Korupsi dalam pandangan islam, Sungguh sangat menyedihkan bahwa bangsa Indonesia mayoritas beragama namun sampai dengan saat ini, Indonesia masih menyandang jawara dalam hal korupsi. Tulisan ini bermaksud untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa korupsi dilarang dalam ajaran agama apa pun termasuk agama Islam. Setelah kita memahami secara baik adanya larangan untuk tidak korupsi berdasarkan Syari?at Islam diharapkan umat Islam khususnya akan manjauhi praktek-praktek korupsi yang kotor dan keji.
Meskipun terjadinya praktek korupsi di berbagai sektor tidak serta merta berdampak langsung kepada kehidupan kita namun jika kita semua tidak peduli dan turut serta pada upaya pemberantasan tindak pidana korupsi maka lambat laun kita semua akan hancur berantakan. Hal ini diibaratkan sebagai sebuah kapal besar yang bernama Indonesia, berlayar menyeberangi samudera nan luas dan mengangkut sarat penumpang dengan berbagai kepentingan. Agar tujuan dapat dicapai dengan selamat maka kapten kapal harus menegakkan aturan main seperti yang telah mereka sepakati. Peristiwa demikian telah di jelaskan dalam salah satu hadist sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Zakariyya' berkata, aku mendengar 'Amir berkata, aku mendengar An-Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu. Lalu orang yang berada di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata; "Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami". Bila orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya" (HR. Bukhari).
Korupsi Menurut Fiqh Jinayah, Korupsi dalam syariat Islam diatur dalam fiqh Jinayah. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis tindak pidana (korupsi) menurut Fiqh Jinayah (Irfan, 2012). Fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang bersifat praktis dan merupakan hasil analisis seorang mujtahid terhadap dalil-dalil yang terinci, baik yang terdapat dalam Al-quran maupun hadist. Secara terminologis, jinayah didefinisikan dengan semua perbuatan yang dilarang dan mengandung kemudaratan terhadap jiwa atau selain jiwa.
Jinayah adalah sebuah tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam keselamatan fisik dan tubuh manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga diri dan harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi hukum, baik diberikan di dunia maupun hukuman Allah kelak di akhirat.
Fiqh Jinayah adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang digali dan disimpulkan dari nash-nash keagamaan, baik Alquran maupun hadist, tentang kriminalitas, baik berkaitan dengan keamanan jiwa maupun anggota badan atau menyangkut seluruh aspek pancajiwa syariat yang terdiri dari:
agama;
jiwa;
akal;
kehormatan atau nasab;
harta kekayaan maupun di luar pancajiwa syariat tersebut
Hadits-Hadits yang mengatur Al-ghulul:
a. Larangan Mengambil yang bukan haknya meskipun seutas benang dan sebuah jarum, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda,?Serahkanlah benang dan jarum. Hindarilah Al-ghulul, sebab ia akan mempermalukan orang yang melakukannya pada hari kiamat kelak?. beginilah anjuran dari Rasulullah, melarang mengambil sesuatu yang bukan haknya walaupun hanya seutas benang dan sebuah jarum.
b. Bagikan segala sesuatu kepada yang berhak, Dari Ibnu Jarir dari Al-Dahhak, bahwa nabi mengirimkan beberapa orang pengintai kepada suatu daerah musuh. Kemudian daerah itu diperangi dan dikalahkan serta harta rampasan dibagi-bagi. Tetapi para pengintai tidak hadir ketika rampasan itu dibagi-bagi. Lalu ada diantara mereka menyangka, bahwa mereka tidak akan dapat bagian. Kemudian setelah mereka datang ternyata bagian untuk mereka telah disediakan. Maka turunlah ayat ini yang menegur sangkaan mereka yang buruk, sekaligus menyatakan bahwa nabi tidaklah berbuat curang dengan pembagian harta rampasan perang dan sekali-kali tidaklah nabi akan menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan diri beliau sendiri.
c. Larangan untuk mengambil sesuatu tanpa izin dari yang berhak, Bersumber dari Mu?adz bin Jabal yang berkata, ?Rasulullah Saw telah mengutus saya ke Negeri Yaman. Ketika saya baru berangkat, ia mengirim seseorang untuk memanggil saya kembali, maka saya pun kembali.? Nabi bersabda, ?Apakah engkau mengetahui mengapa saya mengirim orang untuk menyuruhmu kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu apa pun tanpa izin saya, karena hal itu adalah Ghulul (korupsi). Barang siapa melakukan ghulul, ia akan membawa barang ghulul itu pada hari kiamat. Untuk itu saya memanggilmu, dan sekarang berangkatlah untuk tugasmu. (HR. At-Tirmidzi).
d. Pada hari kiamat orang akan memikil terhadap barang yang diambil secara tidak sah, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, ?Suatu hari Rasulullah saw berdiri ditengah-tengah kami. Beliau menyebut tentang ghulul, menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat besar. Lalu beliau bersabda, ?Sungguh aku akan mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul unta yang melenguh-lenguh. ? Ia berkata, ?Wahai Rasulullah tolonglah aku. ?Maka aku menjawab, ?Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku juga mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul kambing yang mengembik-embik. ?Ia berkata, ?Wahai Rasulullah tolonglah aku.? Maka aku menjawab, ?Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya. Aku juga mendapati seseorang di antara lain pada hari kiamat datang dengan memikul binatang yang mengeluarakan suara-suara keras. Ia berkata, ?Wahai Rasulullah tolonglah aku.? Maka aku menjawab, ? Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku juga akan mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul kain dan baju-baju yang berkibar-kibar.? Ia berkata, ?Wahai Rasulullah tolonglah aku.? Maka aku menjawab, ?Aku tidak memiliki sesuatupun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. Aku mendapati seseorang di antara kalian pada hari kiamat datang dengan memikul barang-barang yang berharga.? Ia berkata, ?Wahai Rasulullah tolonglah aku.? Maka aku menjawab, ?aku tidak memiliki sesuatu apapun dari Allah untuk itu. Sungguh aku telah menyampaikan semuanya kepadamu. (HR. Bukhari)
e. Larangan Pejabat Publik untuk mengambil semua kekayaan publik secara tidak sah, Hadits ini menunjukkan bahwa pengertian ghulul tidak terbatas pada lingkup korupsi harta rampasan perang saja, melainkan mencakup semua kekayaan publik, yang diambil seorang pejabat secara tidak sah. Seperti tertuang dalam peringatan Rasulullah Saw kepada Mu?adz yang diangkat menjadi Gubernur Yaman, agar tidak mengambil sesuatu apa pun dari kekayaan negara yang ada di bawah kekuasaannya tanpa izin Rasulullah. Jika hal ini tetap dilakukan maka ia melakukan tindakan korupsi.
Telah menceritakan kepada kami Ubaid bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari ayahnya, dari Abu Humaid As Sa'idi mengatakan, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah mempekerjakan seorang laki-laki untuk mengelola zakat bani Sulaim yang sering dipanggil dengan nama Ibnu Al Latabiyah, tatkala dia datang, dia menghitungnya dan berkata; 'Ini adalah hartamu dan ini hadiah.' Spontan Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berujar: "kenapa kamu tidak duduk-duduk saja di rumah ayahmu atau ibumu sampai hadiahmu datang kepadamu jika kamu jujur." Kemudian beliau berpidato di hadapan kami, memuja dan memuji Allah terus bersabda: "Amma ba'd. Sesungguhnya saya mempekerjakan salah seorang diantara kalian untuk mengumpulkan zakat yang telah Allah kuasakan kepadaku, lantas ia datang dan mengatakan; 'ini hartamu dan ini hadiah yang diberikan kepadaku, ' kenapa dia tidak duduk-duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya sampai hadiahnya datang kepadanya? Demi Allah, tidaklah salah seorang diantara kalian mengambil sesuatu yang bukan haknya, selain ia menjumpai Allah Swt pada hari kiamat dengan memikul hak itu, aku tahu salah seorang diantara kalian menjumpai Allah dengan memikul unta yang mendengus, atau sapi yang melenguh, atau kambing yang mengembik." Kemudian beliau mengangkat tangannya hingga terlihat putih ketiaknya seraya mengatakan: "Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan apa yang kulihat dengan mataku dan kudengar dengan dua telingaku?" (HR. Bukhari).
