan terdiri dari dua kata yaitu husnu dan zan. Husnu memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu baik. Sedangkan zan memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu prasangka.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa husnuzan adalah memiliki prasangka baik terhadap sesama manusia, kepada Allah SWT dan juga semua makhluk yang ada di bumi, sehingga bisa menciptkana hungungan yang baik. Lawan dari sifat husnuzan adalah berburuk sangka atau suudzon. Suudzon adalah berprasangka kepada orang lain dengan hal-hal buruk, padahal hal tersebut belum tentu benar adanya.
Dengan memiliki sifat yang selalu berbaik sangka tentunya seseorang akan disenangi oleh orang lain karena sifat yang selalu positif dari dirinya menyebar luas kepada yang lain. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menanamkan sifat husnuzan ini pada setiap orang dan salah satu caranya adalah dengan membaca buku Yuk, Husnuzhan!
2. Dalil tentang Sifat Mulia Husnuzan
Penjelasan tentang sifat mulia Husnuzan tertera dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT menegaskan dua hal utama. Hal yang pertama adalah bahwa sesungguhnya sesama orang mukmin adalah bersaudara. Hal yang kedua adalah jika ada perselisihan di antara saudara, maka Allah memerintahkan kita untuk melakukan perdamaian. Hal ini juga dijelaskan kembali dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi :
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah, perbaiki lah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takut lah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwaytkan bukhari juga mengatakan bahwa manusia tidak akan dianggap beriman kecuali jika orang tersebut menyayangi saudara sesama mukmin lainnya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.
Husnuzan juga dijelaskan dalam hadis yang diriwaytkan oleh muslim yang berbunyi :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي
“Sesungguhnya Allah berkata: Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.”
Ada juga hadis yang diriwayatkan bukhari, haditsnya berbunyi :
ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟﻈَّﻦَّ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻈَّﻦَّ ﺃَﻛْﺬَﺏُ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ
“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.”
Selain itu, ada juga hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”
3. Manfaat Sifat Mulia Husnuzan
Husnuzan memiliki beberapa manfaat yaitu:
- Membuat manusia jadi lebih dekat dengan Allah SWT
- Membuat manusia jadi bersungguh-sungguh dalam beramal
- Menanamkan sikap tawakal dalam diri
- Memberi ketenangan jiwa
- Hubungan sesama manusia menjadi lebih baik
- Menghindari manusia dari rasa menyesal karena berburuk sangka terhadap orang lain
- Menghindari manusia dari rasa iri hati terhadap apa yang orang lain miliki
4. Contoh Sifat Mulia Husnuzan
Berikut adalah beberapa contoh sifat mulia Husnuzan yang bisa diterapkan dalam sehari-hari:
- Memberikan apresiasi kepada pencapaian teman atau orang lain
- Menghargai pendapat orang lain dan menerimanya walaupun pendapat itu berlawanan dengan pendapat kita
- Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan rasa tanggung jawab.
Dengan melihat segala sesuatu dari sisi baiknya kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sebagai salah satu contoh dari sikap husnuzan, buku The Power Of Husnuzan yang ada dibawah ini dapat Grameds baca.
C. Sifat Mulia Ukhuwah
1. Pengertian Sifat Mulia Ukhuwah
Ukhuwah adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab. Ukhuwah berasal dari kata akhu yang memiliki arti saudara. Ukhuwah atau persaudaraan ini bukan hanya sebatas hubungan kerabat dalam keturunan, namun juga persaudaraan dalam islam. Persaudaraan dalam islam merupakan persaudaraan yang diikat dengan akidah dan fungsi kemanusiaan, sesama makhluk Allah SWT.
Oleh karena itu, kita tidak boleh berambisi untuk memuaskan diri sendiri, tetapi berusaha untuk bergembira serta merasa lapang karena dapat melaksanakan sesuatu dengan orang lain. Hal tersebut menggambarkan keikhlasan dan persaudaraan yang tetap terjaga menurut buku Risalah Ikhlas & Ukhuwah.
Persaudaraan diantara sesama manusia ini tidak memandang latar belakang keturunan, atau hal-hal pertimbangan lainnya. Persaudaraan ini juga diharuskan untuk saling memberikan perhatian di antara mereka. Ukhuwah sendiri dibedakan menjadi tiga, Ukhuwah islamiyah, Ukhuwah Insaniyah dan juga Ukhuwah Wathaniyah.
Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang dimiliki antara sesama penganut agama islam. Ukhuwah Islamiyah mengajarkan bahwa setiap muslim adalah saudara bagi sesama muslim lainnya. Sedangkan Ukhuwah Wathaniyah adalah konsep persaudaraan sebangsa tanpa memandang agama atau memandang suku. Ukhuwah Insaniyah artinya persaudaraan yang hadir dalam sesama manusia di seluruh dunia. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi :
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain karenaboleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
2. Dalil Sifat Mulia Ukhuwah
Sifat mulia ukhuwah atau persaudaraan ini dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
selain itu, di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir, Rasulullah SAW bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai saling mengasihi dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, maka dari itu akan menyebabkan tidak dapat tidur dan merasa demam.”
3. Manfaat Sifat Mulia Ukhuwah
Sama dengan sifat mulia ukhuwah juga diajarkan dan dimiliki oleh Rasullah SAW, sehingga sifat mulia ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
- Menumbuhkan sifat dan perilaku saling menghargai walaupun adanya perbedaan
- Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan, sehingga meminimalisir terjadinya suatu konflik
- Menumbuhkan rasa pengertian antar individu yang satu dengan individu lainnya
- Meningkatkan rasa tolong-menolong terutama terhadap individu yang sedang membutuhkan bantuan atau pertolongan.
4. Contoh Sifat Mulia Ukhuwah
- Menjenguk saudara yang sedang sakit, atau membantunya dan memberikan kebutuhan yang ia butuhkan.
- Membantu teman atau kerabat yang terkena musibah.
- Jika ada orang yang bertengkar, kita berusaha mendamaikan mereka
- Bergaul dengan orang tanpa memandang agama, suku, dan budaya yang mereka anut.
- Menghindari pertengkaran karena itu akan merugikan orang lain.
Dengan membangun sifat persaudaraan tersebut, kita akan menjadi merasakan perasaan nikmat dan hal tersebut dibahas dalam buku Nikmatnya Merajut Ukhuwah yang ditulis oleh Abu Jawwad M.
Nah, itulah penjelasan tentang sifat- sifat mulia yang perlu Anda ketahui sebagi umat agar islam. Terlepas dari nilai-nilai dan ajaran gama, memiliki sifat muli dan baik adalah salah satu hal keharusan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Itulah agama juga sangat menekankan manusia untuk tersu berbuat baik di muka bumi dan memiliki sifat- sifat mulia.
Referensi : Mujahadah An Nafs dalam kehidupan sehari hari