Apa yang telah dialami oleh masa sebelumnya, bisa saja akan dialami kembali pada masa setelahnya. Begitu juga dengan kezaliman pemimpin yang dialami oleh orang-orang terdahulu, akan terjadi lagi di masa sekarang dengan pemain yang berbeda.
Kepemimpinan yang Zalim Wahbah az-Zuẖaili dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa manakala rakyat yang melakukan kezaliman, Allah akan menguasakan kepada mereka orang yang zalim seperti mereka. Allah sudah memberi peringatan di dalam Al-Qur’an:
ÙˆَÙƒَØ°ٰÙ„ِÙƒَ Ù†ُÙˆَÙ„ِّÙŠْ بَعْضَ الظّٰÙ„ِÙ…ِÙŠْÙ†َ بَعْضًاۢ بِÙ…َا ÙƒَانُÙˆْا ÙŠَÙƒْسِبُÙˆْÙ†َ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’am 6: 129)
Al-A’masy pernah berkata: ”Apabila manusia telah rusak, maka orang-orang jahat di antara mereka akan dijadikan pemimpin mereka”. Mereka akan mengangkat menteri-menteri dan pegawai istana dari orang-orang yang bodoh dan sesat seperti mereka. Lalu para pejabat itu akan ditiru oleh kebanyakan orang dalam melakukan perbuatan-perbuatan mereka yang buruk, sehingga kerusakan akan mengalahkan kebaikan. Ternyata, pemimpin zalim hadir tidak saja dari perilaku pemimpin itu sendiri.
Tetapi juga disebabkan karena rakyatnya yang masih berbuat zalim, sehingga dihadirkanlah pemimpin yang seperti mereka. Selain itu, adanya pemimpin zalim juga disebabkan karena diamnya orang-orang baik yang tidak berani menasehati mereka atau mengingatkan akan kebijakan yang mereka buat. Sehingga dampak buruk dari kebijakan yang mereka buat terus berkembang dan sulit untuk dientaskan.
Hamka dalam tafsirnya juga memberi nasihat, seharusnya ulama-ulama pada masa sekarang mencontoh nabi Ibrahim yang tidak takut menegur seorang penguasa (baca: raja Namrud) yang berlaku zalim terhadap kepemimpinannya. Karena menurut Hamka para ulama itu adalah wakilnya para Nabi di dunia.
Dampak untuk Negeri Dampak dari kepemimpinan yang zalim selalu memilukan dan tidak mencerminkan kekuasaan yang adil dan beradab. Kita dapat melihat bagaimana Firaun membunuh bayi laki-laki agar tidak ada yang dapat menggantikan kedudukannya. Menurut Ibnu Khaldun, kezaliman pemimpin dapat mengakibatkan hancurnya pembangunan. Di antaranya menuntut kerja paksa, menguasai harta-harta manusia dengan membeli apa yang mereka miliki dengan harga rendah, tidak adilnya penguasa dalam pengelolaan pajak, dan menuntut rakyat dengan tanpa hak.
Melihat fenomena pemimpin zalim di negeri sendiri. Di antaranya para pejabat tinggi negara melakukan korupsi atau tepatnya mencuri uang rakyat, tapi mereka masih mendapatkan tempat tinggal mewah di dalam sel. Padahal, akibat dari perbuatan mereka tersebut bisa membuat perekonomian menurun. Selain itu, dampak dari kebijakan pemimpin zalim tersebut adalah terjadinya krisis kepercayaan rakyat terhadap pemimpin. Sehingga muncullah sebagian orang yang malas membayar pajak, terjadi perampokan antar warga, dan perebutan kekuasaan.
Potret Kepemimpinan Bercirikan Firaun Kita dapat melihat pemimpin yang bercirikan Firaun di masa sekarang telah hadir terang-terangan membuat kebijakan otoriter, baik kepada rakyatnya sendiri maupun kepada negara lain.
Contohnya saja, seperti Presiden Korea Utara, Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sebagian rakyat Korea Utara ada yang diam-diam kabur, pergi menuju negara lain karena tidak tahan hidup di bawah penguasa yang membatasi ruang gerak mereka. Seperti dilarang menggunakan internet dengan bebas, serta menonton dan mengakses informasi dari negara lain.
Selain itu, mereka juga tidak boleh mempublikasikan tentang negara mereka, apalagi mengkritik pemerintah. Jika ketahuan, maka mereka akan dipenjara atau ditembak mati. Tidak hanya itu, mereka yang hanya rakyat biasa juga dibiarkan miskin dan memaksa mereka untuk memuja dan memujinya.
Lalu memberikan penghormatan dengan berlebihan jika ia mendatangi suatu daerah atau hanya sekedar lewat. Begitu juga dengan Donald Trump yang menyebabkan konflik Timur Tengah terus bergejolak dan sulit untuk menemukan titik terang. Dampak dari kebijakannya yang terkesan ekstremisme dan sangat kontroversial menciptakan krisis kemanusian di beberapa belahan dunia.
Sering sekali kebijakannya tersebut mendapat kecaman dunia internasional. Misalkan saja pengakuannya terhadap pemindahan kedutaan besar AS ke Jerusalem. Ia juga terang-terangan memihak kepada Israel dan ingin menarik Mesir, Arab Saudi, Yordania, dan Uni Emirat Arab (UEA) ke pihaknya.
Sehingga dengan demikian, mudahlah ia menguasai Palestina dan misi-misi besarnya yang lain. Dampak dari kebijakannya tersebut menambah daftar pengungsi di negara konflik tersebut, krisis ekonomi, krisis pendidikan dan banyak nyawa yang dibiarkan hilang tak berdaya.
Cara Menyikapi Salah satu cara yang telah dicontohkan oleh para nabi terdahulu dalam menyikapi pemimpin zalim adalah berusaha untuk mengingatkan mereka. Nabi Musa tak lelah mengingatkan Firaun sang pemimpin yang sombong, terkait membuat kebijakan zalim dengan membunuh bayi laki-laki dan membiarkan rakyatnya terpecah belah. Selain itu, juga dengan cara sabar. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Siapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak ia sukai, hendaklah ia bersabar” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hasan al-Basri pernah mengatakan bahwa: “Kezaliman pemimpin itu adalah azab Allah. Sedangkan azab Allah tidak bisa dihadapi dengan pedang, akan tetapi kezaliman pemimpin itu ditolak dengan cara kita kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya dan memperbaiki diri kita."
Kenapa salah satu caranya dengan memperbaiki diri? Ini ada kaitannya seperti yang telah penulis singgung di atas, bahwa Allah akan memberi pemimpin sesuai dengan keadaan rakyatnya. Maka, perlulah kita saling mengintropeksi diri agar Allah memberikan pemimpin yang adil, amanah dan berakhlakul karimah.
Referensi : Sebuah Potret Kepemimpinan yang Zalim