Metode dalam penulisan ini menggunakan pengamatan dan metode deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif, sebagai prosedur yang mendekatkan pada metode deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari masyarakat sekitar.
Untuk mengatasi perlakuan salah tersebut, maka dalam praktik pekerjaan sosial, seorang pekerja sosial harus berupaya mewujudkan ketercapaian akan kesejahteraan bagi anak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perceraian memang hal yang sulit bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, kondisi ini bisa jadi lebih sulit bagi anak-anak yang terdampak. Sebab, bagaimana pun perkembangan kognitifnya belum sematang orang dewasa.
Ini adalah masa krisis bagi mereka karena mereka kehilangan sumber perasaan aman yang seharusnya mereka dapatkan dari kedua orang tuanya. Mereka harus berjuang untuk bertransisi menghadapi masalah ini.
Tak hanya berdampak secara psikologis, perceraian orang tua juga dapat memengaruhi kehidupan akademik anak. Apa saja dampak perceraian orang tua yang mungkin dalami oleh anak-anak dalam jangka pendek dan jangka panjang?
1. Memicu Stres
Menurut American of Child & Adolescent Psychiarty, banyak anak yang beranggapan bahwa mereka adalah alasan di balik perceraian orang tuanya. Inilah yang secara alamiah dipikirkan oleh anak-anak, terutama yang masih balita ketika melihat orang tua berkonflik. Oleh karenanya, mereka merasa memikul tanggung jawab untuk memperbaiki hubungan kedua orang tuanya. Semua hal tersebut adalah pemicu stres bagi anak.
2. Emosi Tidak Stabil, Mimpi Buruk
Stres yang dialami oleh anak-anak dalam jangka pendek bisa jadi membuat emosi anak-anak jadi tidak stabil, mereka mungkin mudah marah, mudah tersinggung, atau bahkan beberapa malah menarik diri dan menjadi pendiam. Beberapa anak mungkin juga mengalami mimpi buruk.
3. Berisiko Antisosial dan Mengembangkan Perilaku Buruk
Patrick F. Fagan, PhD., Direktur Marriage and Religion Research Institute (MARRI) mengatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai berisiko lebih besar mengembangkan sikap antisosial, menunjukkan ciri karakterisitik agresif dan ketidaktaatan.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Adolesence Health menunjukkan bahwa mereka yang orang tuanya bercerai pada saat mereka berusia 5 tahun atau lebih muda akan menjadi aktif secara seksual sebelum berusia 16 tahun.
4. Nilai Akademiknya Menurun
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sociological Science menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai memperoleh nilai yang lebih rendah daripada teman-temannya di sekolah.
5. Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Saat orang tuanya bercerai, anak-anak pasti patah hati. Perasaan tersebut bisa menggiring anak-anak ke dalam depresi. Studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di keluarga campuran (orang tua kandung dan tiri) atau orang tua tunggal memiliki kemungkinan 2 kali lebih tinggi untuk memiliki gangguan mental atau membutuhkan bantuan psikologis.
6. Memiliki Trust Issue
Saat mereka tumbuh dengan melihat pernikahan yang gagal, anak-anak jadi mengembangkan keraguan mengenai cinta serta keharmonisan dalam suatu hubungan. Apalagi mereka juga mengalami rasa tidak aman saat orang tua berpisah. Padahal, anak-anak percaya bahwa orang tuanya bisa menjamin hal tersebut.
Mereka berisiko mengembangkan trust issue atau sulit percaya dan menyelesaikan konflik dalam suatu hubungan. Di masa dewasa, anak-anak ini akan kesulitan menjalani hubungan romantis lantaran banyak ketakutan akan hal negatif.
7. Berisiko Menghadapi Perceraian Juga
Penelitian di AS menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, anak perempuan dari orang tua yang bercerai memiliki tingkat perceraian 60% lebih tinggi, sementara untuk anak laki-laki persentasenya 35%.
Referensi : 7 Dampak Perceraian Orang Tua Bagi Anak-Anak