Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Ada kalanya perpisahan itu akan membawa ke sebuah pertemuan dengan orang-orang baru lainnya. Hal itu juga terjadi di dalam suatu pernikahan. Dalam pernikahan ada kalanya menemui sebuah perpisahan, entah itu dipisahkan oleh maut, atau kehendak manusia sendiri yang memutuskan untuk berpisah. Perpisahan orang tua yang bukan dipisahkan oleh maut inilah yang disebut dengan perceraian.
Perceraian memang sebuah keputusan yang diambil oleh dua insan yang sudah disatukan Tuhan. Namun, dampak dari perceraian, tidak hanya menimpa mereka saja, tetapi juga menimpa orang-orang di sekitarnya. Anak adalah merupakan salah satu penerima dampak negatif yang paling besar.
Mungkin bagi orang tua yang bercerai sering kali beranggapan bahwa anak itu masih terlalu kecil. Bahkan mungkin berpikiran bahwa anak masih belum mengerti apapun tentang keputusan yang diambil. Tak jarang juga, di saat mereka sudah dewasa, orang tua yang berpisah selalu berharap anak bisa mengerti keputusan yang sudah diambil dan tidak akan menyalahkan orang tua karena memilih untuk bercerai. Namun, pada kenyataannya, keputusan yang dikira tidak akan membawa dampak ke anak-anak malah membuat trauma dalam kehidupannya, bahkan sampai hingga menginjak usia dewasa.
Sketsa Keluarga Indonesia mengundang Bapak Eddy, STh dan Ibu Sisi istri seorang pengusaha nasional sebagai narasumber, yang dulunya juga merasakan kesedihan saat orangtua mereka memutuskan untuk bercerai. Bagaimanakah kehidupan mereka setelah beranjak dewasa? Bagaimana cara mereka melewati hari-hari sulit tanpa keluarga yang utuh? Atau bagaimanakah cara mereka bertahan saat mereka harus beradaptasi dengan keluarga yang baru?
Referensi : Sketsa Keluarga Indonesia (Anak Korban Perceraian)