- ikhlas dalam arti pemurnian agama
- ikhlas dalam arti pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang;
- ikhlas dalam arti pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi;
- ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, kata-kata buruk, dan kata-kata bualan, serta
- ikhlas dalam arti pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehendaki oleh Tuhan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitaif dengan pendekatan semiotik bayaniyah melalui studi terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan ikhlas.Peneltian dilaksanakan dengan menggali makna-maknayang mendekati bahkanyang tepat untuk mnemukan hakikat makna ikhlas. Beberapa litertur tafsir digunakan untuik mendukung penulisan ini.
Al-Quran adalah risalah yang hidup dan selalu urgen hingga hari akhir, oleh karena itu pintu penafsiran al-Quran harus selalu dibuka dan jangan pernah ditutup. Sisi lain al-Quran sebagai sumber dan penggerak kaum muslimin dalam pengaplikasian ajaran serta tuntunan hidup mereka, memotifasi munculnya penafsiran di setiap masa merupakan keniscayaan yang tak terelakkan. Penafsiran secara tematik merupakan suatu metode yang masih belum banyak dibahas kaidah, corak, dan tahapan-tahapan oleh mufassirin terdahulu, walaupun di era sekarang sudah banyak yang mengkaji dan memberi arahan-arahan dalam penulisan tafsir .
Artikel ini membahas konsep ikhlas dengan pendekatan tafsir tematik. Di dalamnya dikaji tentang pengertian ikhlas serta klasifikasi ayat-ayat tentang ikhlas berdasar pada makna lafadz, periodisasinya (Makkiyah dan Madaniyah), asbabun nuzulnya, serta perubahan lafadz yang memberikan makna yang berbeda pada setiap ayat. Dengan beberapa penjelasan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang konsep ikhlas berdasar pada perspektif al-Quran dengan pendekatan tafsir tematik.
Dari definisi diatas, ikhlas merupakan kesucian hati dalam beribadah atau beramal untuk menuju kepada Allah. Ikhlas adalah suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak menuju kepada Allah. Dengan satu pengertian, ikhlas berarti ketulusan niat untuk berbuat hanya karena Allah. Seseorang dikatakan memiliki sifat ikhlas apabila dalam melakukan perbuatan, ia selalu didorong oleh niat untuk berbakti kepada Allah dan bentuk perbuatan itu sendiri dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya menurut hukum syariah. Sifat seperti ini senantiasa terwujud baik dalam dimensi fikiran ataupun perbuatan.
Dalam pandangan ilmu tasawuf, ikhlas mempunyai tingkatan-tingkatan tersendiri. Pertama, Ikhlas Awam, yaitu dalam beribadah kepada Allah, karena dilandasi perasaan rasa takut terhadap siksa Allah dan masih mengharapkan pahala. Kedua, Ikhlas Khawas, yaitu beribadah kepada Allah karena didorong dengan harapan supaya menjadi orang yang dekat dengan Allah, dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan sesuatu dari Allah SWT. Ketiga, Ikhlas Khawas alKhawas yaitu beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Allah-lah Tuhan yang sebenar-benarnya.
Referensi : Iklas Dalam Perspektif Al Qur'an