Memahami Luasnya ampunan Allah Swt. 1. Doa dengan diiringi harapan agar dikabulkan. Kita diperintahkan untuk berdoa, bahkan dijanjikan akan dikabulkan. Allah SWT berfirman “Ghafir:60”. Allah SWT tidak mempesilahkan hamba-Nya untuk berdoa dengan penuh kekhusyuan melainkan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.
2. Syarat dikabulkannya doa
a. Konsentrasi dan penuh harap.
Salah satu penyebab terpenting dari dikabulkannya sebuah doa adalah dengan kehadiran hati dan harapan akan dikabulkannya doa tersebut. Tanda sebuah pengharapan adalah ketaatan yang sungguh-sungguh.
b. Penuh keyakinan.
Dalam artian dalam berdoa, seseorang harus yakin dan tidak boleh menampakkan suatu keraguan, baik dalam hati maupun ucapannya. Sehingga Rasulullah melarang seseorang berdoa dengan mengucapkan “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau berkenan. Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkenan”. Akan teteapi dalam berdoa, harus denan perasaan yakin. Karena Allah SWT akan berbuat apa saja tanpa ada yang memaksa”. (H.R. Muslim)
c. Bersunggguh-sungguh.
Allah SWT senang terhadap hamba-Nya yang menampakkan kesungguhan ibadah dan mengungkapkan segala kebutuhannya kepada-Nya. Dengan harapan Allah SWT akan memenuhi permintaanya. Selama seorang hamba berdo’a dengan sungguh-sungguh dan benar-benar mengharap untuk dikabulkan, berati ia telah mendekati untuk dikabulkan. Perlu diingat, bahwa orang yang mengetuk “pintu”, besar kemungkinan akan dibukakan “pintu”.
d. Tidak terburu-buru.
Rasulullah saw melarang seorang mukmin meninggalkan doa karena doanya belum juga dikabulkan. Bahkan Rasulullah saw mengangapnya sebagai faktor tidak dikabulkannya doa. Karena itu, seorang dituntut untuk senantiasa berdoa dan agar tidak putus harapannya kepada Allah swt.
e. Rezeki yang halal.
Diantara faktor terpenting dikabulkannya doa adalah rezeki yang halal. Sebaliknya, diantara faktor tidak dikabulkannya doa adalah ketidak pedulian seseorang dengan rezekinya, apakah halal atau haram.
2. Memohon ampunan
Hal terpenting yang dimohon seseorang dalam doanya adalah memohon ampunan dari segala dosa, dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan kedalam surga. Rasulullah saw bersabda, “Kami selalu memohon untuk dimasukkan ke dalam surga, dan dijauhkan dari neraka”.
3. Kadang-kadang permohonan seorang hamba dialihkan kepada yang lebih baik
Allah Dzat Yang Maha Pengasih. Ketika hamba-Nya meminta, Dia mengabulkan permintaanya atau menggantinya dengan lebih baik dari apa yang diminta, seperti: dijauhkannya keburukan darinya, menjadi simpanan diakhirat, atau dihapuskan dosa-dosanya.
4. Adab-adab berdoa.
Diantara adab-adab berdoa adalah:
a. Memilih waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan.
b. Didahului dengan berwudhu dan shalat.
c. Memohon ampunan.
d. Menghadap kiblat.
e. Mengangkat kedua tangan.
f. Membuka doa dengan pujian kepada Allah dan shalawat Nabi.
g. Mengucapkan shalawat Nabi di tengah dan di akhir doa.
h. Menutup doa dengan ucapan amin.
i. Berdoa dengan bentuk yang umum (tidak hanya untuk dirinya sendiri).
j. Berbaik sangka kepada Allah dan berharap untuk dikabulkan
k. Mengakui semua dosa.
l. Merendahkan suara.
5. Meminta ampunan, betapapun besar dosa yang dilakukan.
Seberapa besar dan sebanyak apupun dosa seorang hamba, ampunan Allah swt tetap lebih luas dan lebih besar dari dosa tersebut.
6. Istighfar di dalam al-Qur’an.
- Berbentuk perintah.
