Ujian dan Cobaan Bukti Cinta Allah Swt Terhadap HambaNya. dunia yang kita tinggali sekarang ini sejatinya sebuah panggung ujian untuk setiap makhluk yang mencari kehidupan di atasnya. Tak ada seorang pun yang hidupnya tak diuji. Setiap detik yang kita jalani ini merupakan ujian dari Allah. Mungkin kita belum menyadarinya bahwa sebenarnya ujian itu tak pernah benar-benar berhenti mengikuti langkah kaki kita. Ujian setiap orang berbeda. Tak ada yang sama persis. Jenis ujian yang Allah berikan tergantung dari sifat, kondisi, dan situasi hambaNya. Tujuan Allah memberikan ujian yang berbeda kepada setiap hambaNya adalah agar semua hambaNya yang Dia uji dapat lolos dari ujian tersebut dan menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Allah tahu bahwa kemampuan seseorang itu berbeda-beda, maka Allah berikan pula ujian yang berbeda. Maka dari itu, ingatlah, Allah tidak pernah memberikan ujian melebihi kapasitas dan kemampuan hambaNya. Allah tak pernah memberi ujian melebihi apa yang bisa dilakukan oleh hambaNya. Untuk itu, tidak ada alasan lagi bagi kita berputus asa dari rahmat Allah.
Selain untuk menakar kadar keimanan seorang hamba, tujuan dari diujinya seseorang oleh Allah adalah agar hamba itu kembali ke naungan Allah. Allah rindu dengan isak tangis seorang hamba sambil menengadahkan tangannya memohon meminta agar Allah mudahkan semua urusannya. Allah rindu pada hambaNya yang telah mulai menjauh dari rahmatNya. Allah rindu mengabulkan doa-doanya. Allah tak rela bila hambaNya melupakanNya. Untuk mendapatkan hambaNya kembali, Allah beri hambaNya itu sebuah ujian yang membuatnya kembali ingat akan hadirnya Allah dalam hidupnya.
Pembaca, kita bisa saja sesumbar bahwa ada iman kepada Allah dalam hati kita. Namun, keimanan kita yang sesungguhnya akan terungkap dengan adanya sebuah ujian. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 2 yang artinya,
“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?”
Nah, bagaimana tingkat keimanan seseorang akan benar-benar terlihat dari bagaimana ia menghadapi dan menyikapi ujian itu. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah, ia akan menyikapi ujian tersebut dengan ikhlas dan berusaha semaksimal mungkin kepada Allah bahwa ia benar-benar beriman. Ia akan terus melibatkan Allah dalam segala hal. Bersabar, ikhlas, dan pantang putus asa adalah caranya dalam menghadapi segala ujian yang menerpanya.
Berbeda dengan orang yang hanya mengaku beriman. Cara ia menyikapi dan menghadapi ujian jauh dari kata beriman. Begitu ujian yang hanya sekadar bertamu di kehidupannya itu datang, ia langsung larut dalam kesedihan seolah dunianya runtuh dan hancur. Ia mulai menyalahkan keadaan dan sekitarnya sebagai penyebab musibah itu datang padanya. Ia jatuh ke dalam pelukan putus asa karena lupa bahwa Allah selalu ada untuknya. Akhirnya, mencari jalan keluar yang sama sekali tidak Allah ridhoi.
Apakah Allah menguji hambaNya hanya dalam bentuk kesulitan yang mengakibatkan kesedihan dalaknhati belaka? Tentu tidak. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 35 yang artinya,
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa Allah akan menguji manusia dengan keburukan dan kebaikan. Itu artinya Allah tidak hanya memberikan musibah sebagai ujian manusia, tetapi Allah juga akan menguji manusia dalam bentuk kebahagiaan, kesenangan, harta yang melimpah, dan hal lain yang membuat manusia merasa gembira. Ujian dalam bentuk kesenangan ini bisa jadi lebih sulit untuk dilewati oleh seorang hamba.
