This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Jumat, 05 Agustus 2022

Bekerja dan Beribadah Ikhlas Karena Allah Swt

Bekerja dan Beribadah Ikhlas Karena Allah Swt. Salah satu derajat yang harus dicapai seorang muslim adalah menjadi seorang mukmin. Untuk melihat ciri seorang mukmin, Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Ali-Imron ayat 113-114, yang artinya : “Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka juga bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh.”

Dari firmah Allah itu, ada empat perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang mempunyai ciri seorang mukmin, yaitu : Pertama, orang mukmin jika bekerja akan cepat, tidak pernah dinanti-nanti. Kedua, ketika bekerja paling semangat. Ketiga, paling depan ketika berbuat baik. Keempat, tidak pernah mempunyai niat untuk berbuat jahat. Semua perbuatan itu harus dijalankan dengan ikhlas, seperti dicontohkan Rasulullah yang selalu menghabiskan waktu malam untuk sujud dan ruku meminta ridho-Nya. Rasulullah mencontohkan untuk tidak pernah lelah dalam melakukan sesuatu, karena ikhlas dalam menjalankannya.

Sebagai karyawan-karyawati, kita harus meniru sikap Rasulullah yang tak kenal lelah beribadah dan bekerja atas nama Allah, bukan yang lainnya. Padahal Rasulullah adalah manusia yang akhlaqnya paling mulia, pasti terbebas dari semua dosa, dan dijamin masuk surga. Bekerja dengan hati ikhlas dan bulat tekad karena Allah akan memudahkan perjalanan karier kita ke depan.

Ada tiga tingkatan orang ikhlas. Pertama, orang beribadah karena Allah, namun masih dikaitkan dengan urusan dunia. Contohnya, semangat bekerja jika ada pimpinan, karena ingin mendapat pujian.

Kedua, ibadah karena Allah, namun masih dikaitkan ingin masuk surga dan menghindari neraka. Ketiga, beribadah karena Allah tidak ada iming-iming lain kecuali hanya karena Allah. Sebab, apapun yang Allah kehendaki, tentu Allah sudah ridho. Ikhlas jenis terakhir inilah ikhlas yang sangat dimuliakan.

Orang ikhlas hatinya senantiasa terbuka, karena mendapat cahaya iman dan takwa dari Allah SWT. Sebaliknya, celakalah bagi orang yang suka melanggar, karena memiliki hati yang sangat keras untuk ingat kepada Allah. Mereka itulah yang berada dalam kesesatan yang nyata.

Agar tidak sesat dan selalu dicintai Allah SWT, Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 19-20 memberi petunjuk : “ Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.”

Ada tiga hal yang harus diperhatikan manusia dalam berperilaku agar dicintai Allah. Pertama, tidak sombong dan angkuh. Allah akan mencintai hambaNya yang senantiasa rendah hati dan tidak sombong. Kemuliaan di depan Allah bukan karena warna kulit, jabatan, atau ilmu, tetapi karena takwa. Perilaku sombong dan angkuh merupakan induk dosa. Berawal dari sombong dan angkuh akan menyebabkan perilaku-perilaku lain yang tidak diridhoi Allah.

Tanda kedua orang yang dicintai Allah adalah ketika manusia beribadah, baik beribadah kepada Allah maupun kepada masyarakat. Kalau kita bekerja, niatkan karena Allah, bukan karena uang dan yang lainnya. Bila di dunia tidak didapat, kelak di akhirat Allah akan memberi kesempatan dan kebahagiaan yang luas, karena kita bekerja karena Allah.

Tanda terakhir orang yang dicintai Allah adalah dia selalu mengingat Allah. tidak ada hentinya. Dalam Al-Quran ada pesan : “Saat kalian selesai menunaikan shalat, jangan berhenti untuk ingat kepada Allah.”

