Kezaliman penguasa sudah bermetamorfosa dalam abad modern ini. Jika dahulu para raja gemar menindas rakyatnya lewat penyiksaan bahkan pembunuhan, di era terkini kezaliman itu muncul dalam bentuk yang malu-malu. Penguasa tampak ingin agar area itu tetap menjadi syubhat dan abu-abu sehingga bisa mendapatkan pembenaran. Kezaliman bisa muncul dalam berbagai bentuk kebijakan. Belakangan ini, kita melihat kezaliman bertubi-tubi mengisi ruang publik.
Zalim merupakan kosa kata yang diambil dari bahasa Arab. Kitab suci menyebut kata zalim sebanyak 315 kali. Menurut Maizuddin M Nur dalam Perspektif Alquran tentang Manusia dan Kezaliman, zalim menurut Alquran merupakan seluruh perilaku menyimpang dan bertentangan dengan aturan-aturan Alquran atau aturan yang dapat diterima.
Karena itu, Alquran memandang zalim dengan arti yang amat luas. Zalim bisa berarti kejahatan, kekerasan, pelanggaran hak hingga melawan hukum yang bisa diterima. Zalim bisa berarti kejahatan, kekerasan, pelanggaran hak hingga melawan hukum yang bisa diterima. Layaknya perbuatan dosa, zalim pun memiliki gradasi dari yang paling tinggi hingga terendah. Karena itu, para mufasir memberi batasan zalim dengan pengertian menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Menurut al-Raghib al Ashfahani, suatu perbuatan yang dinyatakan sebagai ketidaksetaraan, ketidakharmonisan, ketidakadilan, kekacauan, dan perselisihan dapat disebut kezaliman. Pelakunya pun bukan cuma penguasa. Zalim bahkan bisa dilakukan oleh seorang ahli ibadah yang tak peduli terhadap hak-hak tubuhnya demi menunaikan shalat dan puasa.
Dalam konteks penguasa, Fir’aun menjadi tokoh yang kerap menjadi personifikasi dari perbuatan zalim. Dia berbuat sewenang-wenang dan menindas rakyatnya dengan amat kejam. Sang raja tak ragu menyembelih anak lelaki masyarakat Mesir demi memberantas benih-benih pemberontak yang muncul dalam mimpinya.
"Sesungguhnya Allah akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zalim. Apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya." Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi: 'Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
“Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashash: 4).
Referensi : Rasulullah bahkan menjelaskan keutamaan mengucapkan sesuatu yang hak di hadapan penguasa zalim