Setiap pasangan suami istri tentu tidak pernah berharap adanya perceraian. Mereka pasti berharap pernikahannya hanya sekali untuk seumur hidup. Namun sayang kenyataan seringkali tak sesuai harapan.
Dampak perceraian dirasakan berbeda oleh masing-masing personal. Kepribadian mereka turut mempengaruhi bagaimana merespon perceraian ini. Ada yang merasa biasa-biasa saja, ada yang merasa senang karena bebas, namun ada juga yang justru kehilangan jati dirinya.
Namun ketika berbicara tentang wanita yang langsung menyandang predikat janda setelah proses cerai berakhir, dampak perceraian ini bisa menjadi negatif bahkan menyakitkan. Menjadi seorang janda karena perceraian tentu lebih berat dibandingkan janda karena ditinggal mati suami.
Nah, jika Anda dan pasangan saat ini berpikir untuk bercerai, berikut 14 perasaan wanita setelah bercerai yang mungkin bisa membuat Anda berpikir ulang tentang sebuah perceraian.
1. Berpura-pura bahagia
Entah karena malu atau tidak bisa menerima status barunya, wanita akan cenderung berpura-pura bahagia. Dia pun akan bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa.
Jika ada yang mempertanyakan perceraian, biasanya wanita akan menghindar. Namun jika terpaksa harus dihadapi, dia akan berpura-pura bahwa dia baik-baik saja dan tidak ada yang harus diratapi karena sekarang dia sudah bebas.
Berpura-pura bahagia adalah salah satu cara bagi wanita untuk mengalihkan perasaan sedih dan kecewanya, dengan harapan bahwa lambat atau cepat dirinya akan pulih seperti semula.
2. Marah kepada diri sendiri dan sekitar
Pada tahap ini perasaan wanita setelah bercerai biasanya mudah emosi terhadap lingkungan sekitar. Dia akan mudah menjadi sensitif dan tersinggung dengan keadaan.
Ini sebenarnya terjadi karena perasaan tidak terima yang dialaminya. Kemarahan kepada diri sendiri karena tidak mampu menjaga sebuah pernikahan membawa dampak tidak baik kepada lingkungan.
Bahkan jika memiliki anak, perasaan marah ini juga bisa mempengaruhi perkembangan anak-anak karena emosi labil yang dimiliki seorang ibu.
3. Dendam kepada mantan suami
Pada sebagian wanita, perceraian yang tidak diinginkannya apalagi akibat perselingkuhan suami, membuat wanita dendam kepada mantan suaminya sendiri.
Pernikahan yang suci dan diharapkan bisa berlangsung abadi ternyata dirusak dengan adanya orang ketiga. Rasa sakit hati dan tidak terima karena dikhianati membuat wanita dendam dan ingin melampiaskannya.
Jika tidak bisa diatasi dengan baik, sebagian wanita bahkan bisa melakukan hal-hal yang buruk dan mencelakai mantan suami. Seperti mengancam, membayang-bayangi bahkan membuat malu mantan suami.
4. Menyesal
Siapa sih yang ingin bercerai? Rasanya jika ada pilihan lain, tak seorang pun ingin bercerai dari pasangannya.
Pada tahap ini, wanita akan menyesali apa yang telah terjadi. Karena didominasi dengan perasaan, wanita akan merasa bersalah dan tidak bisa menerima kenyataan. Rasa menyesal bisa juga terjadi karena telah menuntut cerai atau membiarkan terjadinya perceraian itu sendiri.
5. Ingin kembali kepada mantan suami
Perceraian memiliki dampak yang bermacam-macam tergantung pada kemampuan mental masing-masing personal. Bahkan pada sebagian wanita, ada juga yang merasakan keinginan kuat untuk kembali kepada mantan suami.
Hal ini biasanya dipicu karena ketakutan harus menjalani semuanya sendiri, tidak ada yang mendukung faktor finansial lagi dan ketakutan-ketakutan lain karena merasa tidak mampu hidup dengan mandiri.
