Allah sebagai Khaliq berhak untuk dibadahi , ditaati perintah dan larangannya, dan dicintai melebihi cinta manusia terhadap lainnya. Namun, kenyataannya banyak manusia yang mengabaikan hak-hak Allah tersebut. Allah berhak untuk diesakan, namun banyak manusia yang menyakekutukan. namun pelaksanaannya asal-asalan. Allah melarang hamba-Nya mencuri, namun banyak hamba Allah yang korupsi. Allah melarang berzina, namun banyak hamba-hamba-Nya yang menjadikan zina sebagai profesi. Allah melarang membunuh, namun masih banyak manusia yang tega membunuh suami, istri, anak, dan keluarganya sendiri.
Manusia sebagai hamba Allah mempunyai hak-hak untuk dihormati—jiwanya,hartanya, keturun, dan kehormatannya, namun hak-hak tersebut sering dilanggar oleh sesamanya, ada yang dibunuh tanpa sebab yang dibenarkan syari’at Allah, ada yang hartanya dirampok, ditipu, dan dicuri, ada yang kesucianya direnggut, dan ada yang kehormatannya dinodai.
Pelanggaran terhadap hak Allah maupun hak sesama manusia itu mengakibatkan dosa, baik dosa besar maupun kecil. Mukmin yang muttain jika melakukan perbuatan dosa akan cepat menyadari kesalahan dan dosanya dan segera bertaubat .
Makna Taubat Nashuha
Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir ( X X VIII, 1991, : 315) menyatakan bahwa taubatan nashuha itu mengandung arti menyesali benar-benar apa yang telah terjadi dan berniat kuat untuk mengulangi perbuatan yang sama pada waktu yang akan datang. Ketika Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib ditanya tentang taubat, beliau menjawab; taubat itu harus memenihi enam sarat; menyesali dosa yang telah dilakukan, konsisten dalam menjalankan kewajiban, menghindari kezaliman, menghindari permusuhan, berniat kuat untuk tidak mengulang dosa yang sama, dan mendidik diri untuk melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. Selanjutnya Wahbah menerangkan bhwa taubat yang tulus dan ihlas itu berungsi menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah lalu. Taubat nashuha itu dilakukan dengan menyesali dengan hati yang dalam tentang dosa yang telah dilakukan,memohon ampun kepada Allah dengan lisan, menanggalkan perbuatan dosa itu, dan berniat kuat tidak akan mengulangi dosa yang sama.
Menurut al-Ghazali, taubat itu harus memenuhi tiga hal; ilmu,hal/keadaan, dan perbuatan. Yang dimaksud ilmu adalah pengetahuan tentang bahaya dosa yang bias merugikan bahkan mencelakakan manusia dalam kehidupan dunia maupun akhirat, serta menjadi penghalang antara pelaku dengan yang dicintainya, khususnya Allah Swt. Sedang yang dimaksud keadaan itu menyatakan kondisi hati yang -yang dimaksud perbuatan berhenti dari dosa yang sama, lalu membimbing diri untuk selalu melakukan ketaatan dan menghindari kemaksiatan.
Sedangkan an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus- Shalihin, menyatakan bahwa bertaubat dari dosa baik dosa terhadap Allah maupun terhadap sesame manusia harus memenuhi tiga sarat ; meninggalkan maksiat, menyesali perbuatannya, dan berniat kuat untuk mengulangi dosa yang sama untuk selamanya. Jika salah satu sarat tidak terpenuhi , maka taubatnya tidah sah/buatan benar.
Jika perbuatan dosa berhubungan dengan sesame ( dosa terhadap sesame) maka taubat yang harus dilakukan harus memenuhi empat sarat ; berhenti dari dosa itu, menyesalinya, berniat kuat untuk tidak mengulangi, dan meminta maaf serta mengembalikan hak-haknya. Jika dosa terhadap sesame manusia itu berupa harta , maka kemblikan harta itu. Jika berkaitan dengan tuduhan buruk, maka harus meminta maaf kepadanya. Jika dosa itu berupa ghibah, maka harus meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.
