Kabar tentang perceraian yang mengejutkan datang dari pasangan artis Gading Marten (Gading) dan Gisella Anastasia (Gisel). Pasangan yang telah menikah selama 5 tahun ini dikabarkan akan bercerai setelah Gisel melayangkan gugatan cerai kepada Gading. Masyarakat pun dibuat sedih memikirkan nasib putri cantik semata wayang Gading dan Gisel, yakni Gempita Nora Marten atau akrab disapa Gempi.
Berbagai simpati pun berdatangan keluarga kecil ini terutama bagi si kecil Gempi. Tak hanya simpati untuk Gempi, beberapa artis seperti Tompi dan Astrid Tiar turut mengunggah foto ayah Gading, Roy Marten yang tengah memeluk putranya. Foto ini dianggap turut mewakili perasaan Gading yang tengah rapuh.
Menghadapi perceraian, siapa lebih kuat?
Bagi sebagian orang, terutama wanita, pria identik dengan stereotip tidak setia, tidak bisa menjalani hubungan monogami dan tidak berperasaan saat meninggalkan istri atau pasangannya. Nyatanya menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Marriage and Family, wanita cenderung lebih “kuat” setelah menghadapai perceraian dibandingkan pria.
Wanita pun lebih banyak yang mengajukan cerai dibandingkan pria, seperti yang tengah dilakukan oleh Gisel pada Gading. Selain itu menurut jurnal tersebut, pria juga cenderung lebih bahagia saat menikah dibandingkan saat melajang.
Setelah bercerai, banyak dampak yang dialami bagi pria maupun wanita. Termasuk dampaknya bagi kesehatan. Namun dari berbagai penelitian disebutkan bahwa dampak kesehatan ini lebih besar dialami oleh pria dibanding wanita. Salah satu efek negatifnya adalah terjadi perubahan gaya hidup seperti merokok atau konsumsi alkohol.
Menurut studi yang dilansir di jurnal Social Science and Medicine pada tahun 2012, saat menikah istri cenderung mengajak dan menyemangati suami untuk hidup lebih sehat, seperti berhenti merokok, berhenti mengonsumsi alkohol atau berolahraga teratur. Namun setelah bercerai, pengaruh positif dari istri tak lagi didapatkan sehingga pria cenderung akan kembali pada kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Sementara itu pada penelitian lain juga disebutkan bahwa pria cenderung bergantung secara emosional dengan istrinya. Pada penelitian tersebut dilakukan survei mengenai siapa yang akan diajak berdiskusi pertama kali saat sedang sedih, kecewa, marah atau depresi. Hasilnya 71% pria memilih istrinya, sementara hanya 39% wanita memilih suaminya.
Wanita yang sudah menikah cenderung memiliki dukungan emosional lebih baik dibanding pria seperti dari keluarga atau teman terdekatnya. Namun bukan berarti pria tidak memiliki dukungan emosional dari keluarga atau teman terdekat, tetapi karena pria cenderung sulit untuk mengungkapkan perasaannya atau bercerita mengenai masalahnya dengan orang lain.
Selain itu pria yang sudah menikah juga cenderung bergantung pada istri dalam menjadi kurang mandiri dalam melakukan kegiatan tertentu seperti mengepak perlengkapan, disiapkan sarapan atau makan dan masih banyak lagi. Akibatnya saat bercerai, pria menjadi lebih rapuh karena kehilangan sosok istri tempatnya selama ini bergantung.
Oleh karena itu, menurut studi yang dilansir di British Journal of Sociology, tak heran pria cenderung lebih cepat ingin menemukan partner baru atau menikah lagi dibandingkan wanita. Sementara wanita cenderung trauma untuk menikah lagi. Hal tersebut dikarenakan pria cenderung lebih bergantung secara emosional dengan pasangannya, sehingga dorongan untuk menikah lagi juga lebih besar. Bahkan disebutkan juga bahwa pria yang memiliki dukungan sosial yang rendah-baik dari teman atau keluarga – cenderung akan menikah lagi.
Berkaca dari kasus Gading dan Gisel, perceraian memang tak hanya berat untuk pria, namun juga untuk wanita. Keduanya sama-sama akan mengalami dampak kesehatan dan emosional. Namun pada beberapa sisi, efek ini lebih berat dirasakan oleh pria karena pria cenderung lebih sedikit menerima dukungan sosial dari teman atau keluarga.
Referensi : Pria Lebih Rapuh Hadapi Perceraian Dibanding Wanita