Dalam pemahaman keagamaan Timur Dekat kuno, penderitaan, kemiskinan, juga sakit penyakit seringkali dianggap sebagai bagian dari hukuman para dewa akibat kesalahan yang diperbuat oleh manusia tersebut. Meski tidak selalu demikian, namun pemazmur juga mengakui bahwa Tuhan dapat menyatakan hukuman-Nya lewat sakit penyakit.
Daud nampaknya sedang mengalami sakit fisik yang cukup menyiksa. Ada yang menafsirkan bahwa ia menderita sakit kusta, karena dikatakan tubuhnya penuh luka, berbau busuk dan bernanah (6), tapi ada pula yang menduga ia menderita sejenis penyakit kelamin karena bagian pinggangnya meradang dan sekujur tubuh kesakitan (8). Meski tak diketahui secara pasti Daud mengalami sakit apa, namun tampaknya ini bukan sakit biasa.
Dalam kondisi fisik yang penuh derita, ia juga masih harus mengalami penolakan dari orang-orang terdekatnya (12), bahkan para musuhnya pun hendak mencelakakan dia (13). Kondisi sosial ini memperberat penderitaan yang dialami Daud. Dalam kondisi demikianlah Daud sadar dan berseru pada Tuhan. Ia tidak membela diri dihadapan Tuhan, namun justru ia berseru memohon pengampunan dari Tuhan atas kesalahannya (2-5). Ia mengerti bahwa segala penderitaan yang terjadi bukanlah tanpa sebab, karena itu dengan penuh penyesalan ia mengaku dosa pada Tuhan (19). Dan setelah Daud menghantarkan segala keluh kesahnya, ia pun memohon pertolongan pada Tuhan (22-23).
Sikap Daud ini menjadi sebuah contoh kesadaran diri sebagai umat Allah. Sering kali dalam kondisi penderitaan, sakit penyakit, bahkan masalah yang besar kita hanya datang pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya. Renungkan: Ingatlah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak akan Dia pandang hina (Mzm. 51: 17), justru kejujuran kita akan dosa dan pelanggaran yang Tuhan inginkan.
Referensi : Sakit Karena Dosa