Perceraian akan memunculkan emosi-emosi negatif, seperti kesedihan, rasa cemas, kekhawatiran, dan merasa tak mampu bertahan hidup. Semua perasaan ini memberikan stres terhadap tubuh.
Ketika seseorang mengalami stres berkepanjangan, terjadi peningkatan tekanan darah, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan reaksi peradangan yang berlebihan. Kombinasi dari semuanya ini akan memicu berbagai gangguan kesehatan.
Berikut ini adalah beberapa dampak bercerai terhadap kesehatan:
Gangguan Cemas dan Depresi
Perceraian sering membuat seseorang merasa gagal dalam kehidupan rumah tangganya. Orang tersebut juga merasa tidak “aman” karena kehilangan dukungan ekonomi, pekerjaan, atau karena harus pindah ke lingkungan baru.
Kondisi yang demikian bisa memicu stres dan trauma jangka panjang, yang berujung pada gangguan cemas dan depresi.
Insomnia
Insomnia umum terjadi pada orang yang mengalami depresi, termasuk depresi akibat perceraian. Gangguan tidur ini muncul tanpa disadari, akibat tubuh dan pikiran tidak tenang dengan ketidakhadiran pasangan.
Stres secara langsung meningkatkan kadar hormon kortisol. Akibatnya, seseorang sulit untuk tidur atau mempertahankan tidur. Kondisi tersebut pun akhirnya membuat stres semakin bertambah parah.
Infeksi
Stres yang terjadi sebagai dampak perceraian dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh secara langsung. Hal ini membuat tubuh lebih rentan mengalami infeksi.
Beberapa penyakit infeksi yang rentan terjadi pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, misalnya flu, batuk, dan pilek.
Gangguan Pencernaan
Stres dapat secara spontan meningkatkan asam lambung. Tidak heran, orang-orang yang sering stres cenderung mengalami gangguan saluran pencernaan secara berulang.
Pada orang-orang yang sedari awal sudah memiliki masalah pada pencernaan, stres juga bisa membuat kondisi tersebut semakin buruk. Bahkan, risiko terjadinya komplikasi juga akan meningkat tinggi.
Berat Badan Berubah Drastis
Sebagian orang yang sedang stres cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, gula, dan garam.
Ini karena jenis makanan tersebut dapat membantu memperbaiki mood dan emosi untuk sementara waktu.
Di sisi lain, makanan tinggi lemak, gula, dan garam juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas, penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung dan stroke.
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Sebuah studi menunjukkan, risiko serangan jantung pada wanita yang telah bercerai lebih tinggi 24% daripada yang tidak bercerai.
Risiko ini bahkan akan melonjak hingga 77% pada wanita yang telah bercerai lebih dari satu kali.
Mengapa wanita lebih berisiko? Pada wanita, stres yang terjadi sebagai dampak perceraian menimbulkan respons peradangan yang lebih hebat dan lebih lama.
Ini sejalan dengan beban emosional dan beban sosial yang diterima wanita, misalnya dengan adanya melekatnya stigma janda pada dirinya.
Penyakit Kronik dan Gangguan Mobilitas
Sebuah studi dalam Journal of Health and Social Behavior menemukan, orang yang telah bercerai memiliki kemungkinan 20% lebih tinggi untuk mengalami penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Orang-orang tersebut juga cenderung memiliki gangguan mobilitas alias keterbatasan gerak, seperti tidak mampu berjalan jauh atau naik tangga.
Ketergantungan Zat Tertentu
Sebagian orang yang bercerai dapat mengalami ketergantungan terhadap rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang untuk mengatasi kesendirian, rasa cemas, atau depresi yang dialaminya.
The Journal of Men’s Health pada tahun 2012 bahkan menyebutkan, angka ketergantungan terhadap zat-zat tertentu, angka kematian, dan depresi pada pria yang bercerai jauh lebih tinggi daripada pria yang menikah.
Memang, dampak dari perceraian seperti yang telah disebutkan tidak akan dialami oleh semua orang.
Namun, harus diakui bahwa perceraian merupakan pengalaman menyakitkan, yang sedikit banyak akan memengaruhi kondisi psikis dan fisik Anda.
Oleh karena itu, pikiran dengan matang sebelum memutuskan untuk benar-benar bercerai dengan pasangan.
Referensi : Masalah Kesehatan yang Bisa Terjadi Akibat Perceraian