Wanita adalah korban paling dominan dari perceraian
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh womenshealthmag.com kepada orang dewasa di Amerika, menemukan fakta jika sekitar 131.159 wanita mengalami kehidupan yang sulit setelah bercerai. Mereka mengaku tidak hidup dengan sejahtera dan tingkat stres pun meningkat ketimbang dengan pria. Sepertiga dari jumlah tersebut menyatakan sampai rutin konsumsi obat penenang setiap harinya.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada wanita saat mereka bercerai atau sedang dalam proses perceraian? Mengapa wanita menjadi korban paling dominan ketimbang pria atau paling tidak setara akibat perceraian? Jika jawabannya sakit hati, itu pasti dialami kedua belah pihak. Namun, ternyata ada alasan lain yang membuat wanita sampai merasa sangat terpukul yaitu kekhawatiran akan finansial terutama mereka yang telah memiliki anak.
Dr. Constance Ahrons, Ph.D, seorang mediator, penasehat perceraian, sekaligus penulis buku “The Good Divorce” mengatakan bahwa wanita akan mengalami pukulan yang berat, seperti kekhawatiran di lain sisi yang menyakitkan khususnya jika ia telah memutuskan berhenti bekerja karena menikah dan mengurus anak-anak. Kenyataannya di usia paruh waktu, wanita akan mendapatkan gaji yang lebih kecil ketimbang pria di bagian pekerjaan yang sama. Belum lagi, mereka harus membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak yang semakin meningkat dengan gaji yang seadanya.
Dampak perceraian bagi wanita
Berbagai dampak lainnya yang hanya dirasakan wanita dalam proses perceraian maupun setelah bercerai adalah
Stres. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam Journal of Health and Social Behaviour pada 2006 menyatakan jika wanita akan mengalami tekanan secara psikologis lebih tinggi dan signifikan daripada pria. Tekanan ini biasanya berdampak pada pemikiran wanita untuk tidak percaya lagi pada pria terutama dengan pandangannya tentang pria sempurna serta takut atau khawatir untuk diitolak.
Cemas. Tanpa masalah perceraian saja setiap wanita pasti mengalami khawatir atau perasaan cemas yang berlebih. Apalagi saat wanita dihadapkan dengan perceraian? Perasaan cemas tak menentu sudah pasti akan dialami, terlebih kekhawatiran akan masa depan yang tidak pasti.
Takut. Akibat kekhawatiran yang berlebih terutama dengan masa depan yang tidak pasti, maka bukan tidak mungkin jika wanita akan mengalami perasaan takut. Takut untuk memulai hubungan baru, takut untuk jatuh cinta lagi, takut untuk berkomitmen,hingga takut untuk bersosialisasi dengan lawan jenis.
Marah. Kondisi ini biasanya dialami wanita dengan proses perceraian yang rumit. Apalagi jika sudah menyangkut anak dan kesehatan psikologisnya. Dampak negatif jika perasaan ini telah muncul pada wanita, biasanya wanita akan berlaku sangat kasar bahkan dapat melakukan hal yang membahayakan keselamatan mantan suami. Di lain sisi, wanita juga dapat melakukan aksi balas dendam akibat perceraiannya yaitu dengan berkencan dengan laki-laki yang sudah menikah.
Dihantui perasaan bersalah. Jika seorang wanita telah merasakan kondisi ini, maka akan sedikit sulit juga untuk mengembalikan perasaannya seperti semula atau seperti tidak memiliki rasa cinta pada mantan suaminya dulu. Biasanya, kondisi ini dipengaruhi akibat perasaan cinta berlebih dan sifat wanita yang mudah memaafkan. Terlebih jika perceraian disebabkan karena kesalahan wanita.
Bebas. Perasaan ini akan dialami khususnya bagi para wanita yang merasa tidak bahagia dalam pernikahannya, misalnya akibat kekerasan rumah tangga. Meskipun korban kekerasan membutuhkan bantuan profesional untuk menyembuhkan luka batin maupun fisiknya, tetapi perasaan bebas pun tetap akan dirasakan sebagai kebahagiaan.
Lebih bertanggung jawab. Wanita mungkin akan merasakan stres hingga terpuruk di awal perceraiannya, tetapi setelah kurang lebih 2 tahun wanita akan lebih bertanggung jawab terutama dengan kehidupannya. Maka dari itu, cukup banyak wanita yang sukses secara finansial atau terlihat lebih menarik dari sisi fisik setelah cukup lama bercerai. Mungkin juga wanita akan belajar ilmu bela diri untuk melindungi diri dari godaan atau serangan jahat di luar sana.
Pria juga terpuruk akibat perceraian
Untungnya, kondisi ini tidak bertahan lama. Jadi, bersabarlah para wanita yang sedang merasa hancur akibat proses perceraian! Tunggu saja 1 atau 2 tahun ke depan, semua kondisi ini akan berbalik. Fakta ini ditemukan oleh theguardian.com dalam penelitiannya yang dilakukan pada 3.515 orang dewasa yang telah bercerai. Sekitar tiga perempat dari mereka khususnya wanita, menyatakan jika memiliki kehidupan yang lebih bahagia ketimbang kehidupan menikah setelah melewati proses perceraian selama kurang lebih 2 tahun.
Dalam penelitiannya juga ditemukan fakta menarik lain tentang perbedaan gender dalam mengatasi masalah. 7% pria mengaku kondisi setelah bercerai seperti “bunuh diri” ketimbang wanita yang hanya 3% dengan pendapat yang sama. Dampaknya, pria akan cenderung mengalihkan fokusnya pada hal yang menyenangkan, seperti mencari pengganti baru dengan cepat, melakukan seks bebas, atau hanya sekadar cuti dari pekerjaan untuk pergi berlibur. Berbanding terbalik dengan wanita yang memiliki karakter lebih fokus dalam mengatasi masalah. Sehingga, mereka akan cenderung memilih “mengobati luka” ketimbang “melupakan luka” dengan berbagai cara positif, seperti memperbanyak waktu berkumpul dengan teman-teman.
Meskipun kenyataannya pria akan cepat menemukan pengganti dan menikah lagi, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Yorkshire Building Society, Rachel Court mengatakan jika pria akan mengalami penderitaan emosional lebih besar ketimbang wanita. Jadi, meskipun sudah bercerai dan menemukan pengganti, sebagian besar pria masih suka galau lho, terutama atas perasaan bersalah dengan kegagalan pernikahan mereka. (