Orang Zalim Akan Melalui Tahapan Siksa dari Allah. Ada 4 Tahapan siksa yang akan dilalui oleh orang zalim – kezaliman adalah sebuah perilaku, perbuatan atau tindakan yang tercela. Bahkan semua orang akan membenci perilaku tersebut. Karena kezaliman adalah perbuatan yang tercela, pasti akan ada balasan dari Allah bagi pelakunya.
Sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 42:
Tahapan yang pertama, penangguhan dan penundaan.
Tahapan Kedua adalah : Istidroj“..akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”
(Al-A’rôf : 182)
Tahapan ketiga : Perbuatan Pelaku kezaliman dinilai indah dan benar.
Tahapan keempat : Turunlah Siksa dari Allah
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan janganlah sekali-kali engkau menyangka Allah lalai dari apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari di mana pandangan-pandangan terbelalak.”
Namun, banyak orang yang salah menanggapi dan mengira bahwa hukuman dari Allah bagi pelaku kezaliman itu harus cepat, seketika, langsung setelah sang pelaku (orang zalim) berbuat zalim.
Ini namanya memaksa Allah untuk segera bertindak atas perintah mahluk. Padahal, Allah bertindak atas kehendakNya sendiri, bukan atas kehendak mahluknya.
Dari sini kita harus paham betul mengenai hal ini. Yang pasti Allah akan membalas para pelaku kezaliman. Akan tetapi, balasan tersebut terperinci.
Ada yang kontan (langsung), ada yang melalui beberapa tahapan.
Bagi para pelaku kezaliman yang melalui beberapa tahapan, maka mereka akan melewati Empat tahapan yang memang sengaja Allah berikan pada para pelakunya.
Kenapa Allah menunda atau menangguhkan hukumannya pada mereka?
Hal ini tak lain karena rahmat Allah yang begitu besar kepada makhlukNya, sehingga Allah menunggu dan memberi kesempatan kepada mereka yang berbuat zalim, barangkali pelaku kezaliman mau bertobat dan kembali kepada Allah dengan mencabut apa yang telah mereka perbuat. Sebagaimana Al-qur’an menyebutkan
وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِين – الأعراف : ١٨٣
“Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh rencana-Ku amat tangguh dan terencana, kuat, dan tidak ada yang menandinginya.” (Al-A’rôf : 183)
Ketika para pelaku kezaliman tidak kunjung sadar dan bertaubat, maka Allah memanjakan mereka (lulu, jawa red). Dalam agama islam, hal ini disebut dengan istidroj.
Kata istidraj berasal dari kata (الدرج) yang memiliki makna naik atau meningkat, lawan kata dari pada kata (الدرك) Yang bermakna rendah atau di bawah.
Istidroj adalah limpahan kenikmatan, kejayaan, keberhasilan yang membuat lalai akan kewajiban atas nikmat yang ia peroleh, sehingga hal ini sedikit demi sedikit akan menarik pelakunya pada kehancuran.
{سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ – الأعراف : ١٨٢}
Makna dari “ke arah kebinasaan” di sini bukan berarti dunia berpaling darinya sehingga rizki dan penghidupannya menjadi sempit lalu mereka menjadi hancur. Bukan begitu. Akan tetapi, istidraj itu semua fasilitas dunia ia dapatkan dengan mudah seakan semua fasilitas untuknya, harkat dan martabatnya naik, kelas hidupnya menjadi High Level, dan berbagai macam kenikmatan tersuguhkan baginya, Itulah istidroj.
Setelah kesuksesan telah mereka (pelaku kezaliman) terima, dan harkat dan martabat mereka menjadi high class, maka apapun yang mereka kerjakan, akan dianggap pantas dan benar. Hal ini karena setan telah merasuki dan ikut serta membisikkan hati mereka, sehingga semua yang mereka lakukan terlihat baik dan indah di mata pelaku kezaliman.
Sebagaimana firman Allah bagi para pelaku kezaliman
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ – العنكبوت : ٣٨
“syetan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka” (Al-‘Ankabût : 38)
Ketika setan telah merasuki dan membisiki hati mereka, maka matilah hati mereka (dari melihat dan menilai mana yang baik dan mana yang buruk). Yang Ia tau adalah segala prilaku dan perbuatan mereka adalah baik. Bahkan ia menilai bahwa perbuatannya adalah hal yang wajib terealisasi. Hatinya telah mati dan tak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari hasil perbuatannya. Yang haram dinilai halal, yang halal dinilai tidak bermutu dan lain sebagainya, maka Masuklah mereka ke tahap selanjutnya.
Ketika perbuatan jahat yang telah mereka lakukan dan mereka menilai baik dan wajar-wajar saja adanya. Maka turunlah adzab Allah pada mereka. Sebagaimana Allah berfirman
{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ – هود: 102}
“Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat”. (QS Hûd : 102)
Ketika Nabi Muhammad mendakwah kepada orang-orang kafir Quraisy untuk meng-Esa-kan Allah, gangguan yang Nabi Muhammad peroleh adalah cacian, umpatan, bahkan perlakuan secara fisik sehingga membuat Nabi Muhammad terluka karena kezaliman dan penganiayaan orang-orang kafir Quraisy terhadap baginda Rasul. Sehingga turunlah ayat
{ فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا }
“Maka janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (memintakan adzab) terhadap mereka, karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka “. (QS Maryam : 84)
Referensi : Orang Zalim Akan Melalui Tahapan Siksa dari Allah Swt