Resep Manjur untuk Sembuh dari Penyakit Was-Was (1). Makna was-was sbb : Berdasarkan keterangan dari para ulama seperti Al-Baghawi dan Ibnul Qoyyim Rahimahumullah dan selain keduanya, dapat disimpulkan bahwa was-was atau waswasah adalah ucapan tersembunyi yang bimbang, tidak menetap dalam hati, dibisikkan kepada manusia untuk tujuan menyesatkan, baik dengan suara yang hanya terdengar oleh manusia yang digoda (sebagaimana dilakukan oleh setan dari kalangan manusia), maupun tanpa suara (sebagaimana dibisikkan oleh setan kalangan jin ke dalam hati manusia, hal ini disebutkan dalam surat An-Naas)
Banyaknya pengidap penyakit was-was
Allah Ta’ala menguji banyak saudara kita yang seiman dengan penyakit was-was ini. Semoga Allah Ta’ala segera menyembuhkan mereka dan memberkahi kesehatan mereka. Aamiin.
Hal itu diketahui dari pertanyaan-pertanyaan seputar was-was yang banyak disampaikan kepada penulis dalam kanal Konsultasi Terapi Was-Was (binaan penulis dengan tinjauan syar’i dan dr. Luqman [Dokter residen PPDS Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNS] dengan tinjauan ilmu kejiwaan).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut misalnya:
“Ana sering mendapati dalam diri ana keraguan terhadap Allah. Namun, ana tidak ingin mendapati keraguan tersebut. Apakah itu membahayakan iman ana? Dan bagaimana solusinya supaya ana bisa menguatkan iman ana?”
“Was-was akidah saya semakin menjadi. Saya mulai ada bisikan siapa yang menciptakan Allah, apa yg harus saya lakukan?”
“Ana pernah mengalami was-was terkait akidah. Hal itu ana alami setelah ana melihat video kajian tentang amal yang tidak diterima. (Seingat ana) intinya, kalau murtad itu amal tidak akan diterima. Dan ana merasa takut, kemudian ana mencari artikel tentang kemurtadan agar ana tidak sampai terjerumus ke dalamnya. Kemudian setelah ana tau, ana dihantui dengan perasaan was-was yang berhubungan dengan apa yang ana baca. Seakan-akan yang ana perbuat itu mengarah kepada hal yang tidak ana inginkan. Setelah perasaan satu selesai, perasaan yang lain kemudian datang, bahkan ana pernah mandi besar dan sering bersyahadat jika ana mengalamai was-was tersebut.”
“Saya sering sekali was was “seakan-akan melihat” lafadz Jalalah di jalan. Ketika berjalan saya takut menginjak karena takut menghina.”
“Dulu, ana diragukan akan adanya kehidupan akhirat (yakni, belum tentu akhirat – surga dan neraka – itu ada). Namun, ana tepis bahwa – akhirat adalah janji/kebenaran dari Allah – dan Allah tidak akan ingkar janji/mengatakan hal yang bohong. Namun, sebagian tidak langsung ana tepis. Ana diamkan. Tidak juga ana dustakan. Tidak juga ana berdzikir. Bahkan, ana seperti orang yang dibisiki keraguan oleh teman duduk, lalu ana tampung bisikan tersebut, tanpa ana mengingkarinya. Kemudian beberapa saat setelah itu, barulah tercetus fikiran yang membantah syubhat/bisikan kekufuran tersebut.”
“Saya merasa penyakit was-was istihza’ dengan isyarat. Seperti jika mengingat sesuatu dari agama, tiba-tiba salah satu anggota tubuhnya (misal kaki) merasa tegang dan bergerak sedikit seperti perasaan sesuatu tersebut ada di kaki (na’udzubillahi min dzalik). Saya sangat takut jika perbuatan itu merupakan istihza’ (mengolok-olok agama, pent.) dengan isyarat (kaki tegang, pent.).”
“Bismillah, mau tanya saya sering mengulang wudhu, mandi wajib setelah haid. Dan juga kadang-kadang kalau mau shalat kayak mau pipis tapi terkadang saya abaikan. Solusinya bagaimana ustadz. Jazaakallahu khayran.”
“Lalu was-was saat puasa bibir saya kering, saya sengaja kelupas kemudian terjilat (takut ada darah di bibir yang tertelan) oleh jilatan saya. Baca bismillah saat buka puasa lebih dari sekali.”
Resep mengobati was-was
Resep wahyu ilahi pengobatan penyakit was-was itu sederhana dan mudah. Wahai saudaraku yang sedang diuji dengan penyakit was-was, camkanlah bahwa:
“Resep wahyu ilahi untuk pengobatan penyakit was-was sangatlah sederhana dan mudah. Namun setanlah yang menggambarkan berat dan sulit!”
Di antara resep Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mendasar adalah apa yang terdapat dalam lima hadis berikut ini.
Resep pertama
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan selainnya, dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum, beliau berkata,
جاء ناسٌ من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فسألوه: إنا نجد في أنفسنا ما يتعاظم أحدنا أن يتكلم به
“Datanglah sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka bertanya kepada beliau, ‘Sesungguhnya kami mendapatkan pada diri kami sesuatu yang kami berat mengatakannya.’”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وقد وجدتموه ؟
“Apakah kalian benar-benar mendapatkan hal itu pada diri kalian?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذاك صريح الإيمان
“Rasa berat mengucapkan itu menunjukkan iman yang murni.”
Para ulama menjelaskan bahwa apa yang dirasakan oleh sekolompok sahabat Radhiyallahu ‘anhum tersebut adalah berupa was-was setan dalam hati yang mereka benci dan berat mengucapkannya itu. Misalnya, “Siapakah yang menciptakan Allah?” atau “Allah terbuat dari apa?” serta pikiran dan lintasan batin buruk yang semisal.
Dan rasa membenci was-was setan dalam hati dan rasa berat mengucapkan itu menunjukkan mereka takut terjatuh ke dalam hal yang buruk tersebut. Dengan demikian, dia tidak meyakini dan tidak membenarkan sesuatu yang buruk tersebut. Ini menunjukkan adanya iman yang murni pada diri mereka Radhiyallahu ‘anhum yang menghalangi mereka dari mengucapkan, membenarkan, dan meyakininya.
Kesimpulan dari hadis pertama
Lintasan buruk dalam hati penderita was-was tidak perlu digubris karena itu was-was dari setan dan tidak membahayakan iman, selama dia tidak rida. Hal itu ditunjukkan dengan perasaan resah hati dan berat untuk mengucapkannya. Bahkan kebencian dari hatinya dan rasa berat mengucapkannya itu adalah tanda keimanan yang murni.
Hal ini menunjukkan was-was setan dalam hati itu tidak menyebabkan penderitanya berdosa, tidak menyebabkannya di azab, dan tidak menyebabkan dirinya terhalangi dari masuk surga serta tidak menyebabkan masuk neraka.
Dengan demikian, sangat tidak benar perasaan penderita was-was bahwa dirinya kafir murtad dengan sebab was-was setan dalam hatinya. Itu hanyalah tipu daya setan, dan tipu daya setan itu hakikatnya sangat lemah.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah” (QS. An-Nisa’: 76).