This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Senin, 20 Juni 2022

Iklas dalam bertobat


Allah SWT menciptakan makhluk-Nya hanya untuk meniti jalan ibadah kepada-Nya. Meski demikian, Allah SWT tidak pernah meletakkan kebutuhan pada ciptaan-Nya. Dalam QS adz-Dzariyat ayat 56, Allah bersabda, "Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manu sia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."

Ustaz Masykur Abu Mawad dah dalam kajiannya di Masjid al-Azhar, Jakarta, menyebut, umat hendaknya selalu menyelami lautan syukur setelah berlabuh di palabuhan hidayah sebagai salah satu bentuk nikmat dari Allah SWT.

"Orang yang penuh dengan rasa syukur dan berserah pada Allah akan menikmati nikmatnya dunia dan keindahan surga," kata dia.

Orang-orang yang beriman dan kuat dalam keimanannya, mereka tidak akan dicampurkan oleh Allah SWT dengan kezaliman. Hamba tersebut berhak mendapatkan kemananan dan petunjuk.

Ustaz Masykur mengingatkan jamaah bahwa tidak ada ucapan yang paling benar untuk didengar selain Alquran. Tidak ada petunjuk dan pedoman yang paling baik dan sempurna untuk diikuti selain petunjuk dari Rasulullah SAW.

Dalam HR Tirmidzi, Nabi SAW bersabda, "Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, ke cuali orang yang berzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang 'alim atau penuntut ilmu syar'i".

Ustaz Masykur juga meng ingatkan kepada jamaah yang hadir untuk senantiasa bertobat. Na bi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba, sela ma (ruh) belum sampai di tenggorokan".

"Pulanglah kepada Allah se belum waktu terlambat. Tidak ada dosa yang tidak diampuni oleh Allah dan Allah SWT tidak akan me no lak jika hambanya bertobat. Allah ber janji, siapa yang pulang kepa da-Nya akan diterima seba gai hamba-Nya," ujar Ustaz Masy kur.

Makna dari tobat adalah meninggalkan maksiat kepada Allah menuju mentaati Allah. Bertobat kepada Allah hukumnya wajib. Seandainya ada seorang hamba yang melakukan 100, 1000, bah kan puluhan ribu dosa, lalu ham ba itu bertobat sebanyak itu pula, Allah akan tetap menerima semua tobatnya.tobat ini memiliki beberapa syarat yang harus diketahui. Imam Nah rawi menyebut, ada tiga syarat tobat. Pertama meninggalkan dosa itu, berlepas diri darinya. Kedua menyesali perbuatan dosa. Ketiga memiliki niat kuat tidak akan mengulangi dosa itu lagi.

Ia pun menyebut, terkadang dalam hidup umat telah bertobat, tetapi belum memenuhi syaratsyarat di atas. Maka, jangan he ran jika ada seseorang yang kem bali lagi pada kemaksiatannya. Hijrah dan tobat kini menjadi sebuah tontonan atau trending, tapi bukan menjadi bagian dari ibadah. Orang yang bertobat dija di kan sebagai tontonan, padahal ia sedang menjalankan ibadah. Tobat dengan ikhlas itu susah dan sulit.

"Tobat yang benar bukan jalan di tempat. Tobat yang benar adalah setelah tobat, ia belajar. Belajar dan mendalami agama," ujar Ustaz Masykur. Dalam bertobat, Ustaz Masy kur meminta jamaah untuk mempelajari kisah hidup dari Nabi Adam. Manusia pertama di bumi itu segera mencari hidayah atau ilmu setelah berbuat dosa.

Ada beberapa penyebab se orang hamba tidak bisa merasakan kenikmatan dari bertobat. Penyebab pertama karena ia ingin tobatnya dipuji oleh orang lain. Orang bisa masuk surga dengan hati yang ikhlas dan bertobat.

Alasan lainnya karena setelah bertobat, hamba ini tidak mau belajar agama dan tidak mengerti tentang akidah. Jangan sampai karena tidak memiliki ilmu, ke mu dian ia melakukan dosa, ia menganggap Allah tidak akan mengampuni dia. Padahal, Allah Maha Pengampun.

"Penyebab lain tobat seseorang tidak sempurna adalah ter tipu dengan diri sendiri dan meng anggap dirinya sudah suci," ujar Ustaz Masykur.

Alasan terakhir, yaitu me nung gu dosa baru tobat. Nabi Mu hammad SAW yang tekah di angkat dosanya oleh Allah dan di jamin tidak akan pernah ber buat dosa, sehari-harinya bertobat bahkan 70 sampai 100 kali

Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT



Kesempurnaan Taubat dan Kontinuitasnya. Imam al Ghazali berkata: Telah kami katakan sebelumnya bahwa taubat adalah suatu penyesalan yang membawa kepada tekad dan keinginan kuat untuk tidak melakukan dosa lagi. Dan penyesalan itu dihasilkan oleh ilmu atau pengetahuan bahwa kemaksiatan yang ia lakukan itu menjadi penghalang antara dia dengan yang dicintainya. Dan seluruh pengetahuan, penyesalan dan tekad itu harus terus dipertahankan dan dengan sempurna pula. Tentang kesempurnaan dan kontinuitasnya itu ada tanda-tandanya. Oleh karena itu harus dijelaskan.

Sedangkan ilmu pengatahuan itu, didapatkan dengan memperhatikan sebab taubat yang akan kami jelaskan nanti. Penyesalan adalah sesuatu yang menyakitkan hati ketika menyadari kehilangan yang ia senangi. Tanda-tandanya adalah terus merasa menyesal dan sedih, air mata berlinang dan terus menangis dan merenung. Jika suatu ketika ia mendengar vonis yang dijatuhkan oleh pengadilan kepada anaknya atau salah seorang yang ia cintai, niscaya ia akan merasakan kepedihan dan tangis yang mendalam. Kemudian, siapa lagi yang lebih ia cintai selain dirinya sendiri? Dan hukuman apa lagi yang lebih berat dari neraka? Tanda apa lagi yang lebih menunjukkan akan turunnya hukuman itu selain kemaksiatan yang ia lakukan? Serta siapa lagi yang lebih benar dari Allah SWT dan Rasul-Nya dalam memberikan berita? Jika seorang dokter memberitahukannya: bahwa penyakit anaknya adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan ia akan mati karena sakitnya itu, tentunya ia akan segera merasakan kesedihan yang sangat. Walaupun anaknya itu tidak ia cintai lebih dari dirinya sendiri. Dan tidak ada dokter yang lebih tahu dan ahli dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Serta kematianpun tidak lebih pedih dari neraka. Juga sakit itu tidak lebih valid menunjukkan akan kematian daripada kemaksiatan yang menunjukkan akan kemurkaan Allah SWT, dan yang akan menyeretnya ke neraka. Penyesalan itu, selama dirasakan lebih keras, maka dosanya itu lebih mempunyai harapan untuk diampuni. Tanda kesungguhan penyesalan itu adalah: hati yang menjadi peka, serta air mata yang deras mengalir. Dalam atsar disebutkan:

"Bertemanlah dengan orang-orang yang suka bertaubat, karena mereka mempunyai hati yang paling halus".

Dan di antara tanda-tandanya adalah: kepedihan dosa itu menempati perasaan kenikmatan melaksanakan dosa dalam hati. Sehingga kecenderungan untuk bermaksiat itu akan menjadi kebencian terhadapnya, serta keinginan itu menjadi penghindaran. Dalam Israiliat dikatakan: bahwa Allah SWT berfirman kepada sebagian nabi-Nya. Ia meminta kepada Allah SWT untuk mengabulkan taubat seorang hamba, setelah ia selama beberapa tahun beribadah dengan khusyu', namun taubatnya tak kunjung diterima. Dan Allah SWT berfirman: "demi kemuliaan dan keagungan-Ku, meskipun seluruh penghuni langit dan bumi meminta agar Aku terima taubatnya, niscaya tidak akan Aku penuhi, selama perasaan kenikmatan melakukan dosa dalam hatinya masih bersemayam." Sedangkan keinginan yang timbul darinya itu, adalah keinginan untuk menebus apa yang telah ia langgar. Dan ia mempunyai hubungan dengan keadaan saat ini, yaitu ia harus meninggalkan seluruhnya apa yang dilarang yang masih ia lakukan, serta melakukan seluruh kewajiban yang menjadi kewajibannya, secepatnya. Ia juga mempunyai kaitan dengan masa lalu, yaitu menebus apa yang telah ia langgar. Sedangkan bagi masa depannya, ia harus dalam ketaatan, serta selalu meninggalkan kemaksiatan hingga akhir hayatnya.

Menyelesaikan Hak-hak Allah SWT.

Syarat keabsahan taubat yang berkaitan dengan masa lalu adalah: agar ia melayangkan padangannya kembali ke masa lalunya, pada hari pertama ia mencapai usia baligh, kemudian ia meneliti masa-masa lalu dari usianya itu tahun pertahun, bulan perbulan, hari perhari dan setiap tarikan nafas yang telah ia lakukan. Kemudain ia melihat ketaatan yang menjadi kewajibannya: apa yang tidak ia kerjakan? Kemudian kepada kemaksiatan: apa yang telah ia lakukan dari kemaksiatan itu?

Jika ia pernah meninggalkan shalat atau tidak melengkapi suatu syarat keabsahan shalat itu, hendaklah ia mengqadha shalatnya itu. Dan jika ia ragu bilangan shalat yang telah ia tinggalkan, maka ia dapat menghitung dari masa balighnya, kemudian menghitung yang yang telah ia tunaikan, dan mengqadha sisa shalat yang pernah ia tinggalkan. Dalam hal ini hendaknya ia mengambil prasangka kuatnya. Dan itu dapat dicapai dengan betul-betul meneliti dengan serius.