Syaikh Muhammad bin Abdul wahap memberikan definsi risywah sebagai berikut:
Imbalan yang diambil seseorang atas perbuatannya yang mengaburkan kebenaran dan mengkedepankan kebathilan, dan kompensasi yang dinikmati seseorang atas usaha untuk menyampaikan hak orang lain kepada yang berkompeten.?
Dr. Yusuf Qardhawi dalam Abu Fida mendefinisikan risywah sebagai berikut: ?Suatu yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan atau jabatan (apa saja) untuk menyukseskan perkaranya dengan mengalahkan lawan-lawannya sesuai dengan apa-apa yang diinginkan, atau untuk memberikanpeluang kepadanya (misalnya seperti lelang/tender) atau menyingkirkan lawan-lawannya??? (Al-Halal dan Haram, hal,123)
Adapun dasar hukum dari Risywah, adalah dalil-dalil baik yang terdapat dal Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:
Surat AL-Maidah (5) ayat 42
?Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram418. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil?. QS: Al-Maidah(5) ayat 42
Haramnya Risywah Berdasarkan As-Sunnah
Hadits Pertama
Bersumber dari Tsauban ia berkata, ?Rasulullah Saw melaknat pelaku, penerima, dan perantara risywah, yaitu orang-orang yang menjadi penghubung di antara keduanya. (HR. Ahmad)
Hadits Kedua
Bersumber dari Abdillah bin Amr dan Nabi Saw, ia berkata, ?Rasulullah Saw melaknat pelaku dan penerima risywah.? Ia berkata, ?rasul menambahkan, Allah akan melaknat pelaku dan penerima risywah.? (HR. Ibnu Majah).
Hadits Ketiga
Rasulullah Saw bersabda, ? Penyuap dan yang menerima suap masuk dalam neraka.? (HR. Tabrani)
Hadits Keempat
Bersumber dari Masruq, seorang Qadhi berkata, ?Apabila seseorang memakan hadiah, maka ia memakan uang pelicin, dan barang siapa yang menerima risywah (suap) maka ia telah mencapai kafir.? Katanya lagi, ?Barang siapa meminum khamr, sungguh ia telah kafir, dan kafirnya adalah bukan kafir (meninggalkan) shalat.? (HR. An-Nasa).
Hadits Yang Menjelaskan Ciri-ciri Munafik : Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin 'Uqbah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika berseteru curang". Hadits ini diriwayatkan pula oleh Syu'bah dari Al A'masy. (HR. Bukhari)
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Setiap pengkhianat diberi bendera pada hari kiamat sebagai tanda pengenalnya." (HR. Bukhari).
Bersumber dari Yusuf bin Mahaq Al-Makki yang berkata: Aku menulis daftar nafkah bagi anak-anak yatim untuk Fulan. Si Fulan ini adalah wali dari anak-anak yatim itu. Suatu ketika, mereka keliru menghitung seribu dirham. Si Fulan memberikan seribu dirham kepada mereka (yatim). Namun, kemudian ternyata aku dapati bahwa harta mereka ada dua ribu dirham. aku berkata, ?Ambillah seribu dirham milikmu yang telah mereka bawa?. Kemudian ia menjawab: Ayahku menceritakan kepadaku, ia mendengar Rasulullah Saw bersabda,? Tunaikanlah amanah terhadap orang yang memberimu amanah. Namun, janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu. (HR. Abu Dawud)
Keterangan:
Siapa pun yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjauhi sifat khianat, karena pengkhianat sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya.
Surah Al-Maidah (5) ayat 38
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana?. (QS: Al-Maidah (5) ayat 38).
Keterangan:
Ayat ini turun untuk menjelaskan hukuman bagi yang mencuri baik bagi laki-laki maupun perempuan. turunnya ayat ini terkait dengan kisah seorang perempuan dari kabilah Makhzumiah yang mencuri pada zaman Rasulullah. Korban pencurian melaporkan kepada Rasulullah, mereka berkata: ?Inilah perempuan yang telah mencuri harta benda kami, dan keluarganya akan menebusnya?. Beliau bersabda: ?Potonglah tangannya?. Keluarga pelaku menjelaskan, ?Kami berani menebus lima ratus dinar?. Nabi Saw bersabda, ?Potonglah tangannya?. Maka dipotonglah tangan kanan perempuan itu. Lalu pelaku bertanya, ?Apakah tobatku masih diterima ya Rasulullah?? Beliau menjawab, ?Ya engkau hari ini bersih dari dosamu seperti ketika engkau dilahirkan oleh ibumu?
Anjuran Untuk Tidak Menyekutukan Allah, Tidak Mencuri, Tidak Berzina, dan Tidak Berbohong:
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Idris 'Aidzullah bin Abdullah, bahwa 'Ubadah bin Ash Shamit adalah sahabat yang ikut perang Badar dan juga salah seorang yang ikut bersumpah pada malam Aqobah, dia berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika berada ditengah-tengah sebagian sahabat: "Berbai'atlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang ma'ruf. Barangsiapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah dan barangsiapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya di dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barangsiapa yang melanggar dari hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau disiksanya". Maka kami membai'at Beliau untuk perkaraperkara tersebut. (HR. Bukhari).
Menyimpan banyak pelajaran bagi umat Islam di dunia. Salah satu pelajaran terdapat dalam surat Fatir ayat 32 menyebutkan kelompok yang zalim pada diri sendiri. Dalam ayat tersebut, golongan yang zalim pada diri sendiri disebut zalimul linafsih. Berikut bacaan lengkap Al Fatir ayat 32 dalam artinya sebagai berikut ini :
Artinya: "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."
Siapa yang dimaksud golongan yang zalim pada diri sendiri atau zalimul linafsih dalam Al Quran?
Dikutip dari buku Menempuh Jalan ke Surga karya Badiatul Muchlisin Asti, golongan tersebut diartikan sebagai yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. Kondisi ini terjadi tidak menjadikan Al Quran sebagai panduan hidup.
"Kelompok ini tidak mau atau enggan menjadikan Al Quran sebagai pedoman. Akibatnya hidup mereka gelap gulita, hingga akhirnya sikap orang-orang ini sadar atau tidak sadar telah menganiaya diri sendiri,".
Kehidupan golongan yang zalim pada diri sendiri atau zalimul linafsih tanpa arah dan tidak punya panduan syar'i. Mereka juga tak mengenal halal haram, baik buruk, dan hidup hanya demi kenikmatan. Karakter lain adalah malas ibadah, melakukan maksiat, dan berbuat dosa.
Golongan yang zalim pada diri sendiri atau zalimul linafsih pada akhirnya akan menerima akibatnya. Risiko ini dijelaskan dalam hadits berikut, yang Artinya: Dari Abu Darda RA yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW membaca firman-Nya: "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri." Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga." (Tafsir Ibnu Katsir).
Dengan mengetahui golongan zalimul linafsih dan penjelasannya dalam Al Quran serta hadits, semoga kita bisa terhindar dengan selalu hidup sesuai aturan Allah SWT dan sunnah nabiNya.
Hadits Tentang Memaafkan Kesalahan Orang Lain dalam Islam, Memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu akhlak mulia yang perlu ditanamkan pada diri umat muslim. Banyak dalil dalam Al Quran maupun hadits tentang memaafkan kesalahan orang lain yang dapat menjadi pedoman bagi umat muslim. Rasulullah SAW telah banyak mendorong umat muslim untuk bersikap pemaaf pada orang lain melalui contoh perbuatannya semasa hidup. Dikisahkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah, pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka dia menjawab,
"Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain," (HR Ibnu Hibban).
Selain itu, sikap pemaaf yang harus dimiliki umat muslim secara tegas dijelaskan dalam firmanNya surat Al A'raf ayat 199. Berikut bacaannya, Artinya: "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."
Selain dalil-dalil yang telah dijelaskan di atas, merangkum beberapa hadits tentang memaafkan kesalahan orang lain yang disadur dari berbagai buku dan sumber di media sosial dan internet, berikut dengan terjemahannya sebagai berikut ini :
1. HR Muslim Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)."
2. HR Bukhari dan Ad Dailami. Artinya: Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada,"
3. HR At Thabrani Artinya: "Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah),"
4. HR Al Anshari "Orang yang paling penyantuh di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya,"
Istilah memaafkan dalam bahasa Arab sendiri adalah Al 'Afwu. Artinya secara bahasa adalah melewatkan, membebaskan, meninggalkan pemberian hukuman, menghapus, dan meninggalkan kekasaran perilaku.