Nash Al-Quran dan al-Hadits yang memerintahkan bertaubat
Surat an- Nur (24) ayat 31 ;
31…. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
Surat at-Tahrim (66) ayat 8 ;
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa dirinya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda;” Demi Allah, Aku memohon ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari semalam lebih dari 70 kali.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari sumber al-Agharri ibnu Yasar al-Muzani yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda :” Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohon ampunlah kepada-Nya ! Sesungguhnya aku dalam sehari semalam bertaubat sebanyak seratus kali “.
Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Musa al-Asy’ari yang menceritakan bahwa Nabi bersabda :” Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berdosa di siang hari dan memebentangan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berdosa di malam hari.
Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasul bersabda :” Orang yang bertaubat sebelum matahari terbit, Allah pasti akan menerima taubatnya”.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, Rasul bersabda :” Sesungguhnya Allah akan menerima taubat hamba selama nafas belum di tenggorokan “.
Hadits yang terakhir menegaskan bahwa tetap terbuka menerima taubat hamba-Nya selagi belum menghadapi sakarat maut. Taubat yang dilakukan ketika menghadapi skarat maut tidak akan diterima Allah. Dalam surat Yunus (10) ayat 90, Allah berirman ;
dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bercerita bahwa pada zaman dahulu ada orang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia sadar dan ingin bertaubat. Dia bertanya kepada orang –orang agar menunjukkan rumah orang yang paling terkenal keilmuannya untuk mengadukan halnya. Orang-orang menunjukkan agar ia menghadap seorang pendeta. Setelah bertemu pendeta itu, ia mengadukan halnya :” Aku ini telah membunuh 99 orang, apakah ta:” Tidak”. Maka, dibunuh pula si pendeta tersebut, sehingga genap 100 orang yang ia bunuh. Kemudian dia bertanya lagi kepada orang lain agar menunjukkan orang yang paling alim untuk meminta fatwa tentang halnya itu. Dia diberi tahu agar menghadap orang alim dan salih. Setelah bertemu, dia bertanya:” Aku telah membunuh 100 orang, apakah taubatku akan diterima Allah jika aku bertaubat ?”. Orang salih itu menjawab :” Ya , pergilah engkau ke suatu kampong dimana penduduknya ahli ibadah kepada Allah, beribadahlah engkau kepada Allah bersama mereka di kampung itu , jangan sekali-kali engkau kembali ke kampong halamanmu karena kampungmu itu tempat yang buruk!”. Lalu pergialah ia menuju perkampungan itu, namun ditengah perjalanan ajalnya tiba malaikat Izrail telah menjemputnya. Menurut penuturan Nabi, Malaikat Rahmah dan Malaikat Adzab berdebat.
Malaikat Rahmat berkata:” Dia itu bepergian menuju suatu kampong dengan kondisi sudah bertaubat kepada Allah. Sedangkan Malaikat Adzab berkata :” Walaupun telah bertaubat, dia belum beramal baik sama sekali “. Di tengah perdebatan mereka berdua itu, datanglah malaikat lain yang menyerupai bentuk manusia berusaha menengahi perdebaantan mereka, dia berkata :” Ukurlah jarak tempuh dari tempat ia berangkat sampai ke tempat ia meninggal ini, lalu ukur pula jarak tempuh dari tempat kematiannya sampai ke kampong yang ia tuju. Bandingkan jarak antara keduanya. Mana jarak yang terdekat itulah yang menentukan nasibnya. Jika jarak dari tempat ia berangkat sampai tempat kematiannya lebih pendek/dekat, maka malaikat adzab yang menang, tapi kalau jarak dari tempat kematiannya meneuju kampong itu lebih pendek/dekat, yang menang malaikat rahmah “. Setelah dua jarak itu diukur, ternyata jarak antara tempat kematiannya dengan kampong yang dituju lebih dekat dibnding dengan jarak antara tempat keberangkan sampai tempat kematiannya, maka malaikat rahmahlah yang memenangkan perdebatan tersebut. Dengan kata lain, orang itu taubatnya diterima, dan mendapat kasih saying Allah melalaui malaikat rahmah.
Referensi : Taubat Nashuha Dalam Al-Quran dan Hadits