Sedangkan puasa, jika ia telah meninggalkan puasa itu dalam perjalanan atau saat ia sakit. Atau jika perempuan, ia membatalkan puasanya karena mengalami haidh (atau nifas) dan belum ia tunaikan, maka hendaknya ia menghitung jumlah yang telah ia tinggalkan itu dengan betul-betul, kemudian mengqadhanya. Tentang zakat, hendaknya ia menghitung seluruh hartanya dan bilangan tahun dia mulai memiliki harta itu -- tidak dari masa balighnya, karena zakat itu telah wajib semenjak dimilikinya harta itu, meskipun orang itu adalah seorang bayi [Ini adalah pendapat jumhur imam-imam dan ini pula yang aku rajihkan dalam kitabku: Fiqhu Zakat.] -- kemudian ia menunaikan apa yang ia yakini sebagai kewajibannya.

Sedangkan masalah hajji, jika ia pernah memiliki kemampuan untuk menunaikan hajji itu dalam beberapa tahun yang lalu, namun saat itu ia tidak mengerjakannya, sedangkan saat ini ia tidak memiliki harta yang cukup, maka ia tetap harus mengerjakannya. Jika ia tidak mampu karena hartanya memang sudah habis, maka harus mengusahakannya dengan usaha yang halal sekadar biaya hajji itu. Jika ia tidak memiliki pekerjaan, juga harta, maka ia hendaknya meminta kepada manusia agar memberikan jatah dari zakat atau shadaqah sehingga ia dapat menunaikan hajji. Dan jika ia mati sebelum melaksanakan hajji maka ia mati dalam keadaan maksiat. Karena ketidak mampuan yang datang setelah adanya kemampuan untuk hajji itu, tidak menghapus kewajiban hajji baginya. Inilah cara ia meneliti kewajiban yang menjadi tugasnya serta bagaimana menebusnya.

Tentang kemaksiatan, ia harus meneliti dari awal balighnya: kemaksiatan apa yang dilakukan oleh pendengarannya, matanya, lidahnya, perutnya, tangannya, kakinya, kemaluannya, dan seluruh anggota badannya. Kemudian ia teliti seluruh jam dan waktu-waktu yang telah ia lewati, kemudian ia menguraikan secara terperinci kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Baik yang kecil maupun yang besar.

Kemudian di antara kemaksiatan yang dia lakukan itu, ia menelitinya kembali; jika kemaksiatan yang ia lakukan itu adalah antara dia dan Allah SWT saja serta tidak berkaitan dengan kezaliman kepada manusia, seperti melihat wanita bukan mahram, duduk di masjid dalam keadaan junub, menyentuh mushaf tidak dengan wudhu, beri'tiqad dengan i'tiqad bid'ah, meminum khamar, mendengarkan perkataan yang buruk dan lainnya yang tidak berkaitan dengan kezhaliman kepada manusia;

Taubat untuk kemaksiatan ini adalah dengan menyesal dan merasa rugi atas perbuatannya itu, dan dengan mengukur kadar kebesaran dan masa yang telah ia lakukan, kemudian ia melakukan bagi setiap kemaksiatan itu suatu kebaikan yang setarap dengannya. Dan ia melakukan kebaikan itu sesuai dengan jumlah kemaksiatan yang telah ia lakukan. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw :

"Bertaqwalah kepada Allah SWT di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk (dosa) dengan perbuatan yang baik niscaya ia akan menghapusnya" [Hadits diriwaytkan oleh Tirmizi dari Abi Dzar dan ia mensahihkannya dan sebelumnya hadits ini telah disebut.]

Juga firman Allah SWT : "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)perbuatan-perbuatan yang buruk"[QS. Huud: 114.].

Dosa mendengar sesuatu yang haram, dapat dihapuskan dengan mendengarkan al Qur'an dan majlis dzikir. Dosa duduk di mesjid dalam keadaan junub dihapuskan dengan beri'tikaf di dalamnya sambil beribadah. Dosa menyentuh mushaf dengn tanpa wudhu ditebus dengan memuliakan mushaf dan banyak membacanya. Juga dengan menulis mushaf dan memberikan wakaf mushaf. Dosa meminum khamar ditebus dengan bersadaqah dengan minuman yang halal yang lebih baik dan lebih ia sukai.

Menyebutkan seluruh kemaksiatan adalah tidak mungkin di sini. Namun yang dimaksud adalah mengerjakan kebaikan yang sebaliknya dengan dosa itu. Karena suatu sakit diobati dengan lawannya. Dan suatu kegelapan yang bercokol dalam hati karena kemaksiatan yang ia kerjakan tidak dapat dihapus kecuali oleh cahaya yang naik ke hati itu dengan kebaikan yang sebaliknya. Dan yang sebaliknya itu adalah lawan yang sejajar keburukan itu. Oleh karena itu, setiap keburukan harus dihapuskan dengan kebaikan yang sejenisnya, namun yang sebaliknya.

Karena sesuatu yang putih dihilangkan dengan warna hitam, bukan dengan dingin atau panas. Cara seperti ini, jika dilaksanakan dengan tekun untuk menghapus dosa, maka akan mempunyai kesempatan besar untuk berhasil. Dibandingkan hanya menekuni satu macam bentuk ibadah tertentu, meskipun itu juga dapat turut menghapus dosamya. Ini adalah hukum antara dia dengan Allah SWT. Sebagai dalil bahwa sesuatu dihapuskan dengan lawannya adalah: cinta dunia adalah pangkal seluruh kesalahan. Dan pengaruh cinta dunia dalam hati adalah: menyenangi dunia itu serta merindukannya. Maka tidak aneh jika suatu kesulitan yang membebani seorang muslim sehingga hatinya membenci dunia, menjadi kaffarat (penghapus) cinta dunia itu. Karena dengan kesulitan dan kesusahan itu hatinya akan menjauh dari dunia.

Tidak Mudah menjadi seorang pemimpin


Menjadi seorang pemimpin tentu banyak cobaan, rintangan dan ujiannya. Seorang kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang ibu rumah tangga pemimping bagi anak-anaknya dan lain sebagainya. Sangat tidak mudah bagi seseorang untuk bisa menjadi pemimpin tanpa dibekali moral, akhlak, dan kemampuan yang mumpuni. Pemimpin harus bisa bersikap adil, jujur, dan tidak semena-mena. Pemimpin tidak boleh mencelakai rakyat dan bangsanya. Pemimpin tidak boleh zalim. ”Sesungguhnya, dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”(QS Asysyura [42]: 42).”Barang siapa yang menipu kami, bukanlah dia dari golongan kami.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW mengatakan, setiap orang adalah pemimpin dan mereka akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Dalam hadis lain, disebutkan, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah SWT menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah SWT akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (Diriwayatkan dari Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam).

Seorang pemimpin adalah abdi atau pelayan bagi anggota kelompoknya (rakyatnya), baik pemimpin perusahaan, masyarakat, keluarga, maupun negara. Dalam sebuah ungkapan, dikatakan, ”Sayyid al-Qawm khaadimuhu.” (Pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi kaumnya). Karena itu, mereka tidak boleh melakukan kezaliman pada orang-orang yang dipimpinnya. Semua kebijakan yang dibuatnya harus mengacu pada kepentingan yang dipimpinnya.

Bila ia mengkhianati amanah yang telah diberikan (rakyat) itu, dosa besar dan azab yang pedih akan ditimpakan kepadanya.

Dalam kitab al-Kaba`ir ini, Adz-Dzahabi juga menyebutkan dosa besar bagi hakim yang zalim. Yakni, memutuskan suatu perkara tanpa memenuhi rasa keadilan sebagaimana ditetapkan (Alquran). ”Allah tidak akan menerima shalat seorang pemimpin yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah.”

Hakim itu terdiri atas tiga macam, satu orang di surga dan dua lainnya di neraka. Seorang hakim yang tahu kebenaran dan ia memutuskannya dengan kebenaran itu, ia berada di surga. Sedangkan, hakim lain yang mengetahui kebenaran, namun ia menyimpang dengan sengaja, ia berada di neraka. Dan, seorang hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari dengan ilmu, ia berada di neraka.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Begitu juga mereka yang senantiasa melakukan sogok (suap-menyuap) dan korupsi. ”Allah SWT melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya dalam memutuskan (suatu perkara).” (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim)

Mensyukuri nikmat Allah SWT


Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.

Berikut beberapa cara bersyukur yang dapat kita lakukan :

  1. Bersyukur dengan hati : dapat dilakukan dengan menjaga hati agar senantiasa mengingat Allah SWT dan mencegah untuk memiliki sifat penyakit hati seperti iri dan dengki.
  2. Bersyukur dengan lisan atau perkataan: dapat dilakukan dengam selalu berkata dengan baik dan sopan. Selain iti juga dapat ditambah dengan selalu berzikir kepada Allah SWT dengan lisannya
  3. Bersyukur dengan perbuatan : dapat dilakukan dengan cara selalu melakukan apa-apa yang Allah SWT perintahkan seperti melakukan shalat. Bersyukur dengan perbuatan juga dapat dilakukan dengan cara melakukan sujud syukur kepada Allah SWT.

Sujud syukur adalah sujud kepada Allah yang dilakukan oleh umat muslim di luar shalat yang bertujuan untuk menyukuri nikmat yang Allah berikan. Sujud syukur juga dapat dilakukan apabila kita baru terhindar dari suatu musibah.

Hukum sujud syukur adalah sunnah. Dimana apabila dikerjakan maka seseorang akan mendapat pahala dan apabila ia meninggalkan atau tidak menggerjakan perbuatan tersebut maka ia tidak akan berdosa.
Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan rezeki kepada manusia dengan segala apa yang ada di bumi. Setiap makhluk dapat makan dan minum. 

Allah SWT juga mengaruniakan kepada pakaian yang dengannya manusia dapat menutup aurat dan berhias. Allah juga menganugerahkan tempat tinggal yang di dalamnya manusia dapat beristirahat dengan nyaman. Allah SWT juga memberikan kendaraan yang dengannya setiap orang dapat bepergian. Bahkan, 

Allah SWT juga mengaruniakan kepada setiap orang jasad yang sehat yang dengannya kita dapat beraktifitas. Allah SWT juga menempatkan kita di negeri yang aman, damai dan sentosa Semuanya itu adalah kenikmatan yang Allah SWT karuniakan untuk kita. Tidak ada satu pun, dan sekecil apapun nikmat melainkan itu datang dari Allah SWT.