- Berbentuk pujian terhadap orang-orang yang senantiasa beristighfar.
- Disebutkan bahwa Allah swt akan mengampuni orang yang minta ampun.
Sesemua ini adalah bukti bahwa istighfar adalah sesuatu yang penting. Ia adalah kunci keselamatan seorang hamba. Karena manusia tidak luput dari dosa, disengaja atau tidak.
7. Taubat dan istighfar.
Istighfar dan taubat sering disebut beriringan. “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya” (Al-Maidah:74), seperti ayat yang telah disebutkan maka istighfar lebih dimaksudkan pada permohonan ampun, sedangkan taubat lebih pada meninggalkan sebuah dosa dan tidak akan mengulanginya.
8. Meminta ampun, namun tetap melakukan dosa.
Ampunan hanya akan diberikan terhadap orang yang memohon ampunan dan menghentikan perbuatan maksiat yang dilakukan. Sedangkan apabila istighfar yang akan dikabulkan adalah yang diiringi dengan tidak mengulangi lagi dosa yang telah di[erbuat disebut dengan taubatan nashuha. Sedangkan apabila apabila orang-orang yang beristighfar dengan lisannya, namun hatinya masih berbuat dosa, maka sikap seperti ini hanyalah sebatas doa. Jika Allah swt berkehendak maka akan diampunkan, jika tidak maka jangan harap. Namun dari pada itu masih ada harapan untuk diampuni dari dosa yang telah dilakukan. Apalagi jika doa tersebut dilantunkan dengan penyesalan, atau pada waktu-waktu tertentu yang dapat dijabahi sebuah doa.
9. Taubatnya orang dusta.
Siapapun yang mengucapkan “saya mohon ampun dan bertaubat kepada Allah”. Namun, hatinya masih tetap melakukan kemaksiatan, maka ia telah berbohong dan mendapatkan dosa. Karena pada hakikatnya ia tidak bertaubat, tapi mengaku telah bertaubat. Semestinya ia mengucapkan,”Ya Allah, aku meminta ampun kepada-Mu maka aampunilah aku”> orang-orang seperti ini ibarat mereka yang ingin menuai padi namun tidak pernah menanamnya, ingin punya anak akan tetapi belum menikah.
10. Taubat dan janji.
Jumhur ulama membolehkan seseorang yang bertaubat untuk mengucapkan, “Saya bertaubat kepada Allah dan saya berjanji kepada Allah unutk tidak mengulanginya”. Karena dalam melaksanakan taubat seseorang diwajibkan untuk bertekad dan tidak mengulangi kemaksiatan yang telah dilakukan.
11. Memperbanyak istighfar.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah selalu memohon ampun dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari. Serta diriwayatkan bahwa Luqman Hakim berkata kepada anaknya untuk membiasakan lisannya untuk mengucapkaan “Ya Allah ampunilah aku” karena pada waktu-waktu tertentu Allah tidak menolak permintaan hambanya.
12. Sayyidul Istighfar.
Istighfar yang paling mulia, paling besar pahalanya, dan paling besar peluangnya untuk dikabulkan adalah istighfar yang dimulai dengan memuji Allah, kemudian mengakui segala dosa yang dilakukan. Setelah itu meminta ampun kepada Allah swt.
13. Istighfar dari dosa yang tidak diketahui.
Barangsiapa yang banyak melakukan dosa dan kesalahan, hingga tidak bisa dihitung, hendaklah ia memohon ampun kepada Allah swt dari segala dosanya.
14. Buah dari istighfar.
Seseorang yang memohon ampun kepada Allah swt akan merasakan bahwa ia bernaung dibawah naungan Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sehingga hatinya akan merasa tenang, dadanya akan lapang, tekadnya akan semakin terpacu. Ia akan merasa betapa besar kasih dan sayang serta keridhaan Allah senantiasa menyertainya. Menjadikannya senantiasa optimis dalam mengarungi lautan kehidupan. Sedikitpun tak ada rasa pesimis.
Menurut sabda Rasululullah, bahwa barang siapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan memberikannya kebebasan disetiap kesusahan, dan jalan keluar dari setiap kesempitan, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak bisa kita duga.
