Rabu, 03 Agustus 2022

Manusia di azab karena Takdirnya atau karena Perbuatannya

Manusia di azab karena Takdirnya atau karena Perbuatannya. Diantara pertanyaan yang perlu dijawab oleh seorang yang paham mengerti tentang agamanya adalah “Apakah manusia dihukum karena kesalahan dan kemaksiatannya?”, Padahal Allah lah yang telah menakdirkan perbautan tersebut di Lauhul Mahfudz?

Kelak pada hari kiamat akan dihukum karena perbuatan dan atau kemaksiatan yang diperbuatnya selama di dunia. Apabila perbuatan tersebut bukan kesyirikan maka dihukum atau tidaknya tergantung kehendak Allah swt, karena hal tersebut telah dituliskan atas seorang hamba di lauhul mahfudz dan ketika ia masih berada dalam kandungan/perut ibunya. Seseorang mengetahui apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz lalu ia berdalil dengan takdir atas perbuatannya, tentu kita akan mengatakan bahwa alasannya benar, akan tetapi apa yang tertulis semenjak ia dalam kandungan tidak diketahuinya.

Siapakah yang tahu bahwa Allah menakdirkan kemaksiatan atas seorang hamba, padahal hamba tersebut sampai saat ini belum bermaksiat? Dalam Qur’an Surah Luqman Allah swt berfirman: Wa Ma Tadri Nafsun Madza Taksibu Ghodan? Artinya “Dan tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan ia kerjakan esok hari.” (Q.S Luqman: 34). Sehingga ketika seseorang melakukan maksiat, ia belum tahu apa yang Allah takdirkan untuknya, ia baru tahu setelah kejadian tersebut berlalu, dan alasan dengan takdir tidak akan diterima kecuali apabila ia telah mengetahui sebelum kejadian tersebut. Oleh karena itu sebagian ulama berkata: “Takdir itu bersifat rahasia dan tertutup, tidak diketahui sampai waktunya terjadi.”

Syekh Utsaimin berkata: perkataan ulama seperti itu adalah benar, buktinya adalah siapakah yang mengetahui bahwa Allah akan menurunkan hujan? Setelah turun hujan pada esoknya, barulah kita mengetahui bahwa Allah telah menakdirkan turunnya hujan. Begitu juga dengan perbuatan maksiat, Apakah si B mengetahui bahwa si A besok akan berbuat maksiat? Si B akan benar-benar mengatahui bahwa si A bermaksiat setelah si A bermaksiat, barulah kita tahu bahwa Allah menakdirkannya. Sehingga pelaku maksiat tidak dapat beralasan dengan takdir atas pelanggaran syariat yang dilakukannya. Ketahuilah bahwa sampai kapanpun, syariat tidak akan bisa dilanggar dengan alasan takdir! Atas dasar inilah Allah runtuhkan alasan orang-orang yang berdalih dengan takdir atas perbuatannya? Allah swt berfirman: “Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukanNya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun, Demikianlah orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan adzab kami”. (Q.s Al An’am: 148)

Apabila alasan mereka dengan takdir tersebut dibenarkan, tentu mereka tidak akan merasakan azab dari Allah swt. Di dalam ayat lain Allah juga berfirman: “Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk Membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus”. (Q.s An Nisa: 165). Dari ayat ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seandainy takdir bisa digunakan untuk berdalih tentu tidak ada gunanya diutus para rasul.

Ketika Rasulullah saw mengabarkan, “bahwa setiap orang telah ditentukan tempatnya, baik di surga ataupun di neraka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak meninggalkan amal saja lalu kita pasrah dengan takdir itu?” beliau menjawab: “Tetaplah beramal karena setiap orang dimudahkan sesuai suratan takdirnya”. Kemudian Rasulullah saw membaca ayat, “Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah), dan bertakwa dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (Surga), maka akan kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”. Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (Kesengsaraan). HR Al Bukhori, No. 4949.

Maka kita katakan diakhir artikel ini kita katakan bahwa, “Takdir hanya Allah yang mengilmuinya/yang maha mengetahui atas taqdir manusia, takdir bersifat rahasia dan tertutup. Setiap orang yang beriman kepada Allah diperintahkan untuk berbuat kebaikan dan menjauhi segala keburukan (amal buruk). “Maka hendaklah seseorang melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, yaitu dengan beramal sholeh dan meninggalkan amal buruk, karena inilah yang tuntutan Allah swt kepada hambaNya dan Allah swt tidak akan membebani seorang hamba diluar kesanggupannya.

Referensi : Manusia di azab karena Takdirnya atau karena Perbuatannya