1. Penjelasan Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah SWT. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Allah SWT, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat Allah SWT.

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur –seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas– diartikan oleh orang yang bersyukur dengan “untung” (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).

Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah SWT. Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan di hadapan si penderita itu).

Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki –seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudhu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudhu.

2. Penjelasan Syukur dengan lidah/lisan :
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah SWT sambil memuji-Nya. Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah SWT disampaikan dengan redaksi “al-hamdulillah.”

Pujian (al-hamdulillah) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain. Kata “al” pada “al-hamdulillah” oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti “keseluruhan”. Sehingga kata “al-hamdu” yang ditujukan kepada Allah SWT mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.

Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah SWT, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah SWT. Di sisi lain kalau pada akhirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai “kurang baik”, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah “al- hamdulillah” (segala puji bagi Allah SWT).

3. Penjelasan Syukur dengan perbuatan/tingkah laku/Akhak Manusia
Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah SWT berpesan,

“Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur!” (QS. Saba)  34: 13.

Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahan kepada Allah SWT.

Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah SWT. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah SWT. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Allah SWT:

“Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur” (QS. An-Nahl)16: 14.

Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat “mencari karunia Allah SWT”.

Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah SWT, “Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)” (QS. Ibrahim) 14: 7.

Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia. Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa “Kalau kamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”

Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS. Ibrahim) 14 : 7. Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur (QS. Ibrahim) 14 : 7. 

Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut. “Allah SWT telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidak bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah SWT (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan mereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan” (QS. An-Nahl) 16: 112.

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah SWT ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba –satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya.

Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar-kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,

Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur (QS. Saba) 34: 17.

Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer: “Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim) 14:7. Semoga artikelnya bermanfaat bagi semuanya khususnya saya pribadi, sebagai pengingat dan ibroh bagi contoh untuk semuanya. Dari Abu Sa'id al-Khudriy RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Bagaimana aku bisa bersenang-senang, padahal malaikat peniup sangkakala telah memasukkannya ke dalam mulut dan ia hanya menunggu izin, kapan ia diperintah untuk meniup sangkakalanya. "Berita ini sangat berat sekali didengar oleh para sahabat. Kemudian beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Hasbunallaahu wani'mal wakil' (Allah SWT yang mencukupi kami dan Ia sebaik-baik yang menjamin)," (HR Tirmidzi)

Sabtu, 18 Juni 2022

Musibah, Ujian, Teguran atau Siksaan


Musibah, Ujian, Teguran atau Siksaan, apakah manusia dibiarkan begitu saja tanpa diuji oleh Allah SWT. jangan katakan berikan jika belum diuji. “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'kami telah beriman', dan mereka tidak diuji?” Ayat itu menegaskan setiap manusia akan diuji oleh-Nya. Jangan berharap seseorang yang beriman tidak akan mengalami ujian.

Surat Al-‘Ankabuut ayat 2 senada dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 214 : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. 

Allah SWT itu lebih bijaksana, lebih mulia, lebih agung dan lebih memiliki kekuasaan. Maka hendaknya kita pasrah sepasrah-pasrahnya terhadap segala takdir-Nya; takdir hukum alam maupun kodtrat-Nya. Karena kita memang tidak akan mampu memahami batas dari kebijaksanaan-Nya. Oleh sebab itu, ditinjau dari sisi ini, maka jawaban pertanyaan tersebut di atas adalah: Allah SWT itu lebih bijaksana, lebih mampu dan lebih agung adanya.

Adapun kemungkinan kedua adalah pertanyaan yang berbentuk meminta penjelasan. Kepada si penanya kita katakan: Seorang mukmin pasti mendapatkan cobaan. Dan cobaan Allah SWT yang terlihat mengganggu dirinya itu pada dasarnya memiliki dua keuntungan besar: Keuntungan pertama, menguji keimanan si mukmin tersebut. Apakah imannya teguh, atau mudah bergoncang. Mukmin yang tulus imannya akan tabah menghadapi takdir dan ketentuan Allah SWT. Ia akan mengharap-harap pahala dari takdir tersebut, sehingga ujian itu menjadi ringan ia rasakan. Dikisahkan bahwa ada seorang Ahli Ibadah wanita yang diberi cobaan dengan jarinya yang terluka atau buntung, namun ia tidak sedikitpun mengeluh, dan tidak tampak kekecewaan di wajahnya. Ada orang yang bertanya kepadanya tentang sikapnya itu, maka ia menjawab: “Manisnya pahala cobaan ini membuatku lupa akan pahitnya menahan kesabaran dalam menghadapinya.” Seorang mukmin memang selalu mengharap pahala dari Allah SWT dan bersikap pasrah kepada-Nya dengan sedalam-dalamnya. Itu adalah satu keuntungan.

Keuntungan kedua, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala amat memuji orang-orang yang tabah dan memberitahukan bahwa Dia selalu bersama mereka, Dia akan memberikan pahala sempurna kepada mereka tanpa batas. Ketabahan adalah satu tingkat yang tinggi, yang hanya dapat dicapai dengan bersabar menghadapi berbagai cobaan. Bila seseorang mampu bersabar, maka ia akan memperoleh derajat tinggi tersebut yang mengandung pahala besar tersebut. Allah SWT menguji kaum mukminin dengan berbagai cobaan berat agar mereka memperoleh pahala bagi orang-orang bersabar tersebut. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang paling beriman dan bertakwa serta paling takut kepada Allah SWT juga merasakan sengsara sebagaimana orang biasa. Beliau juga merasakan beratnya sakaratul maut. Semua itu diperuntukkan agar beliau mendapatkan pahala kesabaran secara maksimal. Karena beliau adalah orang yang paling bersabar. Dengan penjelasan ini semua, menjadi jelas bagi kita hikmah kenapa Allah SWT memberi cobaan kepada seorang mukmin dengan berbagai musibah tersebut. Adapun kenapa Allah SWT memberikan kesehatan dan rezeki kepada para pelaku maksiat, orang-orang fasik dan pembuat keonaran, serta melapangkan jalan buat mereka, maka yang demikian itu adalah istidraj (semacam tipuan) dari Allah SWT kepada mereka hingga mereka terlena. Diriwayatkan dengan shahih bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dunia itu adalah penjara seorang mukmin dan Surga bagi orang kafir.” Mereka memperoleh berbagai kenikmatan sebagai kenikmatan yang diberikan dalam kehidupan dunia mereka saja. Sementara di Hari Kiamat nanti mereka akan memperoleh ganjaran dari perbuatan mereka. 

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik” Surah ” (Al-Ahqaaf : 20).

Bahwa dunia ini adalah milik orang-orang kafir. Di dunia ini mereka di “emong” dengan kenikmatan. Dan ketika mereka berpindah ke negeri Akhirat dari kehidupan dunia di mana mereka mendapatkan berbagai kenikmatan tersebut, mereka akan mendapatkan siksa. Siksa itu menjadi lebih berat buat mereka karena mereka mendapatkannya sebagai balasan dan ganjaran. Karena dengan hilangnya kenikmatan dan kesejahteraan yang selama ini mereka senangi di dunia. Ada hikmah ketika yang bisa kita tambahkan di sini berkaitan dengan gangguan dan penyakit yang diderita seorang mukmin. Ketika seorang mukmin berpindahan dari negeri tempat ia melakukan kebajikan di dunia ini, berarti ia berpindah dari segala hal yang menyakiti dan mengganggu dirinya menuju segala kemudahan dan kegembiraan. Sehingga kegembiraan tersebut yang sebelumnya sudah didahului oleh berbagai kenikmatan dunia, menjadi berlipatganda. Karena ia berhasil memperoleh kenikmatan setelah segala musibah dan rasa sakit yang dialaminya hilang.

Di antara cara Allah SWT untuk membuktikan keimanan seseorang adalah ‎dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara ‎untuk mengukur kadar keimanan seseorang. ‎

Rangkaian ayat ke-2 dalam Q.S. Al-Ankabut di atas menegaskan hal ‎tersebut. Setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang ‎mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ‎ujian untuk membuktikan keimanannya tersebut.‎

Ada orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji ‎dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan ‎oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya ‎mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki ‎keturunan.‎

Beraneka ragam bentuk ujian yang Allah SWT hadirkan kepada setiap ‎manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan ‎cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat ‎keimanannya.‎

Menyikapi beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada ‎keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, ‎menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang ‎mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh ‎hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta ‎pelajaran berharga dalam hidupnya. ‎

Kesulitan ekonomi yang dialaminya, justru menjadikannya semakin ‎rajin dan giat berusaha dengan terus berdoa kepada Allah untuk diberikan ‎kelapangan rezeki. Kehilangan orang-orang yang dicintainya justru ‎menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Karena ‎setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang ‎dideritanya, semakin menambah keimanannya. Karena dia juga yakin bahwa ‎dengan sakitnya itu Allah mengajarkan betapa manusia tidak punya daya dan ‎kekuatan apa pun selain kekuatan yang Allah berikan kepadanya. Kesulitan ‎dalam mendapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar ‎bahwa Allahlah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati ‎yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat beribadah kepada Allah ‎dan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Dia menyadari bahwa tidak ‎mudah menjaga amanat. Dia berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini ‎setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan ‎untuknya.‎

Di sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang ‎menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan ‎tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ‎ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang ‎yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, ‎menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah ‎karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia ‎hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa ‎yang telah dimilikinya. ‎

Padahal, kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan ‎kepadanya jauh lebih besar daripada ‘kekurangan’ yang ada padanya. ‎Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak ‎akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri ‎nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah ‎nikmat-Nya kepadanya. ‎

Inilah dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, ‎yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut ‎mencerminkan tingkat keimanan seseorang.‎ Sekali lagi perlu garis bawahi, engkau beriman, maka engkau pasti diuji dengan berbagai cobaan sesuai dengan kemampuan hambanya.