Referensi : Bekerja dan Beribadah Ikhlas Karena Allah Swt





























Ujian dan Cobaan Bukti Cinta Allah Terhadap HambaNya

Ujian dan Cobaan Bukti Cinta Allah Swt Terhadap HambaNya. dunia yang kita tinggali sekarang ini sejatinya sebuah panggung ujian untuk setiap makhluk yang mencari kehidupan di atasnya. Tak ada seorang pun yang hidupnya tak diuji. Setiap detik yang kita jalani ini merupakan ujian dari Allah. Mungkin kita belum menyadarinya bahwa sebenarnya ujian itu tak pernah benar-benar berhenti mengikuti langkah kaki kita. Ujian setiap orang berbeda. Tak ada yang sama persis. Jenis ujian yang Allah berikan tergantung dari sifat, kondisi, dan situasi hambaNya. Tujuan Allah memberikan ujian yang berbeda kepada setiap hambaNya adalah agar semua hambaNya yang Dia uji dapat lolos dari ujian tersebut dan menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Allah tahu bahwa kemampuan seseorang itu berbeda-beda, maka Allah berikan pula ujian yang berbeda. Maka dari itu, ingatlah, Allah tidak pernah memberikan ujian melebihi kapasitas dan kemampuan hambaNya. Allah tak pernah memberi ujian melebihi apa yang bisa dilakukan oleh hambaNya. Untuk itu, tidak ada alasan lagi bagi kita berputus asa dari rahmat Allah.

Selain untuk menakar kadar keimanan seorang hamba, tujuan dari diujinya seseorang oleh Allah adalah agar hamba itu kembali ke naungan Allah. Allah rindu dengan isak tangis seorang hamba sambil menengadahkan tangannya memohon meminta agar Allah mudahkan semua urusannya. Allah rindu pada hambaNya yang telah mulai menjauh dari rahmatNya. Allah rindu mengabulkan doa-doanya. Allah tak rela bila hambaNya melupakanNya. Untuk mendapatkan hambaNya kembali, Allah beri hambaNya itu sebuah ujian yang membuatnya kembali ingat akan hadirnya Allah dalam hidupnya.

Pembaca, kita bisa saja sesumbar bahwa ada iman kepada Allah dalam hati kita. Namun, keimanan kita yang sesungguhnya akan terungkap dengan adanya sebuah ujian. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 2 yang artinya,

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?”

Nah, bagaimana tingkat keimanan seseorang akan benar-benar terlihat dari bagaimana ia menghadapi dan menyikapi ujian itu. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah, ia akan menyikapi ujian tersebut dengan ikhlas dan berusaha semaksimal mungkin kepada Allah bahwa ia benar-benar beriman. Ia akan terus melibatkan Allah dalam segala hal. Bersabar, ikhlas, dan pantang putus asa adalah caranya dalam menghadapi segala ujian yang menerpanya.

Berbeda dengan orang yang hanya mengaku beriman. Cara ia menyikapi dan menghadapi ujian jauh dari kata beriman.  Begitu ujian yang hanya sekadar bertamu di kehidupannya itu datang, ia langsung larut dalam kesedihan seolah dunianya runtuh dan hancur. Ia mulai menyalahkan keadaan dan sekitarnya sebagai penyebab musibah itu datang padanya. Ia jatuh ke dalam pelukan putus asa karena lupa bahwa Allah selalu ada untuknya. Akhirnya, mencari jalan keluar yang sama sekali tidak Allah ridhoi.

Apakah Allah menguji hambaNya hanya dalam bentuk kesulitan yang mengakibatkan kesedihan dalaknhati belaka? Tentu tidak. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 35 yang artinya,

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”

Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa Allah akan menguji manusia dengan keburukan dan kebaikan. Itu artinya Allah tidak hanya memberikan musibah sebagai ujian manusia, tetapi Allah juga akan menguji manusia dalam bentuk kebahagiaan, kesenangan, harta yang melimpah, dan hal lain yang membuat manusia merasa gembira. Ujian dalam bentuk kesenangan ini bisa jadi lebih sulit untuk dilewati oleh seorang hamba.

Seringkali manusia akan lupa bahwa di balik kesuksesan dan keberuntungannya ada Allah yang memungkinkan semuanya terjadi. Tak jarang mereka menganggap bahwa semua prestasi yang mereka dapatkan semata karena kerja keras dan kemampuannya sendiri. Maka, mereka dengan mudahnya bersikap sombong dan merasa bangga dengan apa yang telah ia miliki. Bahkan, sikap tercela mereka tak berhenti sampai di situ. Mereka kerapkali menghina dan merendahkan orang lain yang secemerlang mereka. Nauzubillah min dzalik. Inilah ujian bagi orang-orang yang Allah beri kesenangan; bagaimana caranya agar tetap mengingat Allah dalam setiap kegembiraan yang ia rasakan; bagaimana caranya agar tetap menyadari bahwa Allah-lah yang memberikan semua hak baik dalam hidupnya; bagaimana ia tetap bersikap rendah hati karena segala kerja kerasnya tak akan bernilai apa-apa tanpa campur tangan Allah.