Karenanya, sebelum semuanya terlambat untuk diperbaiki, usahakan untuk mencari jalan lain sebelum memutuskan bercerai.
6. Stres
Tak bisa dipungkiri bahwa wanita selalu berimajinasi indah untuk masa-masa pernikahan. Kenyataan yang tidak sama dengan impian tentu sangat memukul perasaan seorang wanita.
Menurut sebuah penelitian, perceraian membuat wanita mengalami dampak psikologis yang jauh lebih tinggi dan signifikan daripada pria. Tekanan yang tak mampu diterima, membuat wanita stres serta mengalami depresi berkepanjangan.
Bahkan disebutkan bahwa depresi ini dapat mempengaruhi kehidupannya minimal 3 tahun pasca bercerai. Dalam waktu tersebut, wanita dapat kehilangan kehidupan normalnya dan cenderung menarik diri dalam pergaulan.
Jika tidak ditangani dengan serius, dampak psikologis akibat perceraian pada wanita bisa menimbulkan efek negatif untuk masa depannya. Dan pada tingkat depresi tertentu, disarankan wanita berkonsultasi dengan psikiater dalam menangani gangguan ini.
7. Hilang kepercayaan diri
Kegagalan dalam sebuah pernikahan membuat wanita merasa dirinya tak berharga lagi. Kepercayaan dirinya pun hilang seiring dengan hilangnya harapan akan masa depan.
Akibatnya wanita akan menjadi rendah diri di hadapan teman-teman, keluarga dan masyarakat. Mereka akan menarik diri dari lingkungan pergaulan, mengurung diri di dalam rumah dan enggan beraktivitas.
Bahkan pada beberapa kasus, wanita akan mencari pelarian dari masalahnya, sehingga terjerumus pada hal-hal yang tidak baik dan merugikan diri sendiri. Misalnya, terjerumus dalam narkoba atau terjerumus dalam kemaksiatan.
8. Tertekan oleh lingkungan
Lingkungan yang kurang bisa menerima membawa dampak psikologis yang cukup berat bagi wanita. Tekanan terbesar biasanya berasal dari lingkungan keluarga baru kemudian lingkungan pergaulan.
Keluarga akan menanyakan alasan dibalik keputusan bercerai, bahkan hal tersebut ditanyakan berulang-ulang antara kerabat yang satu dengan yang lain. Parahnya lagi, keluarga besar menyalahkan wanita atas apa yang terjadi dan ketidakmampuannya mempertahankan sebuah pernikahan.
Tekanan yang cukup berat dan bertubi-tubi ini bisa membuat perasaan wanita setelah bercerai mengalami keterpurukan. Bahkan tak jarang membutuhkan bantuan ahli untuk mampu bangkit setelah perceraian.
9. Sulit tidur
Sulit tidur adalah hal yang wajar dialami ketika seseorang depresi. Bahkan sebagian wanita juga kehilangan nafsu makan selama beberapa minggu usai bercerai.
Kesulitan tidur ini akan membawa dampak buruk bagi kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Tak heran jika pasca bercerai, wanita akan kehilangan berat badan dan terlihat kurang sehat.
10. Kesepian
Terbiasa bersama pasangan di rumah, melakukan sesuatu atau bepergian menciptakan perasaan ketergantungan. Hal ini juga berat dirasakan oleh wanita setelah perceraian.
Ketergantungan terhadap mantan suami, mau tak mau menciptakan kesepian tersendiri. Apalagi jika pasangan tersebut belum mempunyai anak. Hidup tanpa suami memaksa wanita untuk bertindak mandiri, memutuskan segalanya sendiri bahkan tinggal sendiri.
Merasa selalu sendirian dan tidak dipedulikan bisa membuat wanita depresi berkepanjangan. Di sinilah peran keluarga, teman dan kerabat diperlukan untuk membuat wanita sanggup bangkit kembali menghadapi kenyataan.
