Senin, 03 Oktober 2022

Kebaikan dan Kejahatan Pasti Kembali Kepada si Pelakunya (Bertaubatlah kepada Allah Swt)

Kebaikan dan Kejahatan Pasti Kembali Kepada si Pelakunya (Bertaubatlah Kepada Allah Swt). Kebaikan dan Kejahatan Pasti Kembali.   إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  Segala puji bagi Allah yang telah menghamparkan bumi sehingga kita bisa berjalan di atasnya, meninggikan langit sehingga aman hidup di bawahnya. Kepada Rasulullah kita haturkan salam, yang mana dari keagungan akhlak beliau manusia mengambil percontohan terbaik, dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.  Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah  Kita yakin betul dengan balasan di hari akhirat. Namun adakah balasan setiap amalan itu kita juga dapatkan semasa hidup di dunia ?  Manusia sebagaimana dijelaskan dalam QS A-Najm 53: 39 tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Semakin besar usaha, semakin besar pula hasil yang ia dapatkan. Walau barangkali hasil yang didapat tersebut tidak selalu dalam bentuk yang paling diharapkan. Namun Allah tetap membalas sesuai usaha yang dilakukan. Manusialah yang barangkali sering tidak sadar, bahwa sebenarnya ia telah menerima balasan yang setimpal.  Tidak pernah kejahatan akan berbuah kebaikan bagi pelakunya. Begitupun, tidaklah ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula. Demikian janji Allah dalam QS. Ar-Rahman 55 :  60.  اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ …  “ Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri … “ QS Al-Isra’ 17 : 7  Setiap perbuatan akan berdampak kepada pelaku, apakah itu kebaikan ataupun kejahatan. Setiap kebaikan akan mendatangkan pahala yang menjadi penyelamat di akhirat kelak saat yaumul mizan. Kejahatan pula akan mendatangkan dosa yang menjadi bencana di hari kemudian. Karenanya, jika berbuat baik, maka sesungguhnya ia berbuat baik untuk dirinya sendiri. Begitupun sebaliknya.  Balasan perbuatan ini tidak hanya didapat di akhirat saja. Namun ia juga akan terbalas semasa masih hidup di alam dunia. Amirul Mu’minin Umar bin Khattab suatu malam pernah menjumpai keluarga pedagang susu yang sedang berdebat. Sang Ibu ingin menambahkan air ke dalam susu yang ia jual, agar mendapat keuntungan lebih, lagi pula tidak Umar atau siapapun akan tahu ujar sang Ibu. Namun anak perempuannya mengingatkan, Umar memang tidak tahu, tapi Allah maha tahu. Hingga kemudian anak perempuan itu dilamar Umar agar menikah dengan anaknya.  Seorang pedagang jujur boleh saja tidak mendapat untung sebanyak pedagang yang curang. Namun nampak betul keberkahan dari kejujuran dirinya tersebut. Ia memiliki wajah yang menentramkan sehingga senang orang berbelanja di tempat ia berjualan, mereka merasa tidak dicurangi dan senang untuk kembali. Sedangkan wajah tentram dan dicintai orang ini tidak didapat oleh mereka yang berbuat curang, yang selalu gelisah dan wawas khawatir ketahuan.  Oleh karena setiap hal akan kembali kepada pelaku, maka sekecil apapun orang tidak boleh memandang ringan padanya. Baik itu sesuatu yang sederhana seperti berkata jujur dan mengantri.  Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah  Jujur berarti hati yang lurus yang membawa pada perbuatan yang benar. Terbiasa berperilaku jujur mendekatkan seseorang untuk bersikap ihsan. Yakni merasa senantiasa di awasi oleh Allah. Ada atau tidak guru yang mengawasi, dia tidak akan mencontek. Ada atau tidak orang yang melihat, ia tidak akan membuang sampah sembarangan. Ada atau tidak ada orang tua, ia tetap melaksanakan ibadah dengan baik.  Sikap jujur yang sederhana ini kemudian akan membawa ia pada kebaikan-kebaikan yang lebih besar. Bila ia bekerja, maka ia akan menyelesaikan tugas hingga waktu yang ditentukan. Tidak korupsi waktu, tidak pulang sebelum waktu kerja yang telah ditetapkan. Pekerjaan ia selesaikan dengan seharusnya, tidak mengambil jalan pintas yang curang. Sikap jujur yang sederhana itu, kini menjadi kebaikan yang lebih besar dan mulia.  Mengantri berarti memiliki sifat sabar dan menghargai kepayahan orang lain yang telah menunggu lebih lama. Semakin ia terbiasa dengan itu, maka iapun akan tumbuh menjadi orang yang berempati dan awas terhadap keadaan orang-orang disekitar. Dari mengantri itu ia tumbuh menjadi pribadi berhati besar dan peka terhadap lingkungan.  Demikianlah hukum yang Allah tetapkan, yakni setiap perbuatan akan kembali pada empunya. Di dunia, juga di akhirat. Bila terbiasa dengan kebaikan sederhana, ia akan dimampukan melakukan kebaikan yang lebih besar.  Sedangkan keburukan itu sendiri harus dihentikan sesegera mungkin. Sebab, kejahatan-kejahatan besar di awali oleh kejahatan kecil yang menjadi kebiasaan. Awalnya mabuk sambil sembunyi di tempat yang sepi, lama kelamaan ia tidak perduli mabuk di siang hari di keramaian warga, hingga membawa celaka pada diri dan orang sekitarnya. Oleh karena telah tertutup hati oleh titik-titik hitam kemaksiatan.  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ  Khutbah kedua  الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.  Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah  Allah melipat gandakan setiap amal baik yang dilakukan umatnya namun membalas setara setiap amal buruk yang dikerjakan. Demikianlah maha adil Allah, yakni keadilan yang melebihkan balasan untuk kebaikan.  مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ  “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah 2 : 261  amien.  اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Kebaikan dan Kejahatan Pasti Kembali Kepada si Pelakunya (Bertaubatlah Kepada Allah Swt). Kebaikan dan Kejahatan Pasti Kembali. 