Sementara itu, secara istilah Al 'Afwu juga dapat bermakna menggugurkan (tidak mengambil) hak yang ada pada orang lain. Hal ini menjadi bukti mulianya sikap pemaaf, sebagaimana dilansir dari buku Berdakwah dengan Hati yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim bin Shalih bin Shabir Al-Maghdzawi.
Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 134 juga menyebut bahwa sikap memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa. Allah Swt berfirman, Artinya: "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,"
Melalui informasi ini, semoga kita semua bisa sama-sama mulai melatih diri menjadi orang yang pemaaf sesuai dengan hadits tentang memaafkan kesalahan orang lain dan dalil Al Quran lainnya ya, sahabat hikmah. Aamiin.
Ketika seorang hamba mempunyai dosa kepada Allah Swt maka orang tersebut harus bertaubat, beristighfar memohon ampun kepada Allah Swt. Dan ampunan Allah Swt sangat luas bagi setiap manusia. Akan tetapi ketika seorang hamba mempunyai kesalahan terhadap orang lain terlebih kepada sesama Muslim maka urusannya bukan sekedar bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Swt, tetapi hamba tersebut harus bersegera meminta maaf dengan sepenuh hati kepada orang yang yang telah dizalimi.
Sebab konsekuensi yang akan ditanggung seorang hamba yang tidak mau meminta maaf kepada orang yang pernah dizaliminya sangat besar. Itu bisa merontokan pahala yang pernah dikerjakannya dan justru menambah dosa bagi dirinya.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib terdapat sebuah hadits Nabi Muhammad SAW tentang bersegera meminta maaf atas perbuatan zalim yang pernah dilakukan pada orang lain tersebut Rasulullah Muhammad SAW bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Tirmidzi yang artinya sebagai berikut ini :
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa ada padanya perbuatan zalim kepada saudaranya menyangkut kehormatan atau apapun, maka hendaklah ia segera meminta kehalalan atas perbuatan zalim yang dia lakukan hari itu juga sebelum tidak ada dinar dan tidak ada dirham (yaitu pada hari kiamat dimana harta benda tidak ada gunanya). Jika ada baginya amal saleh maka diambil lah pahalanya sesuai dengan kadar kezalimannya. Jika sudah tidak ada amal-amal kebaikan, maka diambil lah dari dosa-dosanya orang-orang yang dizalimi. Lalu dosa itu dibebankan kepadanya". (HR Bukhari dan Tirmidzi).
Supaya dosa diampuni Allah Swt yang perlu diperhatikan, Sebagai manusia biasa tentu tidak akan lepas dari yang namanya dosa. Entah itu dosa besar atau kecil, disadari atau tidak, berdosa kepada Allah Swt, sesama manusia, bahkan diri sendiri. Bila tidak bertaubat, tentu dosa tersebut akan terus menumpuk dan memberatkannya di akhirat nanti. Cara dari Allah SWT agar dosa-dosa manusia berikut ii agar dosa hamba terampuni Allah Swt, berikut, penjelasannya sbb ini :
Beramal Baik Melakukan amalan baik bisa menjadi salah satu cara mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Setelah melakukan taubat pada Allah Swt, hendaknya kita melakukan amalan baik sebagai pengganti kesalahan atau dosa yang pernah kita lakukan.
Musibah di Dunia Allah Swt bisa mendatangkan musibah bagi siapapun di dunia ini. Jika manusia tertimpa musibah, lantas ia ikhlas dan tidak mengeluh, maka Allah Swt akan menggugurkan dosa-dosa kita. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Doa Memohon Ampun, Doa merupakan intisari dari ibadah. Doa juga merupakan senjata ampuh bagi orang-orang yang beriman. Sebuah ayat menjelaskan bahwa orang-orang sesudah kaum Muhajirin dan Ansar berdoa pada Allah Swt agar dosa-dosa saudara-saudara mereka telah beriman sebelumnya akan diampuni.
Amalan dari Orang Lain Terdapat tiga perkara yang pahalanya akan terus mengalir meski kita telah tiada, yakni doa dari anak yang saleh atau salehah, amal jariyah, dan ilmu yang bermanfaat. Ketiganya dapat memberikan kita pahala dan menggugurkan dosa-dosa kita selama hidup.
Siksa Kubur Ketika seseorang memasuki alam kubur, ia tidak akan mendapatkan azab yang sama. Azab yang diberikan akan disesuaikan dengan besar kecilnya dosa yang pernah dia perbuat. Azab di alam kubur ini dapat menjadi penebus atau pengurang dosa-dosa ringan selama masa hidup.
Taubat Dalam beberapa ayat dan hadis disebutkan, taubat berfungsi untuk sebagai pengecualian ancaman azab yang akan diterima oleh pelakunya. Namun, taubat yang dimaksud disini yakni taubat nasuha, yaitu taubat yang dilakukan dengan hati ikhlas dan tidak akan pernah mengulanginya.
Istighfar Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa apabila kita memiliki dosa maka beristighfar atau memohon ampun pada Allah Swt, maka Dia akan mengampuni hamba-Nya. Sebagaimana dalam hadisnya:
“Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk bersuci, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. Kemudian Rasulullah SAW membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” ( Hadits Hasan Riwayat at-Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521 )
Syafaat Syafaat ini dapat membebaskan dan meringankan kita dari siksaan di akhirat kelak. Hanya umar Rasulullah SAW yang berhak mendapatkan syafaat. Itupun jika semasa hidupnya ia sangat mencintai Nabi Muhammad SAW juga sering bersholawat padanya.
Demikian beberapa cara yang bisa kita lakukan agar dosa yang kita lakukan dapat diampuni oleh Allah Swt. Semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi orang orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, Allah humma Aamin.
Perceraian terkadang merupakan sebuah jalan keluar bagi rumah tangga
yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Walaupun perceraian dibenci
oleh Tuhan, tetapi perceraian tetap diperbolehkan jika ada alasan-alasan
yang memperbolehkan. Lantas apakah alasan-alasan tersebut? Simak ulasan
berikut ini. Berdasarkan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, alasan-alasan yang
diperbolehkan suami atau istri mengajukan perceraian ke Pengadilan
adalah sebagai berikut :
Salah satu pihak (suami atau istri) melakukan perbuatan
zina, atau menjadi penjudi, atau menjadi pemabuk, pemadat, atau hal
lainnya yang sukar untuk disembuhkan.
Salah satu pihak (suami atau istri) Salah satu pihak
meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin
pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;
Salah satu pihak (suami atau istri) mendapat hukuman
penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan
berlangsung;
Salah satu pihak (suami atau istri) melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;
Salah satu pihak (suami atau istri) mendapat cacat
badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya
sebagai suami/isteri;
Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun
lagi dalam rumah tangga.
Suami melanggar shigat taklik-talak.
Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Jika salah satu atau lebih dari poin-poin yang disebutkan diatas
sesuai dengan kondisi rumah tangga anda, maka secara hukum alasan anda
sudah kuat, anda bisa membuat surat gugatan atau permohonan cerai dengan
menyertakan alasan alasan tersebut di atas
Untuk alasan pada poin nomor 7 mengenai shigat taklik talak, Shigat taklik talak sendiri dapat anda lihat pada buku nikah anda masing-masing yang mana isinya terdiri dari 4 poin sebagai berikut:
Meninggalkan istri selama 2 (dua) tahun berturut-turut.
Tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (tiga) bulan lamanya.
Menyakiti badan/jasmani istri saya, atau
Membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya 6 (enam) bulan lamanya.
Jika suami melakukan perbuatan yang disebutkan diatas, maka secara
hukum anda (istri) bisa menggugat cerai suami dengan poin melanggar
shigat taklik talak.
Demikian alasan-alasan perceraian yang dapat diterima dan sesuai
dengan aturan hukum bagi anda (suami atau istri) yang ingin mengajukan
perceraian ke Pengadilan Agama. Terakhir, perceraian merupakan hal yang
diperbolehkan, namun hal tersebut sangat dibenci oleh Allah.