Kesepian karena hilangnya belahan jiwa adalah sangat wajar. Menjadi tidak wajar jika terus menerus mengasihani diri sendiri dan semakin terpuruk karena kesepiannya.
11. Takut memulai hubungan baru
Karena kegagalan dalam berumah tangga, wanita pun takut memulai atau mempunyai hubungan baru. Niatnya mungkin ada yaitu ingin membuka lembaran baru kehidupan, namun hati kecil tidak bisa menerimanya.
Hal ini tak lain disebabkan oleh trauma masa lalu yang dirasakan wanita. Apalagi jika perceraian terjadi karena sebuah pengkhianatan. Wanita pun merasa takut jika di kemudian hari dirinya tersingkirkan lagi.
12. Kecemasan
Sedamai apapun proses perceraian, seorang wanita pasti mengalami kecemasan yang akut. Kecemasan ini bersumber dari kekhawatiran akan masa depan.
Bisakah menjalani hidup sendiri? Siapakah yang akan menjaga di masa tuanya? Bagaimana keadaan finansial tanpa seorang suami? Dan sederet pertanyaan lain yang berkecamuk di benak wanita.
Kecemasan ini jika tidak terkontrol bisa berdampak pada kehidupan sosialnya. Dia akan dikenal sebagai pribadi yang rapuh dan emosional. Bahkan bisa juga dia akan dijauhi oleh lingkungan karena dianggap tidak menyenangkan.
13. Merasa bebas
Setelah melalui tahapan demi tahapan yang demikian sulit dan berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya, pada suatu titik tertentu, wanita pun mulai bangkit dan bisa menerima kenyataan.
Perasaan bebas akan bisa dirasakan setelah melalui perjalanan panjang pasca bercerai. Pada tahap ini wanita akan merasa bahwa memang perceraian adalah jalan terbaik yang harus diambil.
Apalagi jika wanita tersebut adalah korban kekerasan dalam rumah tangga. Perasaan bebas dan lega tentu dirasakan karena tidak akan lagi hidup dalam bayang-bayang suami yang menakutkan.
Begitu juga jika wanita adalah korban perselingkuhan. Wanita akan lebih bebas dan percaya diri untuk siap memulai hubungan baru yang menjanjikan.
14. Lebih bertanggung jawab
Hari-hari yang buruk, stres, dan terpuruk mungkin akan dirasakan wanita di awal-awal perceraiannya. Namun ternyata setelah 2 tahun pasca bercerai, wanita pun lebih bertanggung jawab dengan kehidupan barunya.
Tak ada lagi tangisan, tak ada lagi depresi, yang ada justru wanita akan sibuk memikirkan kebutuhan finansial demi membiayai diri sendiri dan anak-anak. Tak heran, pasca bercerai, wanita akan lebih sukses, lebih bahagia, dan terlihat jauh lebih cantik.
Keputusan bercerai melibatkan suami dan istri yang sudah tidak bisa dipersatukan lagi. Meskipun berat, terkadang keputusan cerai diambil agar keduanya lebih berbahagia dan menjalani kehidupan dengan lebih tenteram.
Demikian 14 perasaan wanita setelah bercerai yang bisa Anda cermati. Jika saat ini Anda sedang memikirkan perceraian sebagai solusi atas masalah-masalah yang dihadapi, mungkin Anda bisa berpikir ulang sebelum semuanya terlambat.
Perceraian mungkin terlihat seperti solusi terbaik bagi rumah tangga, namun sebenarnya perceraian membawa luka, sakit hati dan amarah. Bahkan keterpurukan bagi anak-anak mereka.
Keputusan bercerai harus menjadi keputusan yang benar-benar terakhir untuk dipilih. Jika mungkin, lakukan cara-cara lain untuk mempertahankan rumah tangga, tanpa harus menyakiti dan melukai hati banyak orang.