Jumat, 17 Juni 2022

Menghadapi, Badai Topan Rumah Tangga di Lima Tahun Pertama Pernikahan


Menghadapi, Badai Topan Rumah Tangga di Lima Tahun Pertama Pernikahan, dalam sebuah hubungan pernikahan, pastilah akan di uji akan kesetiaan, finansial, kebiasan akan menjadi badai topan yang harus dilalui dan harus ditempuh dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Menikah, adalah suatu keputusan yang dibuat atas kesepatakan kedua belah pihak, laki-laki ataupun perempuan. Dalam pernikahan, kesetiaan dan cinta akan diuji dengan berbagai ujian rumah tangga dari beragam aspek. Bukanlah hal yang mudah untuk menjalani sebuah hubungan rumah tangga, apalagi untuk membuatnya selalu harmonis. Selalu ada saja hal yang membuat hubungan suami istri ini menjadi penuh dengan persoalan. Pada tahun-tahun awal inilah biasanya kesetiaan dan cinta dari masing-masing pasangan akan diuji. 

Badai /Ujian Rumah tangga pada lima tahun pertama bisa menggembirakan karena pasangan mengalami fase kebersamaan seperti merayakan ulang tahun, aktivitas sehari-hari, menyiapkan makanan bersama, serta lainnya. dan Ujian 10 tahun pertama juga akan melalui fase dimana rumah tangga akan diuji semakin berat. Pada saat yang sama, ujian pernikahan ini juga menimbulkan beberapa penyesuain dan masalah yang sering timbul. Sebagian besar perceraian akan terjadi apapila kedua belah pasangan saling tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan penyesalan akan datang belakangan, jika di depan itu namanya pendaftaran. jadi ingat-ingat penyesalan pasti dibelakang.

1. Masalah keuangan (Finansial) 

Keuangan/Ekonomi adalah satu hal yang akan sangat membedakan ketika kita masih dalam masa masih dalam kesendirian/single dan sudah menikah. Kini, segala sesuatu yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran akan menjadi milik dan tanggung jawab bersama. Nah biasanya, proses adaptasi ini kerap menjadi ujian rumah tangga yang diperdebatkan.

Mulai dari bagaimana cara mengatur keuangan, tabungan, pembagian keuangan yang adil untuk orang tua masing-masing, dan beragam masalah lainnya. Sebenarnya hal ini tak sepatutnya menjadi masalah, kuncinya hanya keterbukaan dan komunikasi satu sama lain.

Semuanya dapat dikomunikasikan, begitu pula soal tanggung jawab masing-masing. Sejak awal pernikahan bahkan menjelang pernikahan, sudah harus ada kesepakatan tentang masalah keuangan. Apalagi setelah 5 tahun pernikahan, ujian rumah tangga ini sering timbul dari hal-hal kecil yang tidak tersepakati dengan baik dan hal-hal/masalah justru bertambah besar jika tidak disikapi dengan baik oleh kedua pasangan tersebut.

2. Kebiasaan masing-masing dari pasangan kita.

Kebiasaan yang kita miliki saat sebelum menikah mungkin tak sepenuhnya dapat diterima oleh suami, begitu pula sebaliknya. Kebiasaan, menjadi bagian dari ujian pernikahan dan ini biasanya tak menyangkut hal-hal besar, seputar kebiasaan menjaga kebersihan diri, kebiasaan makan, maupun tidur.Meski terlihat sepele, hal-hal seperti ini biasanya kerap menjadi perdebatan yang berulang-ulang. Ketika telah menjadi pasangan suami istri, pasangan harus  harus membuka pintu pengertian dan pintu maaf selebar-lebarnya. Karena ujian rumah tangga yang terkecil sekalipun akan berdampak fatal bahkan sangt fatal sekali apabila tidak dapat dikomunikasikan dengan baik.

3. Pola Asuh Anak dari Pasangan.

Sebagai orang tua baru, pasangan tentunya akan memerlukan banyak sekali pembelajaran bagaimana menjaga dan membesarkan Si Kecil. Pasalnya, menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Maka dari itu, pola asuh anak kerap menjadi ujian rumah tangga di awal 5 tahun pernikahan.

Proses pembelajaran inilah yang terkadang memicu perdebatan terlebih biasanya istri dan suami masih membawa pola asuh yang diterapkan orang tua masing-masing.

Untuk menghadapi hal ini sebaiknya pasangan menggunakan kepala dingin dan memahami bahwa masing-masing dari kalian tentu ingin yang terbaik untuk Si Kecil.

Sering-seringlah duduk dan samakan persepsi, jangan hanya karena sama-sama ingin yang terbaik malah menimbulkan efek yang tak baik bagi Si Kecil nantinya.

4. Konflik dengan Mertua

Tak jarang pasangan baru mungkin akan tinggal dengan mertua untuk sementara waktu/bahkan selamanya. Hal ini biasanya kerap menjadi masalah dan menjadi salah satu ujian rumah tangga berikutnya. Karena mungkin ada saja hal yang tidak cocok antara pasangandengan mertua maupun sebaliknya.

Jangan langsung melayangkan emosi, jangan pula menyudutkan suami karena sebenarnya adalah pilihan sulit bagi mereka untuk menengahi antara sang istri dan si ibu. Komunikasikan saja semuanya secara perlahan untuk mencari jalan tengahnya. Berikan juga pengertian pada suami apa hal-hal yang membuat Moms tidak nyaman. Ujian pernikahan yang satu ini memang harus dihadapi dengan kesabaran penuh dan komunikasi yang baik dengan mertua.

5. Rasa jenuh

Kemungkinan untuk jenuh dalam sebuah hubungan akan semakin besar ketika sudah berumah tangga, karena setiap hari bertemu dan melakukan rutinitas yang sama. Jangan biarkan rasa jenuh menjadi pemicu hubungan yang tidak harmonis, temukanlah hal-hal yang dapat membuat hubungan semakin menyenangkan.

Buatlah rutinitas sederhana dengan suami, misalnya dengan menghabiskan waktu berdua setiap akhir pekan layaknya orang pacaran. Atau sesekali pergilah liburan berdua untuk membuat hubungan semakin hangat. Cobaan atau ujian rumah tangga ini memang biasa dialami bagi pasangan muda-mudi.

6. Hubungan Sexual.

Hubungan seksual pada pasangan muda pernikahan merupakan bagian yang menyenangkan. Hubungan seksual ini dapat menjalin keintiman, pereda stres dalam hubungan, serta tempat untuk pasangan untuk saling memberikan kesenangan satu sama lain. Namun tak jarang, hubungan seksual ini menjadi salah satu ujian rumah tangga di 5 tahun pertama. Biasanya hal yang menjadi perbedebatan seputar frekuensi seks, kualitas hubungan seksual, serta kebosanan pada gaya seksual yang itu-itu saja. Ujian rumah tangga ini bisa diatasi dengan cara komunikasi dengan pasangan.

Ajaklah pasangan diskusi apa yang masing-masing sukai saat seks agar kedua pasangan tidak merasa jenuh atau bosan. Dengan komunikasi, ujian pernikahan pada hubungan seksual dapat diatasi dan semakin memberikan kedekatan intim antara pasangan anda.

7. Managemen Waktu.

Ketika pasangan berpikir dengan menikah akan menyederhanakan hidup dan menghemat waktu, anda salah. Menikah, selain mengikuti jadwal diri sendiri, juga harus memahami jadwal pasangan masing-masing. Mulai dari waktu untuk bekerja, mengurus anak, mengejar pendidikan, waktu sendiri, serta merawat rumah dan hewan peliharaan.

Meski terlihat sepele dan mudah, waktu adalah salah satu hal yang sering diperdebatkan dan menjadi ujian rumah tangga dalam pernikahan. Kebanyakan pasangan suami istri baru berjuang untuk menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan.

Mengukir waktu berkualitas untuk Pasanganakan membutuhkan pengorbanan, seperti mengurangi hobi pribadi atau waktu dengan teman. Jadi, alangkah lebih baik untuk mengomunikasikannya dan membagi secara adil agar bisa melewati ujian rumah tangga ini yang sering terjadi di awal pernikahan. jangan sampai terlambat menyadarinya waktu setelah pulang dari kantor/bekerja adalah untuk keluarga.

8. Tugas Pekerjaan Rumah 

Hal lain yang kerap menjadi ujian rumah tangga di awal pernikahan adalah pembagian tugas di dalam rumah. Ingatlah bahwa pasangan suami istri adalah tim yang bahu membahu membangun keluarga harmonis termasuk dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah bukan tugas istri saja tetapi juga suami. Oleh karena itu, di awal pernikahan sebaiknya sepakati bagaimana pembagian kerjanya. Dengan begitu, satu sama lain tidak akan merasa si  istri bekerja lebih banyak dari si suami.

9. Stress dan beban Moral

Stres memang kerap dialami hampir setiap orang. Namun, ketika pasangan sedang stres, hal ini dapat memperburuk masalah yang sudah ada. Ketika salah satu pasangan mengalami hari yang buruk, mereka akan membawa situasi tidak menyenangkan ini ke rumah dan membawa suasana tidak nyaman.

Ujian rumah tangga ini terjadi pada saat kita tidak dapat mengontrol stres dengan baik. Akibatnya, baik istri atau suami melampiaskan emosi negatif ini ke pasangan. Seperti stres finansial, stres harian seperti ini dapat menguji kesabaran dan membuat pasangan tidak bisa saling berkomunikasi dengan baik.

10. Karakter dan kebiasaan keluarga 

Menikah bukan berarti meninggalkan rasa sayang kita pada keluarga lama, Menikah itu juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Dengan kata lain, ujian rumah tangga yang kerap dialami tak jauh dari masalah keluarga. Karena ini, kedua pasangan perlu menyatukan dua keluarga dengan dua kebiasaan dan budaya yang berbeda.