Semoga kita terhindar dari percerain, karena sesungguhnya perceraian adalah dibenci Allah Swt. Semoga saling memberi maaf dan menerima kembali dengan keluarga dan semoga lebih bahagia dengan anak istri tercinta. dan jadikan sebuah pelajaran dalam menggapai surga dan cinta Allah Swt. semoga keluarga kita terhindar dari mara bahaya dan selalu dalam lindungan Allah Swt, Amin ya robbal 'alamin.
Manfaat suka memberi maaf atas kesalahan orang lain dan memerikan kesempatan untuk bertaubat agar dapat menebus semoa kesalahanya. Cara terbaik mengikhlaskan ialah dengan memberi maaf. Mungkin yang pergi tidak akan kembali dan yang terjadi tidak akan terulang lagi. Tetapi, selama kita dapat memaafkan, kesempatan untuk memperbaiki yang salah dan melengkapi yang kurang masih bisa dilakukan. Memaafkan adalah tentang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan maupun diterima. Semakin besar toleransi seseorang terhadap kesalahan orang lain, semakin besar pula ia mampu memaafkan.
1. Menenteramkan jiwa Memaafkan merupakan salah satu cara melepaskan beban hidup. Terkadang beban yang kita pikul terasa berat bukan karena kesalahan yang telah diperbuat oleh orang lain, namun sebab kita sendiri. Ketika kita membenci seseorang karena ia pernah melakukan kesalahan, dan kita tidak memaafkannya, kebencian itu akan terus tumbuh dan makin menjadi. Kita semakin kesulitan untuk memaafkan karena kebencian yang bersarang.
2. Memperbaiki keadaan Memaafkan memang tidak dapat mengembalikan keadaan seperti semula, namun memaafkan mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik. Masa bergerak ke depan dan tidak akan pernah kembali ke masa lalu. Sesuatu mungkin dapat diulang, tapi percayalah, sesuatu yang terulang rasanya tidak akan sama. Tetapi, dengan memaafkan dan memperbaiki keadaan, akan tercipta rasa baru yang lebih menyenangkan.
3. Menjadi penolong bagi kehidupan orang lain Pertolongan datang dengan berbagai bentuk. Mungkin kita berpikir bahwa memaafkan tidak bisa menolong kita saat kita sedang kesulitan. Namun, Tuhan selalu punya cara unik untuk menolong hamba-Nya, salah satunya dengan sifat pemaaf yang ada pada diri hamba. Tanpa disadari, kita sering tertolong karena sikap memaafkan, dari hal kecil sampai hal besar. Sifat inilah yang harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
4. Meningkatkan pikiran positif Setiap kejadian dan kesalahan yang dimaafkan akan memunculkan pemikiran positif, sebab individu yang selalu memaafkan tentu selalu menanggapi segala hal dengan positif. Orang yang pemaaf senantiasa memandang peristiwa dan kesalahan dari sudut pandang keuntungan. Memaafkan sesuatu dan memandang dari sudut pandang positif akan membantu seseorang untuk memperbaiki diri sendiri.
5. Mengurangi permusuhan Sikap memaafkan dalam berteman dan bersosial sangat diperlukan. Tujuannya, untuk menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis antar individu dalam konteks sosial. Hubungan yang sehat dan harmonis dapat membantu manusia dalam mencapai tujuan kehidupannya, dan memberi dampak yang baik bagi diri sendiri maupun orang-orang sekitar.
Syarat Taubat Menurut Ulama Imam Nawawi, Menurut para ulama, taubat wajib dilakukan setiap kali melakukan perbuatan dosa. Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin, apabila maksiat yang dilakukan seseorang berkaitan dengan Allah, tidak ada sangkut-pautnya dengan hak orang lain, taubat yang dilakukan harus memenuhi tiga syarat.
Pertama, menghentikan perbuatan maksiat tersebut. Kedua, menyesali tindakan maksiat. Ketiga, bertekad tidak akan mengulangi perbuatan itu selamanya.
"Seandainya salah satu dari tiga syarat ini tidak terpenuhi maka, taubatnya tidak sah," katanya. Selanjutnya, apabila tindakan maksiat ini berkaitan dengan seseorang, taubatnya harus memenuhi empat syarat, yaitu tiga syarat di atas ditambah dengan meminta kebebasan dari pihak terkait. Jika maksiat ini berhubungan dengan harta benda atau sebagainya pelaku maksiat harus mengembalikan aset tersebut.
Apabila hak ini berbentuk menuduh zina dan semisalnya, pelaku menyerahkan diri dan memohon maaf kepada yang bersangkutan. Jika barang hasil kegiatan tersebut habis, dia memohon kehalalan pada pemiliknya.
"Pelaku maksiat harus bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukannya," katanya. Imam An-Nawawi mengatakan, jika dia bertaubat dari sebagian dosa, taubatnya sah menurut pendapat yang benar, namun masih menyisakan dosa yang lain. "Ada banyak dalil Alquran As-Sunnah dan ijma yang secara lugas menunjukkan kewajiban taubat," katanya.
Di antaranya, Surah An-Nur ayat 31 yang artinya. "Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah Swt wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung." Dalam Surah Hud ayat 3 Allah berfirman. "Dan hendaklah kalian memohon ampun kepada kalian dan bertaubat kepada-Nya." At-Tahrim ayat 8 Allah memerintahkan. "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya."
Dari Abu Hurairah, dia mengatakan aku mendengar Rasulullah SAW bersabda. "Demi Allah, aku beristighfar dan bertaubat kepadanya lebih dari 70 kali setiap hari."(HR Al Bukhari).
Dari Al Azhar bin Yasar al-Muzani, dia mengatakan Rasulullah SAW bersabda. "Wahai sekalian manusia bertobat lah kepada Allah dan mohonlah ampun kepadanya. Sungguh aku bertaubat 100 kali dalam sehari." (HR Muslim)
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshari, pelayan Rasulullah dia mengatakan Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Allah lebih bahagia atas taubat hambanya daripada kebahagiaan orang yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah padang pasir." (Mutaf Alaih).
Hati juga ternyata juga bisa mengeras. Kerasnya hati tersebut bisa berwujud pada munculnya beberap penyakit hati seperti sombong, keras kepala, dan penyakit hati lainnya. Untuk menghindari penyakit qaswatul qolb, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita setidaknya tiga hal. Pertama, pandailah bersyukur. Suatu hari, seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, "Akhir-akhir ini aku merasakan hatiku keras, Rasulullah SAW kemudian berkata, "Maukah engkau kuberi tahu cara untuk melembutkannya dan keinginanmu terpenuhi? Sayangilah anak-anak yatim, usaplah kepalanya, berikanlah mereka makanan dari makananmu, niscaya (hal demikian) akan melembutkan hati dan melapangkan rezekimu." (HR Thabrani).
Kedua, seringlah berziarah kubur, tentu dengan niat yang benar. Rasulullah SAW berkata: "Aku pernah melarang kalian ziarah kubur. Sekarang berziarah. Sebab sesungguhnya ia akan melembutkan hati, melelehkan air mata, dan mengingatkan akhirat."
Ziarah kubur dengan tujuan mengingat akhirat adalah hal yang dianjurkan. Dengan mengingat kematian, tersadarlah kita bahwa tak ada yang abadi di muka bumi ini. Maka, tak ada lagi yang pantas kita sombongkan.
Ketiga, bersegera melakukan kebaikan. Rasulullah SAW menganjur kan untuk bersegera dalam melakukan setiap kebaikan, hin dari kemalasan. Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik sholat adalah di awal waktunya".
Rasulullah SAW kemu dian mengajarkan kita untuk berdoa: "Ya Allah, aku berlindung padamu dari kelemahan dan rasa malas."
Pepatah berkata, pemalas selalu menanti hari mujur. Padahal, bagi seorang yang rajin, tiap hari adalah hari mujur! Lalu, jika kita tetap merasa banyak keinginan hati yang belum terpenuhi, berbaik sangkalah pada Allah SWT. Barangkali, ada hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Bahkan, kata Ibnul Qayyim, "Apabila musibah yang engkau dapatkan panjang sekali, padahal tak pernah berhenti engkau berdoa, yakinlah bahwa Allah tidak saja hendak menjawab doa-doamu itu. Namun, Allah hendak memberimu karunia lain yang bahkan engkau tak memintanya". Semoga kita terhindar dari hati yang keras dan membatu.
