Musibah yang terjadi sekarang pun, bukan tiba-tiba, namun sudah terjadi sejak zaman dahulu. Kita ingat azab yang dialami sejumlah kaum sebelum Nabi Muhammad SAW, antara lain, kaum Adh, kaum Samuth, kaum Luth, dan kaum Nuh. Mereka Allah hancurkan sehancur-hancurnya. Semua itu karena perbuatan dosa atau maksiat yang mereka pertontonkan.
“Dan firman Allah (yang artinya) dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian maksudnya wahai manusia! musibah apapun yang menimpa kalian, semata-mata karena keburukan (dosa) yang kalian lakukan.
“Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” maksudnya adalah memaafkan dosa-dosa kalian, maka Dia tidak membalasnya dengan siksaan, bahkan memaafkannya. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun (Faathir: 45) (Tafsir Ibnu Katsiir: 4/404).
Musibah yang ditimpakan kepada manusia bisa jadi musibah dunia; dan musibah akhirat. Musibah dunia salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian, dan sebagainya sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 155. ”Dan pasti akan kami uji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
Adapun musibah akhirat adalah sebagaimana orang yang tidak punya amal saleh dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala. Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Orang yang terkena musibah, bukanlah seperti yang kalian ketahui, tetapi orang yang terkena musibah yaitu yang tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya.”
Bila perbuatan dosa dikerjakan oleh orang tertentu baik itu perorangan maupun sekelompok orang, maka musibah tidak hanya ditanggung oleh orang yang mengerjakannya, namun orang yang berada di sekelilingnya bisa jadi ikut menanggungnya.
Oleh karena itu, berilah nasehat kepada mereka terutama yang mengerjakan perbuatan dosa semacam maksiat, karena dengan menasehati saudara kita maka kita semua bisa terhindar dari musibah.
Dalam Alquran Surah al-Anfal ayat 25, “Takutlah kalian dengan musibah yang tidak hanya menimpa orang yang maksiat, orang yang berbuat zalim, tapi juga kalian yang shaleh.” Maka, masa bodoh dengan kemaksiatan bukanlah sikap seorang Mukmin. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah amal cerdas orang yang beriman.
Musibah katanya sebuah peringatan agar manusia kembali ke jalan-Nya. Dengan musibah Allah hadirkan mahkamah kesadaran kita bahwa ini adalah sebuah jalan untuk kembali (baca QS al-Baqarah, 2: 155-157).
Ini mungkin sebuah upaya yang dianjurkan dalam agama Islam. Yakni agar terhindar dari musibah, janganlah kalian mendekati maksiat. Dan “beristighfarlah kepada Allah!” karena dengan “beristighfarlah kepada Allah!” maka dosa-dosa kalian akan terampuni. Rasulullah saja 100 kali beristigfar kepada Allah setiap harinya.
Jujurlah, dalam hidup yang sebenarnya sebentar ini terlampau banyak dosa dan maksiat kita. Tiap-tiap detik kedurhakaan kita sampai kepada-Nya. Sementara ibadah dan amal shaleh kita seba gai bekal pulang menghadap-Nya juga teramat sedikit. Anehnya, yang meluncur deras kepada kita karunia dan rezeki-Nya. Sudah wa hai saudaraku dan cukup. Ingat, kalau nasihat ulama, Alquran dan Sunah sudah tidak didengar, alam yang milik Allah ini akan bicara. Wahai peduduk Indonesia yang diberi iman oleh Allah, dengan musibah yang beruntun menghantam negeri ini, tidakkah kita menya dari bahwa alam benar-benar sedang menasihati kita.
Camkanlah bagaimana musibah beruntun menimpa kita. Yaitu, karena dosa yang sangat besar. Dalam surah Yassin ayat 19 dijelaskan dengan terang benderang bahwa kemalangan demi kemalangan, musibah yang susul-menyusul, semua itu terjadi karena dosa keterlaluan kita kepada Allah.
Pun karena kedurhakaan dan kezaliman. Surah al-Qasas ayat 59 menerangkan, Allah tidak akan menghancurkan suatu daerah, kecuali para penduduknya yang berbuat zalim. Anak durhaka kepada orang tua, istri berani kepada suaminya, banyak perampokan, pembunuhan, dan perzinaan. Kezaliman dan kedurhakaan yang tak bertepi ini pengundang cepat bala bencana.
Mungkin juga karena perusakan alam yang sistemis dan masif. Surah Ar- Rum ayat 41 mengingatkan, telah tampak kerusakan di da-ratan dan lautan karena ulah tangan-tangan jahil manusia, agar mereka merasakan akibat perbuatanny dan mereka kembali kepada-Nya.
Bisa pula pemimpin maksiat dan zalim kepada rakyatnya. Baca dengan iman, wahai penduduk Indonesia yang mulia, “Bila kami ingin menghancurkan suatu negeri, para tokohnya diingatkan untuk taat kepada Allah, tapi mereka maksiat, tapi mereka berbuat zalim, tapi mereka berkhianat kepada-Ku dan makhluk-Ku, maka haklah untuk mereka datang bala bencana.”
Ingat azab yang dialami sejumlah kaum sebelum Nabi Muhammad SAW, antara lain, kaum Adh, kaum Samuth, kaum Luth, dan kaum Nuh. Mereka Allah hancurkan sehancur-hancurnya. Lalu siapa tokoh itu? Para pemimpin kita yang disumpah Alquran di kepalanya.
Demi Allah tidak korupsi, lalu korupsi. Siapa lagi? Hartawan atau orang-orang kaya yang dengan hartanya berfoya-foya, sombong, maksiat dengan kekayaannya di tengah banyak orang yang menderita. Siapa lagi? Ulama yang menjual ayat-ayat Allah dengan murah.