Jamaah mushola Baitul ‘Adl rahimakumullah. Sesungguhnya tidak semua manusia, terkhusus hamba Allah itu senantiasa istiqamah beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzaariyat ayat 56 yang berbunyi :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Jadi Allah menjadikan dan menciptakan jin dan manusia itu hanya untuk menghambakan diri kepadaNya. Sebagaimana Allah Ta’ala telah mengingatkan kita untuk saling mengingatkan sesama muslim dalam hal amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini telah Allah terangkan dalam surat Ali Imran : 110 :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Mengajak kepada kebaikan itu bukan perkara mudah, ketika kita melakukan kegiatan-kegiatan rutinitas kita saja belum tentu kita dapat beristiqamah. Kadang-kadang kita merasakan sendiri, bahwa kegiatan ibadah yang kita lakukan selama ini kebanyakan bersifat temporal. Jadi ibadah yang dilakukan hanya sesuai kebutuhan atau keinginan kita saja. Ketika kita mendapat suatu ujian atau cobaan dari Allah yang kita tidak menyenangi ujian atau cobaan tersebut, kita bisa semakin dekat kepada Allah ta’ala. Namun ketika ujian dan cobaan itu telah berlalu dan kita mendapatkan kesenangan yang diinginkan, kita mulai lalai, lengah dan lupa kepada Allah ta’ala.
Kewajiban kita sebagai makhluk Allah dan Umat Rasulullah ﷺ bukan hanya melakukan sesuatu perkara yang bersifat wajib saja. Ketika kita melaksanakan sholat wajib yang lima waktu dan dilakukan dengan tepat waktu, itu merupakan sesuatu yang biasa bagi seseorang yang beriman, karena hal tersebut merupakan sebuah kewajiban yang memang harus dilaksanakan. Tetapi bagaimana sangat luar biasanya apabila hal-hal yang wajib tersebut kita hiasi dengan hal-hal yang sunnah. Nah, hal itulah yang seharusnya terus kita lakukan dengan istiqamah, dengan mengerjakan perkara yang sunnah dengan tidak membengkalaikan perkara wajib. Seperti melakukan sholat dhuha, tahajud, sedekah dan perkara-perkara sunnah lainnya.
Namun yang harus kita perhatikan dan berhati-hati yaitu apakah kita sudah istiqamah atau belum. Mungkin hari ini kita melakukan perkara-perkara tersebut, namun besok tidak ada jaminan kita masih melakukannya. Karena memang menjaga keistiqamahan dalam beribadah kepada Allah itu tidaklah mudah, perlu perjuangan dan keikhlasan dan itu sesuatu yang berat bagi yang tidak ikhlas. Padahal Allah telah menyampaikan dalam surat Asy-Syam ayat 8 :
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”,
Oleh karenanya Allah telah mengilhamkan kepada setiap insan manusia dalam hatinya itu untuk memilih kebaikan dan keburukan. Jadi ketika seseorang itu memilih jalan kehidupan yang baik dan istiqamah dalam kebaikan, maka Al-Quran akan menjadi panglima dan imam dalam kehidupannya. Tetapi ketika kita tidak menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup, rujukan dan panglima dalam kehidupan pasti kita akan lalai dalam beribadah kepada Allah ta’ala. Saat kita mulai lalai dalam beribadah kepada Allah, maka itu akan berimplikasi terhadap perbuatan yang kita lakukan.
Jamaah mushola Baitul ‘Adl rahimakumullah. Kita diberikan tugas dan tanggung jawab oleh Alla sebagai pemimpin dalam setiap aspek kehidupan. Baik itu dari memimpin rumah tangga, masyarakat, bahkan memimpin diri sendiri. Dan yang paling penting adalah ketika kita diberikan amanah sebagai pemimpin, maka kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Oleh karena itu alangkah bahagianya ketika kita mendapatkan pujian dari Allah dan dimuliahkan Allah tetapi jangan kita merasa bangga dan berbesar diri ketika mendapatkan pujian dari sesama makhluk. Sebab perkara itu dapat menjadikan kita sombong dan angkuh serta akan jauh dari rahmatnya Allah.
Maka dari itu pada sore ini saya mengajak kepada kita semua untuk mengenali diri kita sendiri. Bahwa kehidupan yang Allah telah berikan kepada kita pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. Jadi untuk mempersiapkan hal tersebut, kita harus berusaha untuk saling mengingatkan. Ini bentuk kepedualian kita sebagai umat islam yang bersaudara. Apabila diantara kita sudah acuh tak acuh dan tidak ingin saling mengingatkan, tidak ingin saling mengajak dalam kebaikan, maka ini adalah implikasi disebabkan lemahnya iman kita.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita, tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Namun menerapan ini bukan perkara yang mudah untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu kita harus selalu meningkatkan ibadah kita kepada Allah ta’ala setiap waktu. Mari kita untuk selalu amar ma’ruf nahi munkar, baik itu di lingkungan keluarga, kantor dan masyarakat. Dan mari juga kita untuk tetap menjaga ibadah-ibadah kita yang sunnah lebih-lebih perkara yang wajib dan kita selalu bermohon kepada Allah agar kita semua bisa mencapai derajat orang-orang yang istiqamah dalam menjalankan ibadah.
Referensi : Istiqamah dalam beribadah