Uang/harta haram yang digunakan untuk menafkahi anak-anak dapat mengganggu mental dan tumbuh kembang anak. Uang yang haram mampu mengganggu tumbuh kembang anak karena pasti ada saja masalah yang muncul akibat uang tersebut hingga akhirnya membuat anak tertekan.
Contoh : orang tuanya terjerat kasus hukum, atau tertangkap korupsi. Kita bisa bayangkan bagaimana pengaruhnya terhadap mental anak tersebut, Sebab, setiap anak yang melihat orangtuanya tersandung masalah dan akhirnya dihukum sesuai aturan serta hukuman sosial pasti akan merasa sangat sedih dan terpuruk. Hal itu tentunya mengganggu kestabilan mental anak. Belum lagi, terkadang anak pun menjadi kena imbas dari perbuatan orangtuanya tersebut. Ia ikut dicemooh oleh orang sekitarnya. Hal itu benar-benar nyata adanya. Misalnya, saat seorang ayah mencuri untuk demi makan keluarganya namun ketahuan warga setempat. Biasanya, orang sekitar akan mencemooh anaknya, "Itu kan anak si pencuri". dan lain sebagainya.
Mendapat uang haram bukan hanya bisa dihukum di dunia saja, tetapi juga di akhirat. Hal-hal haram di dunia ini sudah tentu merupakan larangan dari Allah SWT. Maka dari itu, jika bapak/ibu mendapatkan uang yang haram maka akan mendapat hukuman dari Allah SWT.
Hal tersebut telah tercantum dalam kitab suci Alquran. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 Allah Swt menjelaskan tentang salah satu contoh penghasilan haram yakni riba. Allaziina yaakuluunar ribaa laa yaquumuuna illaa kamaa yaquumul lazii yatakhabbatuhush shaitaanu minal mass; zaalika bi annahum qooluuu innamal bai'u mishur ribaa; wa ahallal laahul bai'a wa harramar ribba; faman jaaa'ahuu maw'izatum mir rabbihii fantahaa
Artinya: Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Pelakunya (yang mendapat uang haram) tidak berhak atas rahmat Allah Swt dan syafaatnya Rasulullah SAW. Ia pun memaparkan, haram hukumnya untuk memberikan nafkah pada keluarga menggunakan uang haram. Bahkan, uang harampun hukumnya haram untuk disedekahkan.
Harta/uang yang di dapatkan halal akan mendapatkan keberkahan dalam keluarga. Mari menafkahi keluarga dari uang yang halal. Dengan begitu kebaikan-kebaikan dalam hidup akan menghampiri keluarga istri dan anak bapak ibu kandaung dan mertua.
Salah satu kebaikan yang akan di dapat yakni anak menjadi sosok yang berakhlak dan bermoral baik. Anak yang diberi nafkah dari rezeki halal memiliki akhlak dan moral yang baik. Nafkah yang halal juga dapat menciptakan kenyamanan di keluarga.
Karena dengan rezeki yang halal, maka kehidupan kita akan diberkahi Allah SWT. Harta yang kita miliki, nanti akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Namun, tak dapat dipungkiri terkadang ada saja hal-hal berkaitan dengan penghasilan yang haram datang dan membuat keluarga sangat tergiur serta gelap mata.
Demikian tadi dampak/akibat dari memberikan harta/uang yang haram bagi naak dan kelaurga, segeralah bertobat kepada Allah Swt yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita, dan membimbing kita ke jalan Allah Swt yang baik dan benar dan luruh di jalan Allah Swt dan di Diridho'i Allah Swt, Aamin ya Robal 'Almamin.
Akibat harta haram dan merusak dunia akhirat, Sebagai kaum muslimin yang baik, kita harus menjaga betul kehalalan sumber dari apa yang kita makan dan apa yang kita pakai setiap hari. Karena di dalam Islam, yang haram akan selamanya haram demikian juga dengan yang halal. Jadi, dalam menentukan sesuatu yang akan kita kerjakan atau kenakan, harus memperhatikan betul kaidah ini. Setan akan selalu menggoda dan memudahkan usaha manusia untuk mendekati segala sesuatu yang haram. Bahkan hal-hal yang haram itu sepertinya mudah sekali didapatkan daripada yang halal.
Biasanya untuk mencapai kekayaan, setan tawarkan berbagai program haram yang menggiurkan manusia, misalnya riba, korupsi, mencuri, menipu ataupun pesugihan yang menyekutukan Allah SWT. Dengan cara haram tadi, kekayaan seakan lebih cepat, lebih mudah dan lebih banyak didapatkan oleh manusia daripada jika harus menempuh cara yang halal.
Tapi sebagai kaum muslimin, harus hati-hati betul dalam melangkah dan jangan sampai terjebak oleh godaan setan yang terkutuk. Karena segala cara haram dalam mendapatkan harta tadi, sungguh konsekuensinya sangat berat tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat, naudzubillahimindzalik.
Banyak orang berpikir, menginfakkan 100 juta dari sumber yang haram lebih baik daripada menolak sumber harta haram itu sendiri.
Padahal menolak harta haram kecil maupun besar itu jauh lebih utama daripada berinfak tapi tidak jelas kehalalan sumber hartanya. Abdullah bin Umar RA, sahabat Nabi berkata: “Sungguh menolak seperenam dirham dari keharaman adalah lebih baik daripada 100 ribu dirham yang dinafkahkan di jalan Allah SWT.”
Begitu juga dengan Abdullah bin Mubarak, seorang ulama thabiin mengatakan Sungguh jika aku menolak satu dirham dari syubhat (ragu-ragu), lebih aku sukai dari pada bersedekah dengan 600 ribu dirham.
1. Harta haram akan merusak hati.
Akibat dan bahaya harta haram yang pertama adalah, ini akan merusak hati seseorang. Jika terus dilakukan maka akan menimbulkan penyakit kronis dalam tubuhnya.
“Ulama mengatakan stres yang sangat tinggi membuat pelaku riba seperti orang gila karena terus memikirkan bunga yang harus dia bayar,” kata Ustadz Khalid Basalamah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Thabrani)
Kemudian sahabat Rasulullah SAW, Sa’ad bin Abi Waqqash RA mengatakan: “Tidaklah aku mengangkat satu suap ke mulutku, melainkan aku dalam keadaan mengetahui pasti dari manakah datangnya, dan dari mana keluarnya”
2. Tidak dikabulkannya doa, Akibat dan bahaya harta haram berikutnya kata Ustadz Khalid Basalamah adalah menjadi penyebab tidak dikabulkannya doa oleh Allah SWT.
“Wahab bin Munabbih juga berkata, Barang siapa yang ingin doanya dikabulkan Allah SWT, maka hendaklah ia memperbaiki makanannya,” kata Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan.
3. Melahirkan generasi yang akan menyusahkan
Akibat dan bahaya dari harta haram yang ketiga adalah dari apa-apa yang dimakannya akan menghasilkan generasi-generasi yang hanya akan menyusahkan masa depannya.
“Berapa banyak orang kaya, rumahnya mewah, mobilnya mewah, kaya raya semuanya bisa dipuji oleh manusia, tapi sumber harta haram. Ternyata lahir anak yang jadi pembunuh bagi dia, di saat anak itu sudah dewasa, dia menyusahkannya,” ujar Ustadz Khalid Basalamah.
4. Menyusahkan hati dan hidup anda
Akibat dan bahaya harta haram berikutnya adalah kegelisahan hati dan kegundahan terus menerus dalam menjalani kehidupan. Ustadz Khalid Basalamah mengatakan, kalau anda sampai saat ini masih merasakan gelisah, gundah, ini bisa jadi datang dari harta haram. “Banyak juga jamaah yang datang kepada kami mengatakan, ustadz, rumah tangga saya ribut, saya juga susah tidur, ada penyakit kronis yang tidak bisa sembuh, saya tidak bisa berhasil dalam semua usaha, maka kira-kira ada apa? Saya mengatakan, coba muhasabah sumber pendapatan anda sudah halal atau masih haram,” kata Ustadz Khalid Basalamah.
Kalau masih haram, lanjut Ustadz Khalid Basalamah, maka itu permasalahannya. Dan tidak ada yang bisa melebihi kegundahan dan kegelisahan melebihi harta haram.