Kerja sama antar suami istri dibutuhkan untuk saling memahami kebiasaan orangtua dan anggota keluarga masing-masing. Selalu membiasakan diri untuk menjaga dua keluarga, tentu akan jauh lebih mudah dalam menjaga keharmonisan pernikahan. Menerima dan beradaptasi dengan keluarga pasangan memang bukan hal mudah. Namun, perlahan tapi pasti pasangan  pasti bisa melakukannya.

11. Perbedaan prinsip

Jika pasangan memiliki perbedaan prinsip atau pandangan dalam hal-hal krusial, hal ini menjadi ujian pernikahan yang cukup serius. Tak jarang ada yang memiliki perbedaan pendapat besar tentang agama atau kebiasaan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak mereka. Perbedaan lainnya termasuk cara mendisiplinkan atau mengasuh anak, tindakan benar dan salah, atau konflik etika lainnya.

Setiap orang tidak tumbuh dengan nilai, moral, atau tujuan yang sama. Tentu ada banyak perdebatan tentang benar dan salah. Jika pasangan suami istri tidak dapat belajar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berbeda, kehidupan rumah tangga yang dijalani tentu akan sulit.

12. Kecemburuan 

Siapa sangka, ujian rumah tangga juga bisa dari hal kecil seperti kecemburuan, Kecemburuan dapat membuat pernikahan menjadi tidak harmonis, terutama jika muncul perasaan cemburu yang tidak beralasan. Seseorang yang cemburu bisa menjadi berlebihan dalam bersikap dan tidak dapat mengendalikan emosi.

Jika istri/suami pernah merasa cemburu, temui konselor pernikahan untuk memutuskan apakah ini perasaan yang normal atau tidak. Ujian rumah tangga yang sedang dialami mungkin perlu didiskusikan dengan konselor yang lebih ahli dalam bidang ini.

13. Sibuk sendiri dengan HP/teknologi

Selain anak-anak, pasangan suami istri pun dapat merasakan dampak negatif dari teknologi/Hanphone, Bahaya yang muncul dari terlalu lama bermain gadget atau media sosial dapat memengaruhi cara kita berkomunikasi dengan pasangan.

Dengan adanya peningkatan pesat dalam interaksi dan obsesi kita dengan teknologi dan platform sosial, kita semakin menjauh dari komunikasi tatap muka yang sehat. Tak jarang banyak pasangan yang mengeluh soal hal ini. Ini merupakan masalah pernikahan yang umum yang sering terjadi.

Kalau suami/istri sudah bisa mengatasi ujian pernikahan di awal 5 tahun pernikahan, masih ada ujian 10 tahun pernikahn yang akan siap menguji keluarga kita. kita harus siap sehala ujian yang akan menerpa kita dan keluarga. 

Konsultasikan dengan baik dan benar antar pasangan hidup kita demi anak kita tercinta Muhammad  Rayyan Al Fatih.

Cobaan yang Bakal Menanti Kehidupan Setelah Kamu Menikah, apakah sudah mempersiapkan hal tersebut



Kita harus sadar dan tahu, bahwa pernikahan itu gak cuma yang indah-indah saja. Ada kekurangan di sana-sini yang perlu kamu "tambal" bersama pasangan halalmu. Oleh karena itu, sudah sadarkah kamu dengan realita-realita tersebut, sebelum terlambat dan menyesal dan menjadikan keluarga tidak bahagia. 

1. Untuk suami, masalah finansial yang harus dipikirkan tentu akan bertambah kebutuhan-kebutuhan dalam sebuah rumah tangga.

Tidak bisa dimungkiri, masalah keuangan (finansial) menjadi suatu hal penting saat berumah tangga. Dari yang biasanya sendiri, sekarang harus menghidupi istri dan anak. Dari yang biasanya sering hangout, sekarang mulai memikirkan menabung untuk membeli rumah. Jika kalian sama-sama bekerja, masalah finansial tidak terlalu membebani. Namun ada baiknya untuk memulai perencanaan keuangan jauh sebelum memantapkan diri ke jenjang pernikahan. kadang suami istri sama-sama bekerjapun jadi yang didapat hanya sedikit padahal keuangan banyak itu juga merupakan kendala atau masalah.

2. Buat istri, sudah waktunya gak manja lagi, ada suami yang perlu diperhatikan juga.

Cewek baru mantap disebut istri jika sudah lancar mengerti kebutuhan suami. Bisa mengurus rumah tangga, mengelola keuangan keluarga, memberi dukungan saat suami lelah serta dirundung masalah, dan sebagainya. Ketika istri berkarier, kebutuhan suami dan keluarga tetaplah wajib menjadi prioritas nomor satu. kadang suami juga kurang komunikasi dengan pasangan sehingga mengakibatkan hubungan rumah tangga semakin memburuk, sebaiknya jaga komunikasi dengan pasangannya, sehinga keluarga hubungannya tetatp terjaga dengan sangat baik, jangan asal kerja lembur saja, jika hanya memperkeruh komunikasi dengan hubungan suami dan istri serta kebutuhan kebahagaian anak dan istri atau pasangan halal kita.

3. Ingat, masih ada orangtua dan mertua yang perlu kamu jaga juga 

Menikah itu juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Dengan kata lain, kalian perlu menyatukan dua tabiat yang berbeda. Kalian perlu saling bekerja sama untuk menghapal kebiasaan orangtua kalian masing-masing. Dengan membiasakan diri untuk menjaga dua keluarga, tentu akan jauh lebih mudah memperhatikan dan menjaga mereka. jangan melakukan yang tidak mereka sukai, apalagi kita masih bersama mertua/orang tua yang masih tinggal serumah, jangan merasa aman, jangan bermalas-malasan dirumah saja, buat pekerjan yang sekiraanya diri kita sibuk dalam bekerja. Buat hati ibu paka mertua senang, jaga komunikasi yang baik kepada mereka berdua, meski terkadang kita merasa jenuh, namun jangan patas kemangat untuk menjaga komunikasi yang baik kepada mereka berdua.

4. Dengan menikah, semakin banyak sifat pasangan yang terbuka

Ingat, kalian sudah mengikat janji suci. Bertengkar itu wajar untuk sifat atau kebiasaan pasangan yang baru kamu tahu dan tidak suka, yang perlu dilakukan adalah saling menerima kebiasaan tersebut. Atau mungkin juga, kalian bisa sama-sama mengurangi kebiasaan jelek itu sampai akhirnya saling menerima, kekurangan dari masing-masing pasangan kita, janganmenang-mentang suami sebagai kepala rumah tangga sehingga tidak mau membantu kegiatan atau pekerjaan rumah istri, bantulah istri sebaik dan apa saja yang dikerjakan istri kita sebapagai kepala rumah tangga kita bantu semaksimal munkin dan bantu perkerjan bapak ibu mertua agar beliau juga merasa senang dengan kita. jika memang merasa lelah komunikasikan dan ingin istirahat, atau tidur karena sakit. 

5. Hamil sembilan bulan bisa terasa berat kalau tidak ada kerjasama yang kuat antar suami dan istri atau kedua pasangan 

Jangan dikira hamil sembilan bulan itu hanya kerja istri. Bukan, ini juga kerja suami untuk mengikuti istrinya. Perubahan mood, perubahan fisik, muntah-muntah, pusing bahkan ngidam, tak lagi berasa berat kalau suami siap mendukung istrinya.

6. Ketika anak lahir, di situlah muncul tantangan jangka panjang yang lain

Kini ada bayi kecil yang sehat dan lucu di antara kalian. Tapi di balik itu, kamu perlu memulai memikirkan perencanaan keuangan yang matang untuk membiayai kebutuhannya. Mulai dari susu, pakaian, hingga pendidikannya di masa depan.

7. Setelah menikah, pulang rumah usai kerja merupakan prioritas pertama dalam kehidupanmu 

Ketika belum menikah, tentu tidak perlu berpikir dua kali menerima ajakan teman. Tapi kalau sudah menikah, prioritas kalian akan bersama orang di rumah. Kalian tidak ingin kehilangan momen berharga dengan anak. Lagi pula kalau nanti terjadi sesuatu, siapa juga yang menanggung susahnya selain kalian berdua atau pasangan bapkah ibu bapak / kedua mertua kita.

8. Seiring bertambahnya usia anak, waktu bersama pun akan semakin berkurang

Semakin besar usia anak (dan semakin banyaknya anak yang dipunya), tentunya kebutuhan keluarga tidaklah sesimpel dahulu. Gak heran kalau waktu berdua juga semakin berkurang. Namun percayalah, ini merupakan saat-saat kalian diuji. Yang satu diuji perjuangannya, yang satu diuji kesetiaannya.

9. Karier juga meningkat dengan tajam, namun godaan yang datang semakin banyak juga

Semakin sukses seseorang, semakin banyak godaan menerpa. Sebagai istri, kamu masih dituntut pengertian terhadap profesi suami yang semakin padat-padatnya. Jika nanti muncul gosip atau terpaan berita miring, jangan terburu terprovokasi. Begitu juga sebaliknya dengan suami. Bila salah satu tersandung masalah, kalian harus saling setia mendampingi dan menguatkan.satu sama yang lain, janga terpancing emosi yang negatif, dan jangan marah,  sabar jalani dengan hati yang iklas.

10. Belajar bagaimana caranya memantau anak, tanpa mengekangnya itu susah!

Perjuangan kamu sebagai pasangan yang menikah, tidak terhenti sampai anak dewasa. Ketika di usia ini, pergaulan anak sudah semakin luas. Sudah waktunya belajar caranya untuk memantau anak tanpa terlihat mengekannya. Dan ini tidak mudah, bahkan sangat sulit dan hati-hati dalam mengambil putusan atau tindakan tanpa komunikasi dengn pasangan kita.

11. Ketika anak telah memilih kehidupannya sendiri, percayalah kalian akan selalu dibutuhkan olehnya, sesederhana apa pun itu.