Dalam diri seorang hamba ada penyakit, dan disetiap penyakit ada obatnya, obat dari segala penyakit yang ada didalam tubuh adalah istighfar. Kemudian juga buah dari banyaknya istighfar seorang hamba adalah tertanamnya jiwa pemaaf dan perilaku yang baik. Rasulullah juga berkata bahwa beliau selalu beristighfar 100 kali dalam sehari.
15. Istighfar melalui orang yang diyakini tidak banyak berbuat dosa.
Seorang hamba akan bersedih dengan dosa-dosanya, bisa jadi seorang haba akan lebih mempercayai orang yang ia yakini tidak banyak memiliki dosa untuk memohonkan ampun baginya.
16. Berprasangka baik kepada Allah dan meyakini bahwa hanya Dia yang dapat mengampuni.
Seorang mukmin yang memohon ampunan kepada Allah swt harus berbaik sangka kepada-Nya, bahwa Allah benar-benar akan mengampuni dosanya. Karena faktor paling utama diampuninya dosa aalah meyakini sepenuhnya bahwa yang bisa mengampuni dosa hanyalah Allah semata. Berprasangka baik itu mutlak diperlukan, terlebih ketika kita merasa bahwa ajal kita memang dekat sekali. Agar harapan untuk mendapatkan ampunan benar-benar mendominasi.
17. Antara rasa takut dan harapan.
Seseorang mukmin harus memiliki keduanya secara seimbang. Karena harapan yang terlalu tinggi tanpa disertai rasa takut akan menimbulkan tipu muslihat. Sedangkan ketakutan yang berlebihan tanpa harapan, akan menimbulkan keputusasaan. Baik tipu muslihat maupun keputusasaan merupakan hal yang tercela.
Menurut mazhab Maliki, jika dalam keadaan sehar maka ketakutan harusnya lebih ditekankan, dan apabila dalam keadaan sakit maka harapan harus lebih ditekankan.
18. Tauhid adalah kunci mendapatkan ampunan.
Tauhid merupakan factor paling utama untuk mendapatkan ampunan. Berangsiapa yang tidak memilikinya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan. Allah swt berfirman pada surat An-Nisa’: 48 bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa seorang hamba yang menyekutukan-Nya. Maka siapapun yang memiliki tauhid dan bertemu Allah dengan dosa yang memnuhi bumi, Allah akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi. Namun demikian, Allah akan mengampuni dan jika tidak maka Allah akan menyiksanya karena dosa-dosa yang pernah ia lakukan.
19. Balasan bagi orang yang bertauhid adalah surge.
Orang yang bertauhid tidak akan kekal di dalam neraka. Ia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga. Ia juga tidak masuk neraka dengan dicampakkan begitu saja sebagaimana orang kafir. Yang dipertegas dengan hadist Nabi Muhammad saw “Akan keluar dari neraka, orang yang mengatakan, “Tiada Tuhan selain Allah” dan didalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum.” (H.R. Bukhori)
20. Selamat dari neraka.
Apabila tauhid dan keikhlasan seorang hamba sudah sempurna. Kemudian ia menunaikan semua syarat yang harus dipenuhi, dengan hati, lisan dan anggota badannya atau dengan hati dan lisannya ketika meninggal, maka ia pasti akan mendapat ampunan dari segala dosa yang telah ia lakukan dan tidak akan masuk neraka.
21. Tauhid yang murni.
Barangsiapa yang hatinya talah terisi dengan tauhid, maka semua yang tidak bersangkutan dengan keTuhanan maka akan tersingkir. Rasa takut, rasa cinta, rasa hormat, rasa tunduk atau harapan dan sikap tawakal kepada selain Allah, hilang dengan sendirinya. Pada saat itulah semua dosanya akan lenyap, meskipun dosa itu sebanyak buih dilautan, dan berubah menjadi kebaikan. Dalam sabda Rasulullah “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain”. (H.R Bukhari dan yang lain).
Referensi : Memahami Luasnya ampunan Allah Swt