5. Mendapat azab yang pedih dari Allah SWT
Akibat dan bahaya harta haram yang terakhir dan yang paling mengerikan adalah akan mendatangkan azab yang sangat pedih dari Allah SWT pada hari kiamat. Allah SWT menyebutkan, masalah riba dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang artinya sbb ini : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah Swt. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Ustadz Khalid Basalamah mengatakan, banyak diantara muslimin yang mencoba mencari alasan untuk membenarkan yang haram supaya menjadi halal.
“Dan ini sebenarnya sifat kaum yahudi. Dan kita tidak boleh seperti mereka. Haram dalam Islam, adalah haram yang tidak akan berubah sampai hari kiamat. Dan kita disuruh pelajari untuk menjauhi,” kata Ustadz Khalid Basalamah.
Rasulullah SAW mengatakan dalam hadits Bukhari tentang sifat orang Yahudi:
“Semoga Allah membinasakan kaum Yahudi, ketika Allah mengharamkan pada mereka lemak bangkai, mereka menyiasatinya dengan mengeringkannya, lalu mereka menjual, dan memakan nilainya.”
Ustadz Khalid Basalamah mengatakan, perbuatan-perbuatan seperti ini terjadi karena mereka lupa Allah SWT Maha Mengetahui, Allah SWT Maha Melihat, dan ingat Allah SWT itu amat berat siksaannya.
kelima akibat yang ditimbulkan oleh harta haram tersebut adalah sangat pedih, maka segera;ah bertobat kepada Allah Swt yang maha pengampun, semoga Alah Swt akanAmpuni semua kelasahan hambanya, amin ya robbal 'alamin.
Cara mensucikan diri dari makanan haram, Setiap muslim wajib memperhatikan kehalalan makanannya.Mengonsumsi makanan haram sebabkan ibadah tertolak dan doa tak terkabul. Oleh sebab itu Allah perintahkan para rasulnya untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi sebelum perintahkan beramal shalih. Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS. Al-Mukminun: 51). Kemudian Allah Swt perintahkan orang-orang beriman sebagaimana yang diperintahkan kepada para mursalin (QS. Al-Baqarah: 172).
Karena itu, setiap muslim wajib memperhatikan kehalalan makanannya; dari sisi dzatnya maupun sabab mendapatkannya. Jika sudah terlanjut pernah mengonsumsi makanan yang didapat dari sumber haram apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia tersebut, berikut
Jika sudah terlanjur mengonsumsi makanan haram, solusinya, banyak istighfar dan bertaubat. Yaitu dengan menyesali dari apa yang sudah dilakukan dari mengambil harta haram karena Allah Swt. Tinggalkan perbuatan itu sekarang juga. Tekadkan dalam hati untuk tidak ulangi perbuatan itu. Perbanyak amal shalih serupa; berupa infak dan sedekah serta membantu orang lain. Perbanyak puasa juga salah satu cara sucikan diri dari dosa tersebut. Ini seperti firman Allah Subahanahu Swt, sebagai berikut ini artinya :
“Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan: 71)
Jika harta yang diambil milik orang lain, salah satu tuntutan taubatnya dengan mengembalikan hak orang tersebut atau meminta kehalalannya.
Allah Swt berfirman dalam surah QS. Al-Baqarah Ayat 172 sebagai berikut ini : "Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah Ayat 172).
Tafsir sbb :
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang sehat, aman dan tidak berlebihan, dari yang Kami berikan kepada kamu melalui usaha yang kamu lakukan dengan cara yang halal. Dan bersyukurlah kepada Allah dengan mengakui bahwa semua rezeki berasal dari Allah dan kamu harus memanfaatkannya sesuai ketentuan Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.
Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin makan makanan yang baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu haruslah disyukuri. Dalam ayat 168 perintah makan makanan yang baik-baik ditujukan kepada manusia umumnya. Karenanya, perintah itu diiringi dengan larangan mengikuti ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan kepada orang mukmin saja agar mereka makan rezeki Allah yang baik-baik. Sebab itu, perintah ini diiringi dengan perintah mensyukurinya.
Keterangan mengenai QS. Al-Baqarah : Surat Al Baqarah yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.
Berbagai dan beragam dosa besar yang wajib dihindari seorang Muslim. Di antara dosa besar itu, ada tiga yang disebutkan dalam hadis berikut. Maukah kalian aku kasih berita tentang dosa apa yang paling besar. Para sahabat berkata, "Tentu saja ya Rasulullah." Kemudian Rasulullah melanjutkan pembicaraannya, "Mempersekutukan Allah, kemudian durhaka kepada orang tua, dan janji palsu." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu Bakrah).
Dosa-dosa itu adalah mempersekutukan Allah Swt, durhaka kepada orang tua, dan janji palsu (kata-kata dusta). Secara eksplisit hadis ini lebih menekankan dosa yang ketiga, yaitu janji palsu. Mengapa demikian. Diriwayatkan, ketika Rasulullah SAW mengatakan dosa pertama dan kedua, beliau mengatakannya dalam posisi berdiri sambil bersandar, kemudian beliau duduk dan mengatakan janji palsu berulang-ulang.
Pertama, mempersekutukan Allah Swt. Sudah sangat jelas bagi kita bahwa mempersekutukan Allah Swt adalah rajanya dosa. Orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan ampunan Allah Swt hingga ia benar-benar kembali pada Allah Swt. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surah Lukman ayat 13, “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Ayat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud, di mana Rasulullah mengatakan bahwa dosa paling besar di sisi Allah Swt adalah menjadikan sesuatu sebagai tandingan-Nya, padahal engkau tahu bahwa Allah-lah yang menciptakanmu.
Kedua, durhaka kepada orang tua. Ditempatkannya durhaka kepada orang tua sebagai dosa besar setelah mempersekutukan Allah terasa sangat pantas karena dalam Alquran, berbakti kepada Allah selalu digandengkan dengan berbakti kepada orang tua. Allah bersabda, "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." (QS Lukman: 14).
Bahkan, dalam satu keterangan disebutkan tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya dan untuk berbakti kepada orang tua. Jika mencermati ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, kita akan menemui perintah untuk memberikan perlakukan terbaik bagi mereka. Sampai-sampai kita dilarang untuk mengatakan uf, ah, atau sejenisnya. Bahkan, kita pun diharuskan tetap berbuat baik kepada mereka walaupun mereka mempersekutukan Allah Swt (QS Lukman: 15).
Ketiga, janji palsu. Rasulullah mengulang-ulang kata ini sampai tiga kali. Menurut para ahli hadis, pengulangan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa mengingkari janji termasuk dosa yang sangat berbahaya.
Dalam Alquran pun masalah ingkar janji diulang-ulang sampai beberapa kali. Salah satunya terdapat dalam surah al-Hajj ayat 30. “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.”
Dalam surah al-Furqan, ketika Allah menceritakan orang-orang yang mendapatkan berkah, salah satu kriterianya adalah orang-orang yang tidak pernah bersaksi dengan saksi-saksi palsu. Dari sini saja kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mengingkari janji termasuk dosa besar dan menunaikannya merupakan perbuatan mulia.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa janji palsu termasuk salah satu kriteria sifat munafik, selain berbicara dusta, mengabaikan amanat (khianat), dan lari dari pertempuran. Larangan untuk mengingkari janji disebutkan pula dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Rasulullah bersabda, "Janganlah mencela saudaramu. Jangan pula mempermainkannya. Dan janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya lalu kamu mengkhianatinya." (HR Tirmidzi).
Sahabat, selalu menepati janji adalah harga diri seorang Muslim, di mana pun dan kapan pun ia akan selalu menepatinya. Seperti halnya Rasulullah yang rela menunggu selama tiga hari karena janji bertemu, begitu pula kita seharusnya.
Penyebab hati kita di landa sedih dan gelisah, Tanda kegelisahan hati adalah hidup yang terasa hambar. Segala sesuatu dijalani dengan hampa. Makan tidak enak, tidur pun tida Tanda kegelisahan hati adalah hidup yang terasa hambar. Segala sesuatu dijalani dengan hampa. Makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak. Oleh karena itu, saatnya kita kenali, mengapa hati selalu gelisah.
Pertama, karena banyaknya dosa. Disadari atau tidak, ketika seorang mukmin berbuat dosa, maka akan diliputi oleh rasa bersalah. Dengan demikian, hati pun menjadi gelisah.k nyenyak. Oleh karena itu, saatnya kita kenali, mengapa hati selalu gelisah.
Hidupnya dalam keterasingan. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa.''