Akhirnya, kamu menuntaskan tugasmu sebagai orang tua. Anakmu mendapatkan jodohnya dan memilih jalan hidupnya sendiri. Ia menikah dan hidup mandiri dengan berpisah dari keluarga. Ia pun mulai merasakan perjuangan yang sama, seperti yang kamu alami dahulu. Namun semandiri apa pun ia, percayalah, dia akan terus membutuhkan peranmu sebagai orangtua, sesederhana apa pun itu.

12. Di usia yang tak bisa dibilang muda lagi, kamu menyadari bahwa perjuangan orangtuamu dulu tidak bisa dianggap sebelah mata

Seluruh anakmu telah memilih mandiri dengan hidupnya masing-masing. Dengan begitu, kamu kini hanya tinggal berdua dengan suami di rumah. Di titik inilah, kamu banyak merenung dan merindukan nostalgia. Kamu mulai ingat masa kecilmu, yang mana sangat bandel pada orangtua. Namun setelah menikah dan menjadi orangtua, kamu sadar betapa beratnya perjuangan orangtuamu dulu untuk mendahulukan anaknya.

13. Karena hanya Tuhan yang mampu memisahkan cintamu, kamu akan tetap saling memperjuangkan dan mengisi satu sama lain

Dan pada akhirnya, meski kamu sudah tidak bekerja lagi, meski kamu sudah tidak mengasuh anak lagi, bukan berarti perjuangan pasca pernikahan berakhir. Saat inilah keriput di wajahmu mulai subur. Rambut-rambutmu juga memudar kehitamannya. Tubuh juga tak berbentuk gitar Spanyol karena riwayat kehamilan. Tapi perjuanganmu pasca pernikahan belum berakhir sampai disini, perjuanmu akan selalu ada sampai nyawa tercabut dibadanmu.

Tips Mengatasi Permasalahan dalam Pernikahan

Masalah yang muncul setelah menikah tentunya harus segera diselesaikan bersama dengan pasangan. Untuk mengatasinya, berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan :

  1. Perbanyak waktu berdua, Jadikan setiap momen berdua bersama dengan pasangan berkualitas. Usahakan untuk mematikan smartphone atau singkirkan terlebih dahulu segala hal seputar aktivitas non-keluarga.
  2. Belajar memberikan kritik tanpa memaki, Setiap orang pastinya memiliki sifat yang kurang sempurna, ada kalanya kita perlu memberikan masukan tanpa terkesan menghakimi dan menyalahkan.
  3. Libatkan pasangan dalam setiap keputusan yang diambil, Usahakan untuk selalu melibatkan pasangan dalam setiap pengambilan keputusan. Kamu masih harus berjuang mempertahankan cintamu dengan pasangan, hingga akhir nanti.

Lakukan hal yang terbaik yang anda bisa, jangan gegabah dalam mengambil sebuah keputusan atau jangan iseng dalam keluarga, karena mungkin pasangan tidak tahu bahwa anda hanya iseng, dan jangan jadikan sebuah keluarga menjadi ajang bermain. Keluarga harus saling melengkapi dan mengisi satu sama lain, saling menghargai, saling membantu, salaing menjaga diri, saling terkait, saling mendo'akan menjadi lebih baik, saling mengurus anak, menjaga ekonomi, saling tukar fikiran, salaing mengayomi, saling keberjasam dalam kebaikan, sembayang bersama, saling komukasi yang baik, saling menjaga finansial keluarga/keuangan keluarga, saling menjaga kehormatan masing-masing dari pasangan, saling terbuka jika ada masalah.


Hidup tidak pernah sederhana seperti kelihatannnya



Hidup tidak sederhana seperti kelihatannnya, hidup penuh degan rintangan, cobaan, halangan, masuk jurang, pesakitan, banyak orang bilang hidup itu " wang sinawang" semua manusia hidup didunia ada masalah, banyakan banyak masalah, bagaimana caranya kita dapat mensikapinya. Kita berfikir kita sudah bekerja sesuai tupoksi masing-masing, bahkan lebih bekerja keras, untuk dapat melangsungkan kehidupan yang baik, namun ternyata tetap menjadi masalah, kehidpan kurang sesimbang, menjadikan kelelahan yang akut justru terjebak dalam kemalasan karena terlalu keras bekerja menjadikan titik jenuh yang sangat akut membuat keluarga kecil menjadi tidak seimbang. 

Walaupaun sudah koreksi dan mengakui kita salah dalam mengambil sikap dan keputusan, namun semua itu seperti sudah terlambat. kehidupan menjadi lebih sulit, fikiran kita dihantui rasa bersalah dan menjadikan hidup menjadi sempit dan sulit. kemudian kita berfikir, apa sebenarnya tujuan dari hidup kita ini jika mendapatkan cobaan, rintangan, dan bahkan lebih buruk dari hal terbut semuanya tersebut? seperti sudah terlambat, namun nyawa masih dikandung badan dan masih bernafas, kehidupan harus berlanjut sampai nyawa ini tercabut dari badan (mati/meninggal) dari dunia yang fana ini. 

Kita kadang berfikir ulang untuk mengkoreksi diri kita sendiri, kita diberi kesempatan berkali-kali bahkan sering di ingatkan oleh Tuhan (Allah SWT) namun kenapa pada waktu itu kita tidak merasa bahwa hal tersebut yang adalah di ingatakan oleh pencipta langit dan bumi seisinya yaitu (Allah SWT). di situ kita merasakan hal penyesalan sangat sangat mendalam dan justru kita terjebak dalam kejelekan, keterpurukan yang berlarut-larut. 

Banyak dari teman yang menyarankan hal yang baik-baik untuk diri kita dan masa depan kita ke depan, semua orang memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda sehingga kita mendapat imputan yang berbeda-beda pula, kita harus menyaring dengan sangat teliti mana yang terbaik dan yang paling baik dari inputan tersebut. jika kita salah dalam mengambil sikap imputan tersebut kita akan terjerumus dalam lubang, keniscayaan dan kenyataan yang semakin dalam yang semakin terpuruk dalam kehidupan. 

Kita kita terpuruk yang berlarut-larut makan setan akan selalu mendamping jiwa yang sedih dan tertekan. Kita hanya meratapi hal yang sudah terlewat hal yang sudah terjadi dalam kehidupan kita. kita dulu tidak bersukur yang telah kita miliki yang kita seharusnya berbahagia dalam hal yang kita miliki tersebut. sekarang hilang begitu saja ya karena semua itu adalah kesalahan kita, Allah SWT tidak menzalimi hambanya, hanya hambanya yang telah melampaui batas sendiri. seharusnya hamba koreksi dan bertobat kepada Allah SWT. sehingga kehidupan harus dijalani dengan Iklas dan sabar saat sedih dan tidak memiliki apa-apa didunia ini, seperti semuanya hilang dari kehidupan kita.

Jika hal yang sudah terjadi, biarlah terjadi, hal yang berlalu biarlah berlalu, yang sudah ya sudah karena sudah terjadi, tidak semudah itu juga ternya dalam kehidupan, karena kita miliki memori dan sudah memiliki hal terindah dalam kehidupan kita ini. sangat menyakitkan sangat merasakan penyesalan sangat mendalam, inginnya kita memperbaiki dan menebus kesalah-kesalahan yang kita lakukan terhadap sesuatu hal yang kita disitu bersalah, namun semuanya kembali ke dalam diri kiat masing-masing, kita inginkanhal terbaik, namun disisi lain hal yang tidak mungkin bisa terjadi dan mau menerima kita kembali. memang sangat sulit menjalani hal tersebut, kita hanya manusia biasa tidak memiliki daya apa-apa hanya melaksanakan sesuatu hal yang kita anggap itu hal terbaik. disitu kita merasa memang syetan/iblis  adalah musuh dan nyata dan benar firman Allah SWT adalah benar-benar terjadi dan pasti akan terjadi. 

Namun kemalasan manusia dan kelalaian manusia membuat kehidupan ini menjadi tidak baik. kita sudah diberikan manualbook berupa Al Qur'an dan diberikan akal fikiran oleh Allah SWT kenapa manusia masih mendustakan? kita sudah diberikan kesehatn, pakian, makan, minum, istri yang solih, anak yang gantheng dan solih, diberikan mertua yang baik dan solih, kenapa kita masih saja mendustakan dan tidak bersukur? sehingga kehidupan kita menjadi tidak baik ya karena kita tidak besyukur, seharusnya kita harus bersukur dahulu dan dipastikan Allah SWT akan menambah nikmatnya kepada hambyanya tersebut, jika tidak tidak bersukur siksa Allah SWT itu sangat pedih, dan itu pasti dan benar. bagiaman bila hal tersebut/permasalahn tersebut sudah terjadi? ya kita bertobat kepada Allah SWT harus rendah hati, berusaha menjalankan perintah Allah SWT dan menjahui apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Jika hal-hal tersebut sudah hilang dari diri kita, kita harus iklas harus rendah hati, baik kepada semua orang dan jinta pertolongan kepada Allah SWT. mau bagimana lagi hal tersebut sudah terjadi atas seijinnya, mau kita balik jungkir pun, sampai kita menangis darah keluar dari mata kita pun belum tentu hal yang kita cintai dan kita sayangi dan kita bangga-banggakan akankembali dalam pelukan kita. Kita sudah menyakiti hati mereka berkali-kali, mau bagaiman lagi kita menyesal seumur hidup kita belum tentu akan kembali seperti sedia kala. kita akan terjebak dalam keputus asaan belum ada jalan kelaur untuk kita, kita takut ini adalah merupakan teguran meruapan hukuman untuk kita, agar kita tidak melakukan hal yang sama kesalahan yang sama yaitu ke egois san diri kita. kita menyesal boleh menyesal, namun jangan berlarut-larut dalam kesedihan nanti syetan akan masuk kedalam dada kita dan fikiran kita, syetan/iblis akan menyesaltkan kita ke dalam menaraka, membisikan kiat untuk melakukan hal yang buruk dan jelek kepada kita, dia akan membisik kan untuk melakukan bunuh diri, melakukan kejahatan, membisikan untuk membenci sesama manusia dan itu sangatlah berbahaya bagi keidupan kita. memang sangat sulit untuk membicarakan ilmu iklas, ternyata ilmu iklas itu sangat sulit dan berat diperoleh, mau tidak  mau hal sudah terjadi kita dipaksakan untuk dan harus iklas, mungkin kita bertahun-tahun akan menerima hal tersebut.

