Mungkin pernah mengeluhkan penyakit umum seperti maag atau diare yang berkepanjangan. Namun ketika dikonsultasikan ke dokter, penyebabnya tidak ditemukan. Meski terdengar janggal, hal ini bisa dialami siapa saja. Dan lagi, penyakit psikosomatik yang sulit diketahui ini bisa jadi gejala gangguan pikiran yang kita sendiri belum menyadarinya. Pada artikel kali ini, kita akan mengenali lebih jauh isu kesehatan khusus ini bersama dokter dari tim Jovee, Fala Adinda. Sehingga, nantinya kamu bisa lebih mengetahui bahwa penyakit fisik tidak hanya berasal dari faktor kesehatan tubuh tapi juga kesehatan mental.
Apa Itu Psikosomatik?
Psikosomatik diambil dari dua kata “psykho” yaitu pikiran dan “soma” yang berarti tubuh. Secara umum, psikosomatik merupakan penyakit fisik yang timbul karena gangguan pikiran, entah itu stres atau depresi. Seperti yang diungkapkan dr. Fala, “Penyakit-penyakit itu dia munculnya, akar penyebabnya itu bukan viral, bukan bakteri gitu, tapi memang pikiran kita sendiri.” Bahkan, psikosomatik tidak hanya memicu penyakit, tapi juga membuat penyakit yang sudah ada makin parah.
Contoh kasus penyakit psikosomatik adalah orang yang mengidap maag yang hebat, sampai ia mual dan muntah. Ia lalu memutuskan pergi ke dokter. Setelah diperiksa, dokter tidak menemukan ada yang salah darinya. Bahkan, ia sendiri menjalani pola makan yang normal dan jarang mengonsumsi makanan pedas.
Meski dokter sudah meresepkan obat untuk mengatasi masalah kesehatannya, orang yang sebenarnya menderita psikosomatik ini tetap akan kembali ke dokter dengan keluhan yang sama lagi. Jika kamu mendapati hal serupa dan sedang mengalami stres atau gangguan pikiran lain di saat yang sama, ada kemungkinan kamu sedang terjangkit masalah psikosomatik yang muncul dalam bentuk hampir semua penyakit.
Perbedaan Psikosomatik dengan Gejala Stres dan Waham Somatik
Perbedaan dengan Gejala Stres
Meski memang bisa diakibatkan stres, depresi, serangan panik, dan lain sebagainya, psikosomatik tidaklah sama dengan gejala stres. Namun, gejala stres, seperti mulas, mual, dan keringat dingin, bisa jadi tanda atau pemicu psikosomatik itu sendiri. Stres dan psikosomatik memiliki keterkaitan besar karena dari gangguan pikiran itulah gejala psikosomatik yang berupa penyakit fisik bisa terjadi, terlebih bila stres atau gelisah tersebut dialami secara terus-menerus.
Perbedaan pasien psikosomatik dan pasien dengan “mental illness” terletak dari tanda akan keluhan yang dimilikinya. Jika pasien mental illness hanya mengeluhkan penyakit berdasarkan halusinasinya, berbeda dengan pasien psikosomatik yang memang mengeluhkan penyakit atau gangguan fisik yang benar adanya dan sedang dia alami.
Pasien mental illness mungkin akan mengatakan kalau di dalam perutnya terasa seperti ada batu yang mengganjalnya tapi sebenarnya tidak. Sedangkan, pasien psikosomatik bisa benar-benar mengalami diare setiap 2 hari dan dokter tidak dapat menemukan penyebabnya.
Perbedaan dengan Waham Somatik
Pernyataan soal halusinasi tentang penyakit yang diidap mirip pula dengan waham somatik, dan kondisi ini tidaklah sama dengan psikosomatik. Waham somatik terjadi karena seseorang membayangkan seakan dirinya sedang terjangkit penyakit. Tapi, ketika diperiksa lagi tidak ditemukan penyakit yang dikeluhkannya.
Penyakit yang dikeluhkan pasien waham somatik hanya berasal dari pikirannya dan sebenarnya tubuhnya tidak merasakan apa yang dia pikirkan. “Misalnya, orang dengan waham datang, dia bilang, ‘Dok, saya gak suka sama kulit saya, kulit saya ini putih banget, dan itu tuh gatel di seluruh badan. Saya tuh ngerasa kayak kebakar badan saya.’ Tapi, kalau orang dengan psikosomatik, dia datang benar-benar dengan (kulit) bersisik, gatal. Gitu, itu bedanya,” jelas dr. Fala.