Allah tak suka bila hambaNya itu bersikap sombong dan menghina orang lain. Allah tak ingin membiarkan perbuatan tercela itu berlangsung lebih lama karena akan berpotensi mengakibatkan banyak mudhorot. Untuk itu Allah menegur hamba tersebut agar ia menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang Allah ridhoi. Allah timpakan musibah atasnya sebagai teguran. Allah tunggu taubat dan permohonan ampun dari hambaNya itu. Jika hamba tersebut benar-benar menyadari kesalahannya dan bertaubat, maka Allah akan mengampuninya.

Inilah bukti cinta Allah terhadap seorang hamba. Allah tak pernah menginginkan hambaNya tergelincir dalam lembah kenistaan. Di sisi lain, Allah juga ingin mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Untuk itu Allah berikan musibah dan anugerah kepada hambaNya sebagai bentuk ujian. Allah juga telah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu. Allah juga telah menghadirkan Rasulullah sebagai suri tauladan yang bisa kita contoh dan juga hadits-hadits beliau untuk kita jadikan rujukan setelah Al-Qur’an. Allah juga telah menempatkan para alim ulama di tengah-tengah kita sebagai pembimbing. Jadi, apakah itu tidak cukup membuktikan bahwa Allah sangat mencintai kita? Allah tidak meninggalkan kita hanya karena Ia memberi sebuah ujian. Allah memberi ujian lengkap dengan segala solusinya. Allah tak pernah meninggalkan hambaNya seorang diri. Kitalah yang kerapkali lupa dan lari dari naunganNya.

Tanda bukti betapa Allah sangat mencintai dan menyayangi hambaNya juga terdapat dalam sebuah hadits yang artinya, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa tatkala seorang muslim merasa sedih, apapun penyebabnya, maka sejatinya Allah sedang menghapus dosa-dosanya. Sedangkan, seperti yang telah kita ketahui, yang berkuasa dan berhak memberikan kesedihan kepada seorang manusia hanyalah Allah semata serta kesedihan adalah salah satu bentuk ujian dari Allah. Maka dengan kata lain, sebenarnya, Allah menghapus segala dosa seorang hamba dengan sebuah ujian. Masihkah kita meragukan cinta dari Allah?

Sikap dalam Menghadapi Ujian

Musibah kerapkali membuat hati tersayat. Terlampau sedih membuat kita lupa bahwa semua yang terjadi atas hidup kita atas kekuasaan Allah. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus ingat untuk mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi  raaji’un.  Kalimat istirja ini tak hanya diucapkan pada saat mendengar berita ada seseorang yang meninggal saja, tetapi untuk semua musibah dalam bentuk apapun yang menimpa diri sendiri atau orang lain.

Kalimat innalillahi wa Inna ilaihi  bermakna semua adalah milik Allah dan  akan kembali kepada Allah. Kalimat ini adalah obat mustajab bagi mereka yang sedang Allah uji. Di tengah perasaan yang kalut dan kacau balau, kalimat ini mampu menyadarkan dan menenangkan kita, jika Allah sudah menakdirkan musibah ini kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita. Semua ini terjadi atas kehendak Allah dan pada akhirnya semua yang ada di dunia ini akan kembali kepada Allah.

Referensi sbb : Ujian dan Cobaan Bukti Cinta Allah Terhadap HambaNya























Mentaatti Hukum Allah Swt untuk Kemaslahatan

Taat pada hukum Allah merupakan suatu kewajiban mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar oleh setiap insan ciptaan-Nya. Jika mengingkari, bahkan menolak hukum Allah, maka kesengsaraan dan kemurkaan Allah yang akan didapatkan dalam kehidupan, serta azab yang maha berat di hari pembalasan. Demikian antara lain disampaikan Ustaz Dr. H. Syukri M. Yusuf MA, Kabid Bina hukum Syariat Islam dan HAM Dinas Syariat Islam Aceh saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh. “Syariat Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan umat manusia dalam kehidupan ini. Jika kita mau patuh dan taat, banyak hikmah yang kita dapatkan di dunia ini dan akhirat kelak,” ujar Ustaz Syukri M. Yusuf.