Seringkali manusia akan lupa bahwa di balik kesuksesan dan keberuntungannya ada Allah yang memungkinkan semuanya terjadi. Tak jarang mereka menganggap bahwa semua prestasi yang mereka dapatkan semata karena kerja keras dan kemampuannya sendiri. Maka, mereka dengan mudahnya bersikap sombong dan merasa bangga dengan apa yang telah ia miliki. Bahkan, sikap tercela mereka tak berhenti sampai di situ. Mereka kerapkali menghina dan merendahkan orang lain yang secemerlang mereka. Nauzubillah min dzalik. Inilah ujian bagi orang-orang yang Allah beri kesenangan; bagaimana caranya agar tetap mengingat Allah dalam setiap kegembiraan yang ia rasakan; bagaimana caranya agar tetap menyadari bahwa Allah-lah yang memberikan semua hak baik dalam hidupnya; bagaimana ia tetap bersikap rendah hati karena segala kerja kerasnya tak akan bernilai apa-apa tanpa campur tangan Allah.
Allah tak suka bila hambaNya itu bersikap sombong dan menghina orang lain. Allah tak ingin membiarkan perbuatan tercela itu berlangsung lebih lama karena akan berpotensi mengakibatkan banyak mudhorot. Untuk itu Allah menegur hamba tersebut agar ia menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang Allah ridhoi. Allah timpakan musibah atasnya sebagai teguran. Allah tunggu taubat dan permohonan ampun dari hambaNya itu. Jika hamba tersebut benar-benar menyadari kesalahannya dan bertaubat, maka Allah akan mengampuninya.
Inilah bukti cinta Allah terhadap seorang hamba. Allah tak pernah menginginkan hambaNya tergelincir dalam lembah kenistaan. Di sisi lain, Allah juga ingin mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Untuk itu Allah berikan musibah dan anugerah kepada hambaNya sebagai bentuk ujian. Allah juga telah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu. Allah juga telah menghadirkan Rasulullah sebagai suri tauladan yang bisa kita contoh dan juga hadits-hadits beliau untuk kita jadikan rujukan setelah Al-Qur’an. Allah juga telah menempatkan para alim ulama di tengah-tengah kita sebagai pembimbing. Jadi, apakah itu tidak cukup membuktikan bahwa Allah sangat mencintai kita? Allah tidak meninggalkan kita hanya karena Ia memberi sebuah ujian. Allah memberi ujian lengkap dengan segala solusinya. Allah tak pernah meninggalkan hambaNya seorang diri. Kitalah yang kerapkali lupa dan lari dari naunganNya.
Tanda bukti betapa Allah sangat mencintai dan menyayangi hambaNya juga terdapat dalam sebuah hadits yang artinya, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa tatkala seorang muslim merasa sedih, apapun penyebabnya, maka sejatinya Allah sedang menghapus dosa-dosanya. Sedangkan, seperti yang telah kita ketahui, yang berkuasa dan berhak memberikan kesedihan kepada seorang manusia hanyalah Allah semata serta kesedihan adalah salah satu bentuk ujian dari Allah. Maka dengan kata lain, sebenarnya, Allah menghapus segala dosa seorang hamba dengan sebuah ujian. Masihkah kita meragukan cinta dari Allah?
Sikap dalam Menghadapi Ujian
Musibah kerapkali membuat hati tersayat. Terlampau sedih membuat kita lupa bahwa semua yang terjadi atas hidup kita atas kekuasaan Allah. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus ingat untuk mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Kalimat istirja ini tak hanya diucapkan pada saat mendengar berita ada seseorang yang meninggal saja, tetapi untuk semua musibah dalam bentuk apapun yang menimpa diri sendiri atau orang lain.
Kalimat innalillahi wa Inna ilaihi bermakna semua adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Kalimat ini adalah obat mustajab bagi mereka yang sedang Allah uji. Di tengah perasaan yang kalut dan kacau balau, kalimat ini mampu menyadarkan dan menenangkan kita, jika Allah sudah menakdirkan musibah ini kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita. Semua ini terjadi atas kehendak Allah dan pada akhirnya semua yang ada di dunia ini akan kembali kepada Allah.
Referensi sbb : Ujian dan Cobaan Bukti Cinta Allah Terhadap HambaNya