Banyak kasus pasien berkunjung ke dokter dengan berbagai keluhan ketidaknyamanan pada tubuhnya. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter tidak menemukan adanya indikasi penyakit secara medis. Kondisi ini kemudian disebut dengan psikosomatik. Psikosomatik berasal dari kata Psiko yang berarti mental atau Kejiwaan dan Somatik yang berarti fisik atau tubuh. Dengan demikian psikosomatik adalah sekumpulan gejala yang dirasakan oleh seseorang pada tubuhnya akibat pengaruh faktor pikiran atau mental.
“Diagnosa ‘normal’ itu kadang melegakan hati pasien sesaat, tapi tak jarang justru membuat mereka kebingungan,” kata dokter I Wayan Mustika, S. Ked, Dr kepada, pasien masih merasakan gejala sakit pada tubuh yang makin menyiksa pikiran dan mentalnya. Inilah kemudian yang menjadi biang pencetus masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dokter Wayan Mustika menjelaskan betapa rumitnya dampak dari pikiran terhadap emosi, serta efeknya secara langsung atau tidak langsung terhadap fisik dalam bentuk gejala penyakit. Memahami soal psikosomatik sangatlah perlu bagi siapa pun di kehidupan ini untuk berhati-hati mengelola stres dalam kehidupan sosial dan pribadinya. Sebab, stres emosi dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit dalam berbagai derajat, mulai yang ringan sampai berat.
Fokus penanganan pasien psikosomatik adalah penanganan pada pikiran, karena penyebabnya bersumber dari pikiran. “Kita adalah motivator terbaik untuk pikiran kita sendiri,”
1. Keluhan pada sistem pencernaan
Penderita psikosomatik paling banyak datang dengan keluhan penyakit lambung (mag). Paling ringan adalah karena efek dari asam lambung yang meningkat. Gejalanya antara lain rasa penuh di ulu hati, mual sampai muntah, kembung, sendawa.
Apabila kondisi ini berlanjut bisa menyebabkan radang sampai borok pada lambung dengan gejala yang lebih terasa, misalnya nyeri atau eneg di ulu hati sebelum atau sesudah makan. Rasa nyeri ini kadang bisa tembus ke punggung. Dampak lain dari gejala maag ini menyebabkan sakit kepala dan pusing.
2. Keluhan pada sistem jantung dan pembuluh darah
Pasien yang mengalami gejala pada sistem ini seringkali mengeluh jantung yang berdebar-debar disertai keringat dingin. Gejala ini bisa muncul pada saat kaget atau pikiran mulai mengalami suatu kecemasan, bahkan bisa juga muncul tanpa dipicu sebab tertentu.
Sering juga terasa muncul denyutan jantung yang tidak biasa atau tidak harmonis. Ketika diperiksa dengan alat periksa jantung seringkali tidak menunjukkan adanya kelainan yang khas.
Pada pembuluh darah sering terjadi ketegangan sehingga terjadi peningkatan ringan sampai sedang pada tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah (hipertensi) ini bisa turun dengan cepat tanpa obat ketika pasien mulai bisa menenangkan dirinya.
Gejala yang muncul akibat perubahan peredaran darah karena gangguan kecemasan pikiran ini di antaranya berdebar, wajah panas memerah, keringat dingin, tensi darah meningkat, pusing atau terasa tidak seimbang, sampai muncul gejala mual dan muntah.
5. Keluhan pada sistem hormon
Berbagai kelainan pada hormon tiroid seperti hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid (kekurangan) atau tirotoksikosis (keracunan hormon tiroid) akan memberikan berbagai gejala. Rasa cemas, mudah marah, mudah curiga, rasa seperti leher tercekik atau terikat, rasa takut tanpa sebab yang jelas, sulit tidur, mimpi buruk dan gugup.
