Pernikahan, penuh cobaan dan rintangan yang harus dilalui, sebagian membuat pondasi cinta goyah bahkan ambruk tak tersisa. Harapan dan kenyataan tak jarang membuat kita menyerah. Pertengkaran yang awalnya menjadi bumbu-bumbu pernikahan kadang kadarnya terlalu banyak sehingga rasanya tak enak lagi untuk dikecap. Sebagian dari pasangan suami istri akhirnya memilih untuk berpisah agar bisa tenang dan terbebas dari beban yang terasa begitu berat.
Ketika Rumah Tangga Diujui: Istri Merasa Sendiri, Tidak Berharga
Saya pernah membaca tentang salah satu faktor rusaknya pondasi rumah tangga adalah ketika perempuan merasa begitu kelelahan mengatur semua urusan rumah tangga. Kelelahan yang begitu luar biasanya itu menjadi bumbu dari perasaan tidak bersyukur, tidak percaya diri, tidak dihargai hingga hilanglah aura surga di rumahnya. Semua kata diliputi amarah, emosi dan kekecewaan. Keadaan ini pun makin diperparah dengan ketidakpahaman suami akan perasaan dan kelelahan istrinya.
Istri, sejatinya sama dengan perempuan lain. Penuh perasaan, sensitif dan ingin dimengerti tanpa harus diberitahu. Sayangnya tidak semua suami mengerti sinyal atau kode saat istri mulai lelah. Pekerjaan rumah yang seabrek dianggap biasa, mengasuh anak hingga kurang tidur tak mengapa. Istri akhirnya benar-benar merasa sendiri dan tak berharga. Ia larut dalam kesedihannya sendiri tanpa ada yang peduli. Suami ada, tapi tak hadir di rumah tangga.
Masalah Keuangan
Keuangan memang menjadi ujian yang cukup umum di kehidupan berumah tangga. Biasanya masalah keuangan ini terjadi bila suami berpenghasilan kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidup dalam rumah tangga, sehingga istri menjadi seringkali emosi dan tidak patuh pada suami. Di sisi lain ada kalanya antara suami istri tidak ada keterbukaan soal keuangan rumah tangga. Padahal hutang, pinjaman dan pembelajaan bulanan hendaknya didiskusikan agar tidak ada saling curiga.
Masalah keuangan menjadi ujian bagi Istri yang shalehah agar tak akan meninggalkan suaminya sendirian dalam kondisi terpuruk. Istri yang shalehah akan terus mendukung suaminya dan membantu meringankan bebannya, begitupun sebaliknya.
Perselingkuhan, Bisakah Dimaafkan?
Dari sekian banyak ujian rumah tangga, permasalahan orang ketiga nampaknya adalah yang paling sensitif untuk dibicarakan. Perselingkuhan adalah salah satu masalah besar yang paling banyak menyebabkan perceraian. Alasannya banyak, sebut saja LDR, jarang berkomunikasi, tidak satu visi dan lain sebagainya.
Perempuan banyak yang bertahan saat mendapati suaminya kurang dalan hal keuangan maupun sifat yang tidak sesuai harapan. Tapi jika sudah tidak setia, rasanya seperti ada batu besar yang menimpa atap rumah. Hancur dan tidak tahu bagaimana lagi akan memperbaikinya.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika rumah tangga diuji dengan perselingkuhan? Semua itu kembali ke pribadi masing-masing. Pilihannya hanya dua, mempertahankan atau mengikhlaskan. Kesalahan tidak semata-mata pada orang ketiga, tapi juga kepada pasangan kita yang tidak setia. Kita bisa mencoba mempertahankan rumah tangga jika masih bisa diperjuangkan dan diperbaiki. Namun di sisi lain, kita bisa merelakan pasangan demi kehidupan yang lebih baik. Pasangan yang dengan jelas menghianti ikatan suci yang diikrarkan dengan nama Allah rasanya tak pantas untuk diperjuangkan. Kesenangan dalam perselingkuhan hanyalah fatamorgana dan pasti jalan yang dimurkai serta berpeluang menimbulan masalah baru.
Mengambil Hikmah Ketika Rumah Tangga Diuji
Berat memang untuk ikhlas menghadapi ujian apalagi menyangkut masalah hati, tapi yakinlah bahwa takdir yang diberikan Allah pasti sanggup untuk kita hadapi. Ada banyak hikmah sebagai bekal pelajaran hidup kedepannya.
Bagi saya yang beragama Islam, ujian hidup itu adalah Cara Allah Menghapus Dosa dan Menaikkan Derajat.
Imam Ali as pernah mengingatkan, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kesulitan dan musibah sebagai penghapus dosa”
Mustahil hidup manusia dipenuhi kesenangan setiap saat. Dan Allah SWT memberikan ujian dan kesedihan untuk menghapus dosa-dosa kita yang telah lalu. Yakinlah bahwa kesedihan yang datang adalah salah satu cara Allah untuk menyayangi hambaNya. Jika dilalui dengan bijak dan kesabaran semoga dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah dan dinaikkan derajatnya sebagai orang yang beriman.
Cara Allah Mencintai Hamba-Nya
“Ketika Allah mencintai suatu kaum atau hamba-Nya maka Allah akan memberi banyak ujian dan kesulitan; belum selesai satu kesedihan kesedihan lain datang menimpa. Barang siapa yang ridu terhadap ujian tersebut maka baginya Ridho Allah, dan barang siapa marah, maka baginya murka-Nya”
Allah sangat menyayangimu. Ia ingin kita mendekat padaNya, mengadu padaNya. Ujian adalah cara Allah mencintai hamba-Nya. Tinggal kita yang harus mengintropeksi diri, kesulitan dan ujian kita masuk dalam tujuan mana? Apakah karena dosa dan kelalaian kita? Atau karena Allah menyayangi kita? Atau untuk menaikan derajat keimanan kita? Lalu bagaimanakah reaksi kita ketika rumah tangga diuji? Semakin dekatkah kita kepada-Nya atau semakin menjauhi-Nya?
Kita bisa belajar dari sosok tegar yang menghadapi masalah besar tapi sukses melampauinya. Ketika rumah tangga diuji di mana seorang istri mendapat suami yang kasar, kita bisa mencontoh kesabaran Asyiah, istri Firaun. Begitu pula sebaliknya, bila seorang suami diuji dengan sikap buruk istrinya maka harus berusaha mencontoh kesabaran Nabi Ayyub as. Ketika suami atau istri sabar menghadapi prilaku buruk pasngannya maka Allah s.w.t. akan menganugrahi pahala seperti nabi Ayyub as dan Asyiah. Memang kita bukanlah perempuan setegar Asyiah atau setabah Ayyub, tapi mencoba menteladani mereka akan membuat Allah semakin cinta.
Rumah Tangga akan Semakin Kuat setelah Badai Melanda
Sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan. Pada akhirnya kebahagiaan sejati dan kokohnya rumah tangga hingga maut memisahkan adalah buah dari penempaan, gemblengan dan cobaan yang bertubi-tubi menerjang pelayaran cinta. Justru disinilah letak “seni dan rasa” berumah tangga. Semakin merasa memiliki, menyayangi ketika telah melewati kesedihan dan kesulitan.
Rumah tangga adalah sebuah proses. Menuju sakinah perlu proses yang perlahan dan panjang. Tidak ada yang instan. Semoga rumah tangga kita dilimpahkan keberkahan dan menjadi rumah layaknya surga. Pun jika ada yang tengah berada dalam kesedihan dan ujian, semoga diberi kekuatan dan kesabaran.
Referensi : Hikmahnya Ketika Rumah Tangga Diuji