Dulu kita sudah berlahan menjadi orang/manusia yang lebih baik dari sebelumnya, sedikit demi sedikit kita merasakan bersukur atas nikmat Tuhan yang diberikan. namun dalam perjalana kehidupan kita lupa syetan adalah musuh yang nata bagi kita. kita tidak sadar melakukan hal yang tidak baik, berahu tahun kita tidak bersukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepada kita/hambanya. Kita lalai dan menjalankan perintahnya kita lalai dalam menjahui larangannya, kita sibuk dalam pekerjan kita, hanya menuruti kesenanangan kita, hanya menuruti hawa nafsu kita, bahkan kita tidak merasakan hal yang terjadi dikiranya kita baik-baik saja, ternyata hal tersebut menjadikan masalah menjadi besar. dalam bahasa jawa Kriwik'an dadi Grojokan" yang artinya masalah kecil menjadi masalah besar, mau dibendung sudah terlambat. 

Tulisan ini saya buat sendiri untuk dapat mengjoreksi diri saya pribadi dan semoga mejadikan hal yang bermanfaat bagi siapa saja yang membacaya, materi tersebut sebenarnya belum semuanya saya utarakan karena ada banyak hal atau privasi yang tidak boleh disampaikan/diutarakan hanya Allah SWT dan saya pribadi yang tahu. intinya hidup masih dijalani, masih bernafas, masih sehat harus disyukuri dengan baik, ambil hikmahnya buang jeleknya. saya selalu mendo'akan anak saya Muhammad Rayyan Al Fatih (lahir Sragen, 15 Februari 2016) menjadi anak yang solih berbbakti kepada kedua orang ituanya terutama Ibu nya Miswari Budi Prahesti. saya sangat amat mencintainya, sampai kapanpun, do'akan saya juga agar menjadi manusia yang iklas rendah hati dan baik seperti wanita ahli surga Miswari Budi Prahesti. dan semoga Kita diberikan kesempatan yang ke dua untuk menjadi pribadai yang lebih baik lagi, Amin.

Kamis, 16 Juni 2022

Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT dari kemunafikan, Taubat dari Dosa-dosa Besar, Taubat dari Menyembunyikan Kebenaran


Taubat dari Kemunafikan, Sebagaimana Allah SWT juga mengajak untuk bertaubat dari kekafiran yang zhahir dan terang-terangan, Allah SWT juga mengajak untuk bertaubat dari kekafiran yang tersembunyi, yang ditutupi dengan keimanan lisan. Yaitu yang terkenal dengan nama "kemunafikan" dan orangnya adalah kaum "munafiqin".

Yaitu mereka yang berkata: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sabar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya." (QS. al Baqarah: 8-10).

Taubat dari kemunafikan ini adalah tidak sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena sebelumnya ia memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia bersifat dengan empat sifat yang disebutkan dalam surah an-Nisa. Setelah Al Quran membongkar sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka: yaitu mereka memberikan loyalitas mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum mu'minin, serta mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah SWT." (QS. an-Nisa: 138-139).

Serta mereka selalu mencari kelengahan kaum mu'minin, dan berada di tengah-tengah antara kaum kaum mu'minin dan kaum kafirin untuk mencari keuntungan.

"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah SWT mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka Allah SWT akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah SWT sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS. an-Nisa: 141).

Juga dari tindakan mereka mempermainkan dan menipu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).

Setelah Allah SWT membongkar sifat-sifat orang-orang munafik, namun Allah SWT tidak menutup pintu bagi mereka. Namun malah membukakan pintu taubat dengan syarat-syaratnya. Seperti firman Allah SWT:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."( QS. An-Nisa: 145-146.)

Di antara tanda-tanda sempurnanya taubat mereka adalah mereka memperbaiki apa yang dirusak oleh sifat munafik mereka. Serta agar mereka hanya berpegang pada Allah SWT saja bukan kepada manusia. Dan dengan ikhlas beribadah kepada Allah SWT, hingga Allah SWT mengikhlaskan mereka untuk agama-Nya. Dengan itu, mereka bergabung ke dalam barisan kaum mu'minin yang jujur.

Dalam surah lain, Allah SWT berfirman: "Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (QS.at-Taubah: 74)

Taubat dari Dosa-dosa Besar : Sebagaimana Al Quran menyebutkan taubat dari kemusyrikan dan kemunafikan, Allah SWT juga menyebutkan taubat dari dosa-dosa besar. Seperti membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT kecuali dengan haknya. Juga zina yang Allah SWT cap sebagai jalan yang buruk dan kotor. Dan al Quran menggolongkan kedua perbuatan dosa besar ini dalam kelompok dosa yang paling besar setelah syirik. Allah SWT berfirman tentang sifat ibadurrahman.

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah SWT dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah SWT dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Furqan: 68-70)

Tampak banyak ayat-ayat berbicara tentang iman setelah taubat, dan menyambung antara keduanya. Seperti terdapat dalam ayat ini. Firman Allah SWT:

"Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung." (QS. al Qashash: 67). Serta firman Allah SWT setelah menyebutkan beberapa Rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya serta para pengikut mereka yang saleh, yang apabila dibacakan kepada mereka ayat Al Quran mereka segera tunduk sujud dan menangis. Kemudian Allah SWT berfirman:

"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (QS. Maryam: 59-60)

Dan seperti dalam firman Allah SWT: "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat , beriman , beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thahaa: 82)

Apa rahasia penggabungan ini, yaitu pengggabungan antara iman dengan taubat? Yang dapat aku tangkap, keimanan akan mengalami kerusakan ketika seseorang melakukan dosa besar. Hingga sebagian hadits menafikan keimanan itu dari orang-orang yang melakukan dosa besar ketika mereka melakukannya. Seperti dalam hadits Bukari Muslim dari Nabi Saw beliau bersabda:

"Tidaklah berzina orang yang berzina dan saat itu ia mu'min, dan tidak meminum khamar orang yang meminumnya dan saat itu ia mu'min, dan tidak pula mencuri orang yang mencuri dan saat itu ia mu'min".

Oleh karena itu, taubat adalah reparasi dan penyembuhan bagi keimanan yang mengalami kerusakan itu. 

Taubat dari Menyembunyikan Kebenaran

Di antara dosa yang besar, yang ditunjukkan dan anjurkan al Quran agar kita segera bertaubat darinya adalah: dosa menyembunyikan kebenaran serta tidak menjelaskannya kepada manusia. Ini adalah dosa para ahli ilmu pengetahuan yang mempunyai kewajiban utnuk menyampaikan risalah-risalah Allah SWT, dan menjelaskan hukum Allah SWT kepada mereka. Serta mengatakan kebenaran, serta tidak menyembunyikannya, tidak seperti tindakan ahli kitab yang mendapatkan kecaman dari Allah SWT dalam firman-Nya:

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima." (QS. Ali Imran: 187).

Karena mereka menyembunyikan berita gembira akan datangnya Muhammad Saw yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, serta mereka merubah dan menggantinya, karena semata kepentingan dunia, yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai "harga yang murah". Seperti firman Allah SWT:

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. an-Nisa: 77).

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!." (QS. al Baqarah: 174-175)

Lihatlah ancaman yang besar ini terhadap orang-orang yang menyembunyikan itu, yang mengandung ancaman material: "mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api ", serta maknawi: "dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka ", dan mereka mengalami kerugian dalam transaksi mereka: "Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan ". Itu semua semata karena mereka menyesatkan hamba-hamba Allah dengan menyembunyikan persaksian mereka akan kebenaran:

"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?." (QS. Al Baqarah 140)

Oleh karena itu taubat amat diperintahkan secara kuat dari mereka semua, sehingga mereka selamat dari azab ini, serta dari laknat Allah SWT dan sekalian orang yang melaknat. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. al Baqarah: 159-160)

Agar taubat mereka diterima, disyaratkan agar: mereka memperbaiki apa yang mereka telah rusak, dan menjelaskan apa yang mereka sembunyikan.

Jika ini adalah dosa orang yang menyembunyikan kebenaran, maka dapat dibayangkan apa dosa orang yang "mendistorsi kebenaran" itu, serta menampakkan kebenaran itu seakan suatu yang bathil, sehingga manusia tidak memilihnya. Sementara mereka menghias kebathilan, dengan lidah dan tulisan mereka, sehingga manusia memilihnya? Tak diragukan lagi, dosa mereka lebih besar, dan kesalahan mereka lebih berbahaya. Dalam masalah ini banyak tergelincir penulis, pengarang, jurnalis, kalangan pers, seniman, para ahli pidato dan semacamnya. Yaitu mereka yang menciptakan opini publik serta menggerakkan kecenderungan mereka.

Taubat mereka tidak sah hanya dengan sekadar menyesal. Namun mereka harus memperbaiki dan menjelaskannya kepada orang banyak. Karena mereka telah banyak merusak akal dan dhamir banyak manusia, serta menyesatkannya. Mereka harus melenyapkan atau menarik peredaran faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan itu, baik berupa buku, kaset, atau film dengan segala cara. Dan jika mereka tidak mampu maka mereka harus menjelaskan kepada khalayak melalui koran atau media lainnya. Dan mereka harus menjelaskan dengan gamblang sikap mereka yang baru dan kembalinya dia dari sikap dan tindakannya sebelumnya, dengan berani dan yakin (Seperti yang dilakukan oleh Dr. Mushthafa Mahmud, Khalid Muhammad Khalid, dan yang lainnya yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT ).

Semoga Allah SWT menghindakan kita dari berbuat zalim, dari kemunafikan, Dosa Besar,  Menyembunyikan Kebenaran dan sebagainya yang membuat kita terjerumus ke dalam lembah Neraka. Kita berlindung kepad Allah SWT dari  setan iblis yang terkutuk. 

