Pemimpin merupakan penggerak utama organisasi. Otoritas organisasi berada di tangan pemimpin. Pemimpin juga menjadi kunci keberhasilan dari suatu Negara atau institusi. Begitu juga kegagalan suatu Negara atau institusi juga tergantung bagaimana pemimpin melakukan proses kepemimpinanya.
Pemberian layanan apapun dapat dilakukan secara optimal jika sistem kepemimpinan dikelola secara baik dan jujur atas kendali pemimpin.
Harapannya dapat mendukung upaya memperkokoh makna dan implementasi integritas dalam perilaku kerja serta menjadikan unit organisasi sebagai institusi yang memiliki kesungguhan untuk mempraktikkan integritas.
Integritas sering disederhanakan maknanya sebagai kejujuran, kebajikan, berperilaku baik dan benar, atau bermoral. Maknanya seringkali berkembang dan dikaitkan dengan pencegahan kejahatan, pencegahan korupsi dan sebagainya.
Integritas merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pemimpin Negara atau institusi, karena integritas menjadi dasar dari semua nilai pribadi seseorang.
Pengertian nilai, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk perbuatan atau perilaku. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-hal yang bersifat batiniah. Menilai berati menimbang, yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan.
Integritas diartikan sebagai dorongan hati nurani untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan tekat yang mulia.
Integritas artinya mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran seorang pemimpin.
Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip.
Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah Munafik. Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan dan prinsip yang dipegangnya.
Ciri seorang pemimpin yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang.
Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya.
Berdasarkan Kamus Kompetensi Perilaku yang dimaksud dengan integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut, nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat atau nilai moral pribadi.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengertian integritas adalah mutu, sifat dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan dan kejujuran. Pemimpin yang berintegritas.
Sifat amanah dan jujur harus melekat pada diri seorang pemimpin. Allah SWT menebar ancaman kepada para pemimpin yang berbuat zalim kepada rakyat atau orang yang dipimpinnya.
“Siapapun pemimpin yang Saling, menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka” (HR Ahmad). Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Allah mengancam pemimpin atau orang yang semena-mena.
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa mengindahkan kebenaran. Mereka itu akan mendapatkan siksa yang Pedih” (QS asy-Syura: 42).
Seorang pemimpin yang zalim atau semena mena akan merasakan akibatnya baik di dunia fana ini maupun di Hari Pembalasan.
“Sesungguh nya manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang benar dan adil. Orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim dan semena mena” (HR Tirmidzi).
Rasulullah SAW mendoakan kesusahan bagi para penguasa, pemimpin yang menindas umat beliau.
“Ya Allah, siapa yang mengemban tugas di muka bumi mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia.
Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku di muka bumi dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia,” demikian munajat beliau, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
Doa itu menyiratkan dua tipikal pejabat. Ada yang kerap menyusahkan rakyatnya. Ada pula yang cenderung memudahkan hidup mereka.
Semestinya, seorang pemimpin menjalankan tugas dengan baik dan seadil-adilnya. Bila ia terus berupaya, insya Allah, pertolongan dari-Nya akan datang.
Jika ia menyepelekan amanah, kesulitan akan menimpanya. “Tidaklah seseorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, maka diharamkan baginya surga” (HR Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW berpesan agar kaum Muslimin mematuhi pemimpin (ulil amri) dari kalangan mereka, selama pemimpin itu tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah. Jika rakyat diperintahkan untuk maksiat, maka hilanglah kewajiban untuk taat.
“Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf,” sabda beliau, seperti diriwayatkan Imam Bukhari.
Maka, pemimpin yang zalim, semena mena akan cenderung dijauhi orang-orang yang berakhlak yang masih berpegang teguh pada kebenaran. Inilah pentingnya petuah atau kritik. Kalangan ulama atau orang-orang berahlak, berilmu dapat mengingatkan para penguasa, pemimpin agar tetap amanah dan tak salah arah.
Referensi : Pemimpin Zalim, Tak Hanya Neraka, Didunia Fana Diberi Azab