Keluhan-keluhan ini sering diikuti gejala hiperaktivitas saraf otonom seperti keringat banyak, mulut kering, pupil lebar, kulit pucat, nadi cepat dan sebagainya.Gejala kencing manis (DM) dan anoreksia nervosa (tidak mau makan) dapat merupakan penyakit hormonal akibat faktor pikiran yang cukup sulit diatasi jika tidak dilakukan dengan tepat.
6. Keluhan pada sistem otak dan saraf
Keluhan sakit kepala sebelah atau migren, pusing (rasa berputar), kaku pada leher, kesemutan, nyeri kronis akibat stres emosional adalah berbagai dampak emosi pada sistem saraf. Selain itu tangan mudah gemetar (tremor), gangguan konsentrasi, rasa kelemahan otot dan sebagainya dapat merupakan gejala psikosomatik pada sistem saraf. Murung, selalu merasa dingin pada tubuh kadang dapat dijumpai pada pasien.
7. Keluhan pada sistem otot dan tulang
Nyeri pada persendian, reumatik, kaku leher, kaku otot pinggang dan punggung, nyeri pada tulang dapat berkaitan dengan faktor psikis.
8. Keluhan pada sistem imunitas (kekebalan)
Penurunan kekebalan tubuh terhadap berbagai infeksi mudah terjadi pada pasien-pasien psikosomatik. Ini karena sel-sel kekebalan tubuh mengalami berbagai perubahan. Munculnya pertumbuhan sel-sel ganas atau kanker merupakan efek berat dari penyakit psikosomatik pada sistem imunitas.
Penanganan Psikosomatik
Penanganan atau Terapi Psikosomatik
Secara umum ada 3 aspek yang perlu mendapat perhatian dalam penanganan pasien psikosomatik;
- Aspek Bio-Organik;
- Aspek Psiko- Edukatif; dan
- Aspek Sosio-Kultural.
Berikut penjelasannya.
1. Aspek Bio-Organik
- Pemeriksaan fisik secara lengkap dan teliti dapat membuktikan ada tidaknya penyakit fisik yang bermakna medis. Ini dapat mengurangi atau menghilangkan kesan bahwa pasien mengalami penyakit yang berat atau tak terobati.
- Mengobati kelainan fisik atau cacat bawaan dapat menghilangkan perasaan rendah diri dan stres emosional pasien.
- Penggunaan obat-obatan sesuai keluhan fisik yang dirasakan, serta untuk keluhan emosional seperti cemas, gelisah, gangguan tidur, depresi dan lainnya yang dialami penderita.
- Mengajarkan kebiasan hidup yang sehat seperti kerja, istirahat, makan, hobi dan sebagainya.
2. Aspek Psiko-Edukatif
- Menciptakan hubungan dokter-pasien yang yang nyaman sehingga timbul suasana kepercayaan dari pasien kepada dokter atau penyembuhnya.
- Ventilasi. Memberi kesempatan mengutarakan atau mengeluarkan emosi- emosi yang lama terpendam di pikiran bawah sadar, dapat dengan cepat mengurangi gejala penyakit.
- Re-edukasi. Dengan menggunakan intelegensi dan rasio pasien, dapat diberikan keyakinan, pengertian dan pemahaman baru yang lebih bermanfaat mengenai sebab-sebab penyakitnya atau cara-cara menghadapi stresor dalam kehidupan ini.
-> Agama. Membantu pasien melihat persoalan-persoalan, konflik-konflik batinnya dari sudut agama atau spiritualitas agar semakin mampu berpikir positif di masa depan.
3. Aspek Sosio-Kultural
- Memperbaiki kondisi sosial ekonomi dapat membantu mengatasi berbagai stres yang muncul oleh faktor ekonomi. Membantu mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi, memberi saran-saran, motivasi dan menjelaskan kemungkinan-kemungkinan dari pilihan hidup dapat memberi nilai positif bagi pasien di masa depan.
- Meningkatkan kemampuan pasien menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
- Memperbaiki cara pandang lingkungan sosial atau keluarga terhadap pasien sehingga dapat ikut membantu kesembuhan pasien.