Perbuatan Khianat adalah Penyebab Kesulitan Hidup di Dunia maupun di Akherat


Ada satu jenis lagi perbuatan yang menyebabkan kesulitan hidup di dunia bahkan di akhirat yaitu ; Khianat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sedang menyaksikan bagaimana orang-orang yang berkhianat  koruptor, manipulator dan yang lainya  dengan jabatan yang telah diamanahkan bangsa kepadanya di nodai oleh suatu perbuatan khianat terhadap tugas-tugasnya dan kekuasaan yang dipegangnya. Para pemegang amanah itu tidak menjalankan amanat sebaik-baiknya tetapi tragisnya dilain pihak mereka terus berusaha mempertahankan amanat yang diberikan kepadanya dengan berbagai cara, Walhasil ketika perbuatan khianat itu terbuka hijabnya yang selama ini tertutupi, maka tidak saja dirinya yang hancur karena malu, hilang martabat dan hartanya, hancur pula perasaan keluarga dan orang-orang disekelilingnya.

Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut ini : “ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad ) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui  (Al An-faal : 27)

Al Wahidi – semoga Allah merahmatinya – mengatakan , Ayat ini diturunkan kepada Abu Lubabah ketika Rasulullah Saw mengutusnya ke Bani Quraizhah, saat mereka dikepung. Sedang keluarga dan anaknya ada di dalamnya. Kemudian mereka berkata kepada Abu Lubabah, “ Wahai Abu Lubabah, apa pendapatnmu jika kita memakai keputusan Sa’ad demi kepentingan kita ? “ Kemudian Abu Lubabah mengisyaratkan kelehernya, maksudnya ia akan disembelih, maka jangan kalian melakukan hal tersebut. Perbuatan itu adalah khianat kepada Allah dan RasulNya. Abu Lubabah berkata “ Kakiku masih tetap berada pada tempat itu, sampai aku sendiri menyadari bahwa aku telah khianat kepada Allah dan Rasul-Nya . Allah berfirman dalam Surah yusuf ayat 52, "Dan sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang yang berkhianat"  Maksudnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang khianat atas amanat yang dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa Allah akan membeberkan aibnya’ pada akhir nanti dengan dijauhkannya hidayah dari Allah SWT.

Allah berfirman : Akan tetapi jika (tawanan-tawanan itu ) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesugguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah SWT sebelum ini, lalu Allah SWT menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana (Al Anfaal : 71)

Meskipun para tawanan itu hendak mengkhianatimu, wahai Muhammad dengan menampakkan seakan-akan baik dalam perkataannya dan mereka beriman, tetapi sebenarnya mereka telah mengkhianati Allah, sebelum terjadi peperangan ini yaitu perang Badar .

Allah berfirman, “ Hai orang-orang beriman , janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (al Anfaal :27)

Maksudnya, janganlah kalian mengkhianati agama kalian dan Rasul kalian dengan membocorkan rahasia-rahasia kaum Mukminin. Dan mengkhianati apa yang telah diamanatkan kepada kalian berupa taklif-taklif syari, kewajiban-kewajiban agama , sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut ini yang artinya.

“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit , bumi dan gunung-gunung , maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat  zalim dan bodoh (Al Azhaab : 72)

Ibnu Abbas berkata,” khianat kepada Allah itu berupa perbuatan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan dan khianat kepada Rasulullah saw berupa perbuatan meninggalkan sunah-sunah yang telah beliau gariskan dan melakukan maksiat terhadapnya. Begitu juga khianat terhadap amanat, yaitu amal-amal yang telah Allah percayakan kepada hamba-hambaNya

Allah berfirman : “Dan jika kamu khawatir terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ., sungguh Allah tidak menyukai orang  yang berkhianat ” (Al Anfaal ’58)

Makna yang dimaksud adalah jika kalian khawatir terhadap suatu kaum akan berbuat khianat , maka cabutlah perjanjian yang telah engkau sepakati  dan katakanlah kepada mereka bahwa kami telah mencabut perjanjian dengan kalian , sekarang kami memerangi kalian . agar mereka tahu pentingnya hal tersebut sehingga mereka akan sama-sama menyadari keutamaan bersamamu dengan ilmunya itu. Janganlah kalian memerangi mereka sedangkan diantara kalian dan mereka ada perjanjian , dan mereka menaruh percaya kepada kalian , hingga perbuatan ini dianggap sebagai tindak pengkhianatan dan mengingkari janji. “ Innallaha laa yuhibbul khaainin” ungkapan ini sebagai alasan diperintahkannya membatalkan perjanjian ,karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat khianat dan tidak dapat dipercaya.

Allah berfirman “….dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena membela orang-orang yang khianat” ( An Nisaa : 105)

“ Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang –orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa (an Nisaa; 107)

Maksudnya janganlah kalian berdebat untuk membela orang yang mengkhianati dirinya dengan melakukan maksiat. Bahwa Alah tidak menyukai orang yang sangat suka berkhianat, tenggelam dalam jurang kemaksiatan dan dosa.

Rasulullah SAW bersabda; Tidak ada iman bagi orang yang tidak dapat diamanati . Tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati perjanjian (Hr Ahmad. Al Bazzaar, ath Tharani dan Ibnu Hibban)

Khianat akibatnya akan jelek dalam segala hal. Bahkan dalam suatu kondisi akan lebih jelek dari yang lainnya. Orang yang berkhianat dalam suatu hutan , tidak sama dengan orang yang berkhianat terhadap sanak saudara, harta dan melakukan pebuatan-perbuatan dosa besar. Rasulullah saw bersabda,” Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika ia berbicara akan berdusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika dipercaya , ia akan berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)

Rasullah saw bersada “ Allah berkata, Aku menjadi fihak yang ketiga dari dua orang yang bersepakat, selama tidak ada salah satunya yang khianat. Di dalam hadits itu juga disebutkan Perkara pertama kali yang akan diangkat dari manusia adalah amanah. Dan yang terakhir kali yang tersisa adalah shalat. Barangkali orang yang melakukan shalat itu tidak akan mendapat kebaikan sedikit pun ( Hr bu Dawud dan Al Hakim).

Rasulullah saw juga bersabda, “ Jauhkanlah kalian dari amanat, karena ia adalah akhlak yang paling tercela (Hr abu Dawud , An Na- Nasa’I, dan Ibnu Maajah)

Rasulullah saw bersabda,” Beginilah ahli neraka, beliau menyebutkan seeorang yang tidak diragukan sifat tamaknya dan jika ia diamanati maka pasti akan khianat.”

Ibnu Mas’ud r.a. berkat,” Di hari Kiamat akan didatangkan orang yang khianat dengan amanahnya. Kemudian dikatakan kepadanya,” tunaikan amanahmu.” Kemudian ia berkata, bagaiamana mungkin aku bisa wahai Tuhanku, sedang dunia telah sirna? Beliau berkata,” kemudian amanah itu berwujud seperti sesuatu ketika ia diambil dari neraka jahanam dan dikatakan kepdanya,” turun dan ambillah ia, kemudian keluar darinya.” Beliau berkata,” Kemudian ia turun dan mengambilnya dengan digendong di pundaknya , yang beratnya melebihi berat gunung di dunia. Sehingga ketika ia mengira bahwa ia telah selamat, tiba-tiba ia tergelincir kembali. Tergelincir dalam neraka selama-lamanya. “ Kemudian beliau berkata, shalat adalah amanah. Wudhu adalah amanah. Mandi wajib adalah amanah. Timbangan adalah amanah. Maka berikanlah semua titipan itu.

Berharap untuk mengahiri hidup adalah hal yang dilarang


Mengharapkan atau Berdo'a atas kematian diri sendiri adalah putus asa yang dilarang dalam agama islam. Keputusasaan dalam hidup karena berbagai masalah sering membuat orang ingin mengakhiri hidupnya. Banyak yang benar-benar melakukan niatnya itu, ada juga yang beniat saja dengan memohon tuhan agar dirinya segera meninggal. Sudah diketahui secara umum bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang, tapi bagaimana dengan orang yang meminta Allah SWT agar segera meninggal? apakah diperbolehkan?

Penasihat Mufti Mesir, Dr Majdi Asyur mengatakan bahwa seseorang tidak boleh berdoa untuk kematiannya sendiri dan berharap untuk itu. Karena Rasulullah SAW bersabda tidak boleh berdoa untuk keburukan atau kecelakaan diri sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sebagai berikut : 

Dari Jabir bin Abdullah RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian mendoakan yang tidak baik atas diri sendiri, anak-anak kalian dan pelayan kalian, suatu saat Allah SWT Yang Maha Suci dan Maha Tinggi mungkin memperkenankan apa yang kalian maksudkan maka mustajabahlan doa dari kalian.” (HR Abu Dawud).

Dia menambahkan, tidak ada jaminan bahwa kebaikan seseorang lebih baik daripada keburukannya ketika meninggal. Jadi, ia menganjurkan agar tidak berdoa untuk segera diwafatkan dalam kondisi apapun. 

“Lebih baik berdoa agar ditenangkan hatinya oleh Allah SWT  dari rasa putus asa dan frustrasi. Serta agar Allah ubah situasinya menjadi yang terbaik dan dibimbing oleh Allah SWT," jelasnya sembari menyarankan doa beriikut:   Latin: “Allahumma ahyini ma damatil hayatu khairan li wa tawaffani ma damal wafatu khairan li.” yang artinya sebagai berikut ini :

Artinya: “Ya Tuhan, hidupkan aku selama hidup itu baik untukku, dan matikan aku jika kematian itu baik untukku."

Dia juga menyarankan untuk berserah diri kepada Allah SWT agar merasa lebih rileks. Perbanyak juga berdzikir dan menjalin sialturahim dengan sesama yang akan meringankan beban hidup. Dan banyak menyebut Tuhan, doa dan ikatan kekerabatan adalah hal-hal yang meringankan beban hidup.

Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan, dan memberikan jalan keluar atas kesulitan, kepahitan, kesedihan yang telah kita lakukan dan yang telah kita alami.