Kedua, kurang bersyukur. Padahal, Allah Swt menciptakan segala sesuatu, termasuk semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, dengan penuh kasih sayang dan hanya untuk manusia.
"Dan tidak ada binatang melata pun yang hidup di muka bumi ini melainkan Allah Swt yang memberinya rezeki '' (QS Hud 11 : 6).
Ketiga, banyak menuntut. Bisa dipastikan hati akan selalu gelisah jika seseorang berpikir harus memiliki segala sesuatu, sementara ia tidak mempunyai kemampuan dan daya tunjang yang memadai untuk meraihnya.
Keempat, cinta dunia. Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan. "Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian.'' (Muttafaq 'Alaih).
Kelima, terlalu berharap pada manusia. Seseorang yang bergantung pada selain Allah Swt, hanya akan kecewa.
Keenam, berbuat zalim. Menzalimi orang, itu artinya meninggalkan perasaan tidak enak. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan: “Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.” (QS Al-Baqarah 2: 237).
Ketujuh, lemah iman. Seseorang yang lemah iman akan mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Bahkan, orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah Swt. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah Swt.
Kedelapan, tidak sungguh-sungguh menaati syariat Allah Swt, malas beribadah, dan enggan bertaubat kepada-Nya. Itu tampak pada banyaknya tindakan maksiat yang dikerjakan setiap harinya.
Taubat mengadirkan rasa takut kepada Alah Swt, Taubat yang baik adalah yang berbuah pada penyesalan dan perbaikan diri sehingga seharusnya ilmu dan amalnya bertambah dan itu akan berdampak pada tumbuhnya rasa takut kepada Allah Swtdan rasa takut itu akan mengekang syahwat dan mengeruhkan kepada kenikmatan dunia (imam hanafi). Orang yang sudah memasuki dunia taubat sejatinya akan selalu diliputi rasa takut kepada Allah Swt, Diantara rasa takut tersebut adalah :
Takut rasa sakit atas maksiat yang dilakukan.
Takut karena ada balasan yang setimpal.
Merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Maka tidak ada kata selesai dalam taubatnya karena takut suul khatimah dan azab di akhirat.
Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang yang kembali (Taubat) sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam Qur’an surat Al-baqarah ayat 222, yang artinya sbb :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Albaqarah 2: 222)
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sbb : “Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Allah Swt selalu mengajak kita untuk bertaubat, walau sangat banyak dosa yang telah kita lakukan Dengan kemaha pemurahannya Allah Swt, Allah Swt akan senantiasa mengampuni hamba-hambanya yang senantiasa bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Allah Swt selalu mengajak kita kepada tobat, walau sangat banyak dosa yang telah kita lakukan, walau sangat besar kesalahan yang telah kita perbuat, walau sangat sering keburukan yang telah kita jalankan, walau telah sangat lama kemaksiatan menjadi kebiasaan kita. Allah Swt berfirman dalam surah Az Zumar 39 ayat ke 52 sbb ini yang artinya :
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosasemuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar 39 : 52)
Dan dalam firman yang lain surah thaha 20 : ayat ke 82 artinya sebagai berikut ini : “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaha 20 : 82)
Keutamaan taubat Adapun keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah sebagai berikut : Membuat cinta kepada Allah kuat, dengan hal itu membangiktkan motivasi ibadah, mengendalikan syahwat atas segala kenikmatan dunia.
Merasa dilihat dan diawasi Allah Swt meyakini taubat akan mengundang rahmat Allah Swt Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya.
Marilah kita perbanyak tobat agar Allah Swt, mengampuni dosa kita, sehingga tenanglah hati kita. Karena sesungguhnya Allah Swt sangat suka kepada hamba-Nya yang gemar bertobat. Semoga tobat kita diterima Allah Swt dan selalau dalam lindunganya, Aamin ya robbal 'alamin.
Janji Allah Setelah Kalian Bertaubat, Firman Allah Swt “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs Ali Imran: 133).
Pernyataan dalam firman Allah Swt, yang mengemukakan bahwa Allah Swt akan menerima taubat mereka yang mendatangi-Nya dengan segera, lalu mengungkapkan kesalahan-kesalahan dan mohon ampun dengan berjanji bertaubat tidak mengulangi lagi semua kegiatan yang maksiat.
Allah Swt Maha Pengampun atas dosa=dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya. Kata Allah Swt dalam FirmanNya: yang artinya: “Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS Al-Baqarah ayat 160).
Makna dari surah ini semakin diperjelas dalam surah Al-An’am ayat 54. Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi demikian: yang artinya: “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, “Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu sekalian).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) bahwa barangsiapa di antara kamu berbuat suatu keburukan karena kebodohan, kemudian setelah itu dia bertaubat dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS.Al-An’am: 54)
Lalu, ada pula ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT menyukai mereka yang bertaubat: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah ayat 222).
Dalam surah Al-Maidah ayat 7 Allah SWT mengatakan bahwa Dia akan menerima taubat seseorang yang zalim. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi demikian: yang artinya: “Tetapi barangsiapa bertaubat setelah melakukan kezaliman dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Maidah:7).
Betapa Allah Swt akan memberikan rasa kasih sayangnya kepada mereka yang bertaubat atau menyucikan dirinya dari kemungkinan-kemungkinan yang akan menimbulkan dosa. Inilah bentuk kasih-sayang Allah Swt kepada Hamba yang sungguh-sungguh berusaha untuk suci dari debu yang menimbulkan dosa-dosa. (QS. An-Nisa: 17)
Makanya, Allah Swt mempertanyakan kepada hambanya, kenapa lagi kalian tidak bertraubat, sementara begitu sayang dan cintanya Allah Swt kepada mereka yang terus menyatakan permohonan ampun kepada-Nya, Firman Allah yang artinya: “Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah ayat 74.)
Kemudian dengan bertaubat, maka Allah pun memberikan kenikmatan dan kebahagiaan. Janji Allah Swt atas kenikmatan tersebut, sekaligus merupakan pemenuhan kebutuhan yang dalam arti luas. “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (QS.Hud (11):3)
Seungguh kebahagiaan yang akan diperoleh dengan menyatakan permohonan ampun kepada Allah Swt. Taubat merupakan sebuah pengakuan yang begitu sangat disenangi Allah Swt. Kiranya tiada keraguan untuk bertaubat, karena semua pemenuhan kebutuhan akan menjadi kenyataan. Janji Allah Swt itu adalah Maha Benar.
Dalam Firman Allah Swt, Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS.Hud (11): 52).
Hujan yang akan menyuburkan tanah pertanda sebagai rezeki yang akan hadir dalam setiap kebutuhan kita. Bahkan Allah Swt menjanjikan kekuatan pada hambanya yang memohon ampun atau bertaubat tersebut. Sebuah penghargaan yang tinggi derajatnya dari Allah kepada Hamba yang bertaubat.
Janji Allah dalam Firman ini, ‘’Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah Swt dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS. At Tahrim (66): 8).
Betapa banyaknya, firman Allah Swt sebagai janji, dalam Al Qur'an kepada mereka yang meohon ampun dari dosa-dosa serta bertaubat atas semua dosa yang pernah dilakukan. Maka, janji Allah Swt dengan bertaubat ini eloklah rasanya dijemput dan dilaksanakan dengan segera. Semoga Allah Swt memberikan ampunan bagi kita. Aamin ya rabbal 'alamin.
Tanda Muslim Sampai pada derajat takut Allah SWT, Keimanan manusia tertinggi adalah seberapa jauh rasa khauf dan keikhlasan dalam ibadah. Imam Ibnu Taimiyah mengungkapkan, "Apa saja yang menghalangimu dari berbuat dosa, maka itulah khauf yang kita cari. Islam tidak pernah menuntut lebih dari itu. Begitulah para sahabat, mereka menjadi manusia istimewa dengan ketakutan mereka kepada Allah Swt yang Mahahidup dan Mahakuasa". Ulama lain mendefinisikan khauf dengan: "Ketika engkau duduk sendirian, maka engkau membayangkan seakan Allah Swt menampakkan Dzat-Nya kepada manusia dari atas 'Arasy-Nya."
Khauf tumbuh seiring dengan tumbuhnya cinta seseorang kepada Allah SWT. Ketika seseorang mencintai Allah, ia akan takut melakukan perbuatan yang dimurkai-Nya. Ia pun takut dijauhi-Nya sebagaimana seorang kekasih yang takut ditinggal orang yang disayanginya.
Khauf akan memunculkan sikap berpikir ke depan, bukan hanya dunia tetapi juga akhirat. Ia akan berhati-hati dalam bertindak karena setiap tindakannya mengandung konsekuensi, disukai atau dimurkai Allah. Khauf juga akan motivasi untuk terus beramal dan terus meningkatkan amalnya. Dengannya ia akan terus mendekati Allah Swt.
Allah SWT menjanjikan surga kepada orang yang takut kepada-Nya. Difirmankan, "Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan (diri) dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, syurgalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'at 79: 40-41).
Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliaulah manusia yang paling takut kepada Allah. Sabdanya, "Sesungguhnya orang yang paling tahu dan takut kepada Allah Swt di antara kalian adalah aku." (HR Bukhari, Ahmad, Abu Daud dan Imam Malik).
Dalam beberapa kesempatan Rasulullah SAW menampakkan rasa takut yang luar biasa kepada Allah Swt. Ibnu Mas'ud menceritakan, "Rasulullah berkata kepadaku, 'Bacakanlah Alquran untukku'. Aku menjawab, 'Ya Rasul bagaimana aku akan membacakannya untukmu, sedangkan engkaulah yang diberi Alquran?' Beliau bersabda, 'Bacalah, karena sesungguhnya aku senang mendengarkannya dari orang lain'. Kemudian aku membaca ayat yang ada dalam surat An-Nisaa sampai pada ayat, Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu sebagai saksi atas mereka itu (QS An-Nisaa [4]: 41). Beliau berkata, 'Cukup!' Aku melihat kedua matanya berlinang air mata" (HR Muttafaq 'alaih)
Menurut Dr 'Aidh Abdullah Al-Qarny ada empat tanda khauf. Pertama, adanya kesesuaian antara lahir dan batin. Artinya, perbuatan dan hati seseorang tidak saling bertentangan. Amal lahirnya tidak lebih baik daripada batinnya. Kedua, jujur kepada Allah SWT dalam ucapan, perbuatan dan sikapnya. Allah Maha Mengetahui atas segala yang diperbuat oleh manusia, terlihat maupun tidak, sehingga tidak ada peluang untuk berdusta.
Kejujuran ini tidak sebatas pada hati saja. Para ulama berkata, "Ada tiga tingkatan kejujuran, yaitu kejujuran dalam bersikap, kejujuran dalam perbuatan dan kejujuran dalam ucapan". Ketiga, menyesali kejelekan dan bergembira atas amal baik yang telah diperbuat. Tanda ini terungkap dalam QS Ali Imran 3 ayat 135-136, Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah Swt, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah Swt, Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Keempat, hari ini lebih baik dari kemarin. Khauf akan memacu seseorang untuk senantiasa berburu amal. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana ia terus menambah dan memperbaiki amalnya. Ia berusaha agar amal hari ini lebih baik dan lebih banyak daripada sebelumnya.
Abu Utsman berkata, “ciri orang yang benar-benar mempunyai rasa takut kepada Allah swt adalah menahan diri dari dosa yang tampak dan tersembunyi. Karena itu, sejatinya seorang manusia terlebih mukmin harus selalu waspada, tidak boleh merasa aman, tidak terlena dengan kebahagiaan, dan tertipu oleh amal kebaikannya yang banyak.” Maka manusia, melalui firman-Nya Allah swt mengingatkan kita dalam Q.S. al-Mulk 67: 16-18 bahwa jangan pernah merasa aman atas kebaikan dan kemaksiatan yang telah kita perbuat.
Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku! (Q.S. al-Mulk [67]: 16-18)
Tafsir Surah Al Mulk Ayat 16-18 sbb :
Dalam ayat ini, Allah Swt memperingatkan orang-orang kafir mengenai azab yang akan menimpa mereka, apabila tetap dalam kekafiran. Peringatan ini Allah berikan karena mereka seakan-akan merasa aman, nyaman dan terhindar dari azab Allah, bahkan merasa jumawa, mengklaim telah mendapat rahmat Allah, yaitu kesenangan duniawi yang mengelilingi mereka. Sedangkan pada ayat selanjutnya (ayat 17), Kemenag RI menafsirkannya dengan kisah kaum terdahulu yang diazab oleh Allah swt, seperti azab yang menimpa kaum Nabi Luth sebab mendustakan ajarannya. Dari kisah itu pula, orang-orang kafir memperhatikan betapa menderita umat terdahulu yang mendustakan Allah Swt dan nabi-Nya. Pada saat yang bersamaan, manusia juga akan menyaksikan betapa dahsyat azab-Nya, namun pengetahuan manusia saat itu tidak ada gunanya. Mereka semua baru menyesali perbuatannya tatkala azab itu datang menimpa.
Sedangkan Jalaluddin al-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menafsiri redaksi man fis sama’ pada ayat 16 dengan sulthanihi wa qudratihi (raja dan kekuasaannya). Adapun faidza hiya tamur, ditafsirkan dengan tataharraka bikum wa tartafi’a fauqakum (bumi bergerak atau terjadi gempa dan menindih kalian). Pada ayat selanjutnya, ayat 17 tepatnya pada redaksi yursila ‘alaikum hashiban dengan riihan tarmiikum bil hashba’ (angin dahsyat yang menghujani kalian dengan batu). Sedangkan fasata’lamuna kaifa nadzir menunjukkan bahwa azab Allah itu benar adanya, tidak sekadar ancaman atau gertakan belaka.
Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas bahwa redaksi man fis sama’ bisa diartikan malaikat, dan Allah Swt. Sebab mengapa Allah Swt disebut langit di atas? Analoginya, lazimnya orang yang berada di atas menguasai yang di bawahnya. Begitu pula Allah, Ia Maha Tinggi, Ia menguasai segala sesuatu yang berada di bawah-Nya (kekuasaan-Nya). Maka kita membutuhkan rasa aman dari-Nya. Sebab ada hukum-hukum alam (sunnatullah) yang ditetapkan oleh Allah swt yang atas izin-Nya sewaktu-waktu bisa meluluhlantakkan kehidupan kita. Karenanya janganlah kemudian kita merasa aman yang menimbulkan kelengahan dan keterlenaan, bagi Allah swt mudah saja menimpakan gempa bumi, memberi azab dan sebagainya. Itulah yang dikandung dalam ayat 16 dan 17. Sedangkan pada ayat ke-18, Quraish Shihab menandaskan bahwa orang-orang sebelum kamu yakni kaum musyrik Mekah, hendaknya kalian ambil hikmahnya bagaimana Allah swt menjatuhkan sanksi kepada mereka, agar kalian tidak jatuh dalam lubang yang sama.
Jangan Pernah Merasa Aman dari Allah Swt, Orang yang dikehendaki oleh Allah Swt mendapat petunjuk dan kebaikan-Nya, di dalam hatinya diletakkan kepekaan, kehati-hatian dan selalu mawas diri. Sehingga ia tak pernah merasa aman dari azab Allah Swt. Ia tak merasa aman dari kesalahan dan kekhilafan. Ia tak pernah merasa aman dari kekurangan dan kelemahan. Karena itu, ia selalu berintrospeksi diri apakah setiap perkataan dan perbuatannya sudah benar ataukah sebaliknya. Selalu waspada dari godaan setan serta mengharap pertolongan Allah Swt.
Hatim al-Asham mengingatkan kepada kita bahwa janganlah kalian tertipu oleh kedudukan yang mulia, sebab sungguh tidak ada tempat terbaik kecuali surga dan ridha-Nya. Jangan pula tertipu dengan banyaknya ibadah, sebab iblis pun lebih banyak amal ibadah namun kini ia menjadi makhluk terlaknat. Dan jangan pula tertipu dengan banyaknya ilmu, karena sesungguhnya banyak orang yang berilmu yang melupakan ilmunya.
Hikmah yang bisa kita petik dari kisah ini adalah jangan pernah merasa aman dengan rahmat Allah Swt, sehingga menyebabkan kita enggan dan meninggalkan amal saleh. Tapi ingat, jangan pula pernah merasa ujub (berbangga diri) dengan kuantitas amalan. Sebab, tidak ada keimanan dan ketaatan yang menyebabkan seseorang masuk surga melainkan karena rahmat Allah Swt, Wallahu A’lam.