Faktor yang Menyebabkan Penyakit Psikosomatik
Ada banyak pemahaman mengenai bagaimana psikosomatik bisa terjadi. Namun, banyak dari pemahaman tersebut masih berupa teori. Hal ini pula yang coba dijelaskan dr. Fala, “Gangguan kejiwaan, mental illness, atau neurologis seperti itu tuh unik. Karena satu, kita tidak bisa menjelaskan secara pasti mengapa stres itu bisa bermanifestasi menjadi penyakit yang keluar seperti layaknya penyakit bakterial atau virus.”
Beberapa teori di antaranya menyebutkan bahwa stres menjadi penyebab munculnya zat-zat kimia tertentu yang menyimpan faktor inflamasi atau peradangan. Ada pula yang mengatakan kalau stres memiliki kaitan dengan peningkatan infus atau rangsangan saraf. Walau begitu, penyebab dari gejala psikosomatik masih belum bisa dipastikan.
Cara Diagnosis Psikosomatik
Psikosomatik memang sulit diketahui secara langsung kemunculannya dan dokter umum pun bisa melewatkan hal ini saat pemeriksaan. Sebab, psikosomatik sendiri sudah masuk ke bidang penyakit yang hanya bisa didiagnosa seorang psikiater atau psikolog. Dokter umum cuma dapat mengatasi masalah penyakit yang muncul di permukaan dengan meresepkan obat sesuai dengan keluhan yang diberikan pasien.
Meski begitu, bukan berarti pengidap psikosomatik tidak bisa mengenali akar masalah penyakit fisik yang diakibatkan gangguan pikirannya tersebut. Pengidap psikosomatik bisa mengenali sumber permasalahannya begitu ia sering mengalami penyakit yang sama namun begitu dikonsultasikan ke dokter hingga dites sekalipun penyebabnya tidak diketahui.
Ia bisa mulai mengaitkan penyakit yang dideritanya dengan stres, depresi, atau serangan panik yang mungkin muncul bersamaan dengan penyakit tersebut, terlebih jika ia sudah menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat.
Karena hal inilah, salah satu cara ampuh untuk mengenal psikosomatik bagi penderitanya adalah dengan sadar diri atau introspeksi. “Artinya kita menyadari kekurangan kita. Kita menyadari bahwa kita under pressure. Kita menyadari bahwa kita tuh sedang stres berlebihan.” Dengan menyadari hal tersebut, kita juga akan terbuka dengan kemungkinan psikosomatik yang menyerang dan bisa melakukan perawatan maupun pencegahan.
Perawatan dan Pencegahan Psikosomatik
Setelah penderita psikosomatik tahu bahwa penyakit yang dideritanya ada keterkaitan dengan psikosomatik, ia bisa mengambil langkah untuk mengurangi masalah yang terjadi karena gangguan pikiran tersebut.
Ada satu cara sederhana yang dikemukakan dr. Fala di mana penderita psikosomatik dapat mengatasi akar penyakitnya. “Namanya adalah coping mechanism alias bagaimana cara mekanisme tubuh kita untuk meredam itu semua…Caranya beragam. Biasanya itu disesuaikan dengan pasiennya sendiri. Dia happy-nya gimana.”
Tindakan untuk meredam stres tersebut sepenuhnya berasal dari penderita psikosomatik itu sendiri dan kesadaran dirinya akan penyebab penyakit yang berupa stres beserta pemicunya (stressor). Ada orang yang mengetahui bagaimana menghadapi stres dengan melakukan pengendalian diri melalui meditasi atau aktivitas yang membuatnya senang sehingga dapat menurunkan tingkat stresnya.
Walau begitu, mengatasi penyebab psikosomatik bukan perkara mudah. Sebab, jika stressor tidak dapat ditangani, psikosomatik bisa jadi permasalahan yang dapat bertahan lama bahkan hingga bertahun-tahun. Dalam hal ini, ada orang yang menerima permasalahan stres dan penyakit yang muncul karenanya. Ia pun mengatasi akibat stres tersebut dengan obat-obatan.
Dalam kasus lainnya, ada orang yang belum bisa mengatasi masalah stresnya itu meski dia sudah paham stressornya. Maka dari itu, ia bisa datang meminta bantuan psikiater atau psikolog. Pemberian obat untuk menekan stres tersebut mungkin diperlukan. Kita bisa meminta dokter umum untuk memberi rujukan ke klinik khusus psikolog atau psikiater.
Keberadaan penyakit psikosomatik perlu dipahami, khususnya bagi orang yang sering mengalami penyakit fisik karena stres yang dideritanya. Penanggulangan stres pun menjadi hal penting yang perlu kita cari tahu jalan keluarnya, baik itu dengan cara kita sendiri atau meminta bantuan psikiater atau psikolog.
Referensi sbb : Psikosomatik: Saat Sakit Fisik Diakibatkan Stres