Mampu menerima kondisi sebagaimana adanya hidup adalah kunci untuk mengurangi kerisauan hidup. Kadang hidup itu seperti sebuah kapal di tengah lautan, dimana kadang harus menghadapi pasang surut nya air laut, ombak, angin badai dan kadang butuh waktu untuk mengisi bahan bakar demi melanjutkan rute perjalanannya.
Jika hidup manusia di ibaratkan seperti kehidupan kapal, maka kita akan menyadari bahwa hidup ini akan selalu menghadapi duka maupun suka yang datang silih berganti seperti air laut yang mengalami pasang surut.
Hidup ini kadang juga harus menghadapi tantangan, rintangan maupun pergumulan hidup yang membuat kita seakan-akan berada dalam situasi cemas, panik dan takut sehingga kita dapat belajar mengontrol perasaan maupun pikiran kita terhadap situasi seperti ombak yang selalu siap kapan saja untuk mengoyahkan kapal.
Hidup ini kadang juga harus menghadapi cacian, fitnah atau gosip yang membuat kita hampir saja terjatuh dalam keterpurukan dan kadang juga kita bisa terlena dalam berbagai pujian yang menghanyutkan sama seperti angin badai yang kadang kala hampir membuat kapal kehilangan keseimbangan.
Hidup ini kadang juga butuh beristirahat sejenak, mengisi energi serta mengasah diri sebelum melanjutkan perjalanan hidup masa depan seperti kapal yang butuh waktu untuk mengisi bahan bakar demi melanjutkan rute perjalanannya.
Sadar bahwa segala sesuatu terjadi hanyalah pengkondisian sementara. Sadar bahwa segala sesuatu akan terus berubah seiring berjalannya waktu. Sadar bahwa segala sesuatu terjadi karena adanya sebab dan akibat. Sadar bahwa segala sesuatunya tidak akan terjadi jika bukan karena kita dan untuk kita.
Ketika kita belajar memahami bahwa segala sesuatu adalah bagian proses dari hidup kita, tentu kita akan mengerti bahwa segala sesuatu harus kita terima dan jalani sebagaimana mestinya tanpa menyalahkan pihak subjektif namun lebih mengacu pada pribadi kita yang mau terus selalu belajar untuk instropeksi diri serta mengasah diri agar menjadi semakin baik dan berkualitas.
Referensi : Kapal Kehidupan