Taat pada hukum Allah dengan menjalankan segala amal ibadah yang diperintahkan (amar makruf) baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga meninggalkan segala yang dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Hadits Nabi dan juga ijma’ ulama.

Dalam Alquran Surat Ali Imran ayat juga ditegaskan, “Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguh-nya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir”.

Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Saat Allah menginginkan sesuatu dari kita, harus menaati-Nya.

“Inilah makna keimanan dan keislaman kita kepada Allah. Menunaikan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada Allah. Misalnya, menunaikan shalat, berpuasan membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji,” sebutnya.

Begitu juga dengan larangan-larangan Allah, juga terdapat banyak hikmahnya, dan bertujuan untuk menjaga kehidupan, jiwa, harta, akal, kehormatan, martabat, sesuai maqashid syariah . “Hikmah taat untuk meninggalkan segala yang dilarang, akan mewujudkan keridhaan Allah. Hikmah itu datang belakangan, setelah kita patuhi. Tidak bisa didapatkan hikmah di awal, tapi kemudian, bisa di dunia atau di akhirat,” terangnya.

Ketua Majelis Syuro Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Aceh ini menyebutkan, apa yang diturunkan Allah sebagai ketetapan hukum itu, kita tidak tahu apa hikmah di baliknya.

“Seperti kenapa Allah larang mencuri. Kenapa tidak dibolehkan saja curi punya orang dan orang curi punya kita, begitu juga dengan pembunuhan dan perzinaan, perjudian dan minum khamar, kenapa Allah larang dan tidak dibebaskan saja itu semua. Tentunya, jika kita patuhi untuk meninggalkannya, banyak sekali hikmah yang didapatkan baik dalam bentuk pahala maupun ketenteraman hidup,” jelasnya.

Ustaz Syukri Yusuf menjelaskan, hikmahnya dari ketaatan tersebut juga bisa dirasakan dengan mendapatkan kehidupan yang tenang, rumah tangga terjaga keharmonisan, bisnis/karir lancar karena ridha Allah , aman damai, anak tak pernah sakit, serta tidak gelisah dan mengeluh terhadap segala ketentuan Allah.

Referensi : Mentaatti Hukum Allah Swt untuk Kemaslahatan






















Cara Allah Swt Mengabulkan Doa Hambanya

Bagi setiap umat beragama, doa merupakan salah satu kebiasaan yang selalu dilakukan. Memanjatkan doa kepada Tuhan, tentu menjadi cara untuk menunjukkan keimanan dan kepercayaannya pada Sang Pencipta. Bukan hanya itu, berdoa juga biasanya dilakukan untuk memohon kebaikan dan berbagai kemudahan dalam kehidupan kepada Tuhan.

Termasuk bagi umat Muslim, kewajiban berdoa biasanya dilakukan setiap 5 waktu dalam sehari. Dengan menunaikan sholat 5 waktu mulai dari subuh, waktu siang hari, sore, petang, hingga malam hari, umat Muslim bersimpuh menyembah dan memanjatkan doa hanya kepada Allah SWT. Dengan berdoa, setiap umat Muslim dapat memohon perlindungan dan rezeki pada Allah SWT.

Bukan hanya itu, umat Muslim juga bisa memanjatkan doa apa saja sesuai dengan hajat atau keinginannya. Mulai dari kemudahan dalam mencari rezeki, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, keinginan untuk pergi haji, hingga doa untuk memohon jodoh yang baik. Dalam hal ini, Allah tidak membatasi permintaan atau permohonan hambanya, selama doa yang dipanjatkan tidak mengarah pada hal buruk.

Namun sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya kapan doa akan dikabulkan oleh Allah. Terutama ketika hajat atau keinginan yang telah dipanjatkan kepada Allah belum kunjung didapatkan.

Dalam hal ini, terdapat beberapa cara Allah mengabulkan doa hambanya yang perlu Anda ketahui. Ini menjadi hal penting yang perlu dipahami agar dapat memudahkan Anda untuk terus berikhtiar dan terus memohon pada Allah dengan bersungguh-sungguh.

Sebelum mengetahui beberapa cara Allah mengabulkan doa hambanya, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian dari doa yang terkabul. Sebagian umat Muslim tentu meyakini bahwa doa yang terkabul adalah suatu hal yang diberikan Allah sesuai dengan hajat atau permohonan doa hambanya. Namun sebenarnya, doa yang terkabul mempunyai arti yang lebih luas.

Dalam hal ini, doa yang terkabul atau diijabah oleh Allah bisa jadi suatu hal yang diberikan sesuai dengan permintaan doanya. Namun boleh jadi pula doa yang terkabul tidak sesuai dengan apa yang diminta kepada Allah.

Allah memang berkuasa mengabulkan doa setiap hambanya dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk yang tidak sesuai dengan permohonan hambanya. Seperti ketika permohonan yang dimaksud tidak mengandung maslahat secara kontan sehingga Allah menggantinya dengan hal yang lebih memiliki maslahat.

Selain itu, doa yang terkabul bisa jadi adalah suatu hal yang diberikan dalam waktu dekat atau bisa juga dalam waktu yang tidak dekat. Dalam hal ini, Allah juga memiliki kuasa penuh kapan ingin mengabulkan doa hambanya. Apakah dikabulkan dalam waktu segera atau terkabul dengan waktu yang lebih lambat karena ingin memberikan hikmah tertentu.

Dalam hal doa, Allah memang menyukai hambanya yang terus berikhtiar dan terus memohon doa dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu, sudah selayaknya umat manusia tidak menyerah untuk terus mendekatkan diri pada Allah dan selalu berbaik sangka dengan setiap keputusan yang diberikan Allah.

Doa Dikabulkan Sesuai Permintaan

Setelah memahami pengertian doa yang terkabul, berikutnya perlu diketahui bagaimana cara Allah mengabulkan doa hambanya. Tidak jauh berbeda dengan konsep secara umum, cara Allah mengabulkan doa hambanya yang pertama yaitu dengan mengabulkan sesuai permintaan. Ini berarti saat seorang hamba memohon atau memanjatkan doa kepada Allah, maka Allah segera mengabulkan doanya sesuai permintaan.

Contohnya, seperti ketika seorang hamba yang sedang sakit memohon doa agar diberikan kesembuhan, maka Allah segera mengabulkan doa tersebut dengan memberikan kesembuhan kepadanya. Begitu pula ketika orang memohon kepada Allah untuk dapat membayar utang, maka dengan segera Allah membuka jalan rezeki baginya untuk melunasi utang tersebut.

Doa Dikabulkan Namun Tidak dalam Waktu Segera. 

Cara Allah mengabulkan doa hambanya yang kedua, yaitu doa bisa dikabulkan namun tidak dalam waktu segera. Artinya, ketika seorang hamba memohon kepada Allah tentang suatu hal, bisa jadi Allah mengabulkan sesuai keinginan namun tidak dalam waktu segera.

Bukan tanpa alasan, penundaan pengabulan doa ini tentu terdapat suatu hikmah yang ingin Allah tunjukkan pada orang tersebut. Perlu dipahami bahwa Allah adalah dzat yang paling tahu tentang hikmat dan manfaat dari terkabulnya doa, baik pada masa sekarang maupun yang akan datang.

Doa Dikabulkan dalam Bentuk Lain

Cara Allah mengabulkan doa hambanya yang terakhir adalah doa dikabulkan namun dalam bentuk lain. Artinya, Allah mungkin saja mengabulkan doa hambanya namun tidak sesuai dengan permintaan yang diinginkan, melainkan dalam bentuk lain.

Hal ini karena apa yang diminta oleh seorang hamba tersebut sesungguhnya tidak memiliki manfaat baginya. Sehingga Allah memberikan hal lain kepadanya yang lebih memiliki maslahat kebaikan.

Seperti ketika seorang hamba memohon kepada Allah untuk diterima di salah satu perguruan tinggi dengan jurusan yang diinginkan. Namun ternyata Allah justru memberikan jalan bagi hambanya diterima di perguruan tinggi lain dengan pilihan minat jurusan yang tidak begitu menjadi prioritasnya.

Atau contoh lain, ketika seorang hamba ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan terkendala biaya, sehingga memohon kepada Allah agar dia bisa mendapatkan beasiswa pendidikan. Namun ternyata, Allah tidak mengabulkan sesuai permintaannya. Allah justru membukakan jalan baginya mendapatkan pekerjaan, sehingga ia bisa menghasilkan uang dan bisa membiayai pendidikannya secara mandiri.

Golongan Orang yang Doanya Diijabah

Setelah mengetahui beberapa cara Allah Swt mengabulkan doa hambanya, berikutnya terdapat beberapa golongan orang yang doanya dipercaya diijabah oleh Allah. Beberapa golongan orang ini dipercaya mempunyai keuntungan atau keutamaan dari Allah untuk mendapatkan pengabulan doa dari-Nya. Berikut beberapa golongan orang yang doanya diijabah oleh Allah:

  1. Orang yang terzalimi
  2. Doa orang tua kepada anaknya
  3. Doa orang yang sedang berpuasa
  4. Doa musafir atau orang-orang yang sedang menempuh perjalanan jauh
  5. Doa orang yang sedang mengalami kesulitan
  6. Seorang muslim yang mendoakan saudaranya dengan niat yang tulus
  7. Doa dari anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang tua
  8. Doa orang yang tidur dalam keadaan suci atau berdzikir mengingat Allah Swt
  9. Orang yang berdoa dengan doa Dzun Nun (Nabi Yunus)
  10. Doa orang yang sedang berperang atau berjuang di jalan Allah Swt
  11. Doa orang yang sedang menunaikan haji dan umrah
  12. Doa seorang pemimpin yang adil
  13. Doa orang yang banyak mengingat Allah Swt
  14. Doa orang yang dicintai dan diridhoi Allah Swt

Referensi : Cara Allah Swt Mengabulkan Doa Hambanya




















Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Musibah

Salah satu sikap seorang muslim ketika menghadapi suatu musibah adalah tetap beprasangka baik kepada Allah swt.  Mereka yakin bahwa apapun yang Allah swt. Tetapkan kepadanya adalah sesuatu yang baik di sisiNya. Dalam arti untuk kebaikan hamba itu sendiri. Dalam alqur’an Allah swt ., banyak menyinggung tentang musibah-musibah yang Dia timpakan kepada hamba-hambaNya yang durhaka. Misalnya dalam Q.S al-Zukhruf : 76 …

"Dan Kami tidak menzhalimi mereka, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri" Di ayat lain, Allah Swt berfirman : Dan Allah tidak menyukai perbuatan zhalim (kezhaliman) kepada hamba-hambaNya. 

Yang jadi pertanyaan adalah, kalau memang Allah swt. Sayang makhlukNya “mengapa harus memberikan musibah?” ibarat pepatah ‘kalau benar mencintai, mengapa harus menyakiti?”. Sebagai jawaban, penulis menganalogikan seorang ayah atau ibu yang melihat anaknya melakukakan perbuatan yang dapat membahayakan dirinya, maka pasti dia akan menegur anaknya dan memberikan pengajaran bahwa tindakannya itu salah dan berbahaya bagi dirinya dan mungkin juga orang lain. Lalu anak tersebut mengulangi kesalahannya, maka orang tuanya pasti menegurnya dengan lebih keras lagi dari yang pertama. Kemudian anaknya tetap mengulang kesalahannya, maka orangtuanya akan memberikan tindakan tegas, bahkan boleh jadi disertai dengan tindakan pisik. Lantas apakah orang tua seperti ini tidak sayang kepada anaknya????... insyaAllah pasti mereka sayang. Maka demikianlah Allah terhadap hamba-hambNya, ketika Dia mendatangkan musibah di tengah-tengah mereka.

anpa disadari bahwa sesungguhnya Allah swt. Dengan penuh kasih sayang mengingatkan hamba-hambaNya akibat yang akan terjadi bila melanggar aturanNya dan menjanjikan balasan yang luar biasa baik bila mengikuti aturanNya.

Bila aturan Allah swt. Disalahgunakan oleh manusia, maka sebagai bentuk komunikasi kepada hamba-hambaNya adalah mendatangkan musibah. Yang dapat dimaknai sebagai ujian atau peringatan dan atau adzab. Bagi orang yang beriman, isyarat ini akan cepat direspon dan menyadari kesalahannya, selanjutnya bertaubat dengan mohon ampun kepadaNya. Selanjutnya bagi orang-orang tidak beriman maka mereka menganggap bahwa itu adalah kejadian alami yang biasa terjadi. Sehingga tidak perlu ada koreksi terhadap dirinya dan lingkungannya.

Patutlah kita prihatin bila musibah yang datang silih berganti, namun tidak mampu menangkap nasehat yang dibawa oleh musibah tersebut. Inilah yang selalu disindir oleh Allah  “ Mengapa kamu tidak berpikir?