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menghamparkan bumi sehingga kita bisa berjalan di atasnya, meninggikan langit sehingga aman hidup di bawahnya. Kepada Rasulullah kita haturkan salam, yang mana dari keagungan akhlak beliau manusia mengambil percontohan terbaik, dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah

Kita yakin betul dengan balasan di hari akhirat. Namun adakah balasan setiap amalan itu kita juga dapatkan semasa hidup di dunia ?

Manusia sebagaimana dijelaskan dalam QS A-Najm 53: 39 tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Semakin besar usaha, semakin besar pula hasil yang ia dapatkan. Walau barangkali hasil yang didapat tersebut tidak selalu dalam bentuk yang paling diharapkan. Namun Allah tetap membalas sesuai usaha yang dilakukan. Manusialah yang barangkali sering tidak sadar, bahwa sebenarnya ia telah menerima balasan yang setimpal.

Tidak pernah kejahatan akan berbuah kebaikan bagi pelakunya. Begitupun, tidaklah ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula. Demikian janji Allah dalam QS. Ar-Rahman 55 :  60.

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ …

“ Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri … “ QS Al-Isra’ 17 : 7

Setiap perbuatan akan berdampak kepada pelaku, apakah itu kebaikan ataupun kejahatan. Setiap kebaikan akan mendatangkan pahala yang menjadi penyelamat di akhirat kelak saat yaumul mizan. Kejahatan pula akan mendatangkan dosa yang menjadi bencana di hari kemudian. Karenanya, jika berbuat baik, maka sesungguhnya ia berbuat baik untuk dirinya sendiri. Begitupun sebaliknya.

Balasan perbuatan ini tidak hanya didapat di akhirat saja. Namun ia juga akan terbalas semasa masih hidup di alam dunia. Amirul Mu’minin Umar bin Khattab suatu malam pernah menjumpai keluarga pedagang susu yang sedang berdebat. Sang Ibu ingin menambahkan air ke dalam susu yang ia jual, agar mendapat keuntungan lebih, lagi pula tidak Umar atau siapapun akan tahu ujar sang Ibu. Namun anak perempuannya mengingatkan, Umar memang tidak tahu, tapi Allah maha tahu. Hingga kemudian anak perempuan itu dilamar Umar agar menikah dengan anaknya.

Seorang pedagang jujur boleh saja tidak mendapat untung sebanyak pedagang yang curang. Namun nampak betul keberkahan dari kejujuran dirinya tersebut. Ia memiliki wajah yang menentramkan sehingga senang orang berbelanja di tempat ia berjualan, mereka merasa tidak dicurangi dan senang untuk kembali. Sedangkan wajah tentram dan dicintai orang ini tidak didapat oleh mereka yang berbuat curang, yang selalu gelisah dan wawas khawatir ketahuan.

Oleh karena setiap hal akan kembali kepada pelaku, maka sekecil apapun orang tidak boleh memandang ringan padanya. Baik itu sesuatu yang sederhana seperti berkata jujur dan mengantri.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah

Jujur berarti hati yang lurus yang membawa pada perbuatan yang benar. Terbiasa berperilaku jujur mendekatkan seseorang untuk bersikap ihsan. Yakni merasa senantiasa di awasi oleh Allah. Ada atau tidak guru yang mengawasi, dia tidak akan mencontek. Ada atau tidak orang yang melihat, ia tidak akan membuang sampah sembarangan. Ada atau tidak ada orang tua, ia tetap melaksanakan ibadah dengan baik.

Sikap jujur yang sederhana ini kemudian akan membawa ia pada kebaikan-kebaikan yang lebih besar. Bila ia bekerja, maka ia akan menyelesaikan tugas hingga waktu yang ditentukan. Tidak korupsi waktu, tidak pulang sebelum waktu kerja yang telah ditetapkan. Pekerjaan ia selesaikan dengan seharusnya, tidak mengambil jalan pintas yang curang. Sikap jujur yang sederhana itu, kini menjadi kebaikan yang lebih besar dan mulia.

Mengantri berarti memiliki sifat sabar dan menghargai kepayahan orang lain yang telah menunggu lebih lama. Semakin ia terbiasa dengan itu, maka iapun akan tumbuh menjadi orang yang berempati dan awas terhadap keadaan orang-orang disekitar. Dari mengantri itu ia tumbuh menjadi pribadi berhati besar dan peka terhadap lingkungan.

Demikianlah hukum yang Allah tetapkan, yakni setiap perbuatan akan kembali pada empunya. Di dunia, juga di akhirat. Bila terbiasa dengan kebaikan sederhana, ia akan dimampukan melakukan kebaikan yang lebih besar.

Sedangkan keburukan itu sendiri harus dihentikan sesegera mungkin. Sebab, kejahatan-kejahatan besar di awali oleh kejahatan kecil yang menjadi kebiasaan. Awalnya mabuk sambil sembunyi di tempat yang sepi, lama kelamaan ia tidak perduli mabuk di siang hari di keramaian warga, hingga membawa celaka pada diri dan orang sekitarnya. Oleh karena telah tertutup hati oleh titik-titik hitam kemaksiatan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah

Allah melipat gandakan setiap amal baik yang dilakukan umatnya namun membalas setara setiap amal buruk yang dikerjakan. Demikianlah maha adil Allah, yakni keadilan yang melebihkan balasan untuk kebaikan.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Baqarah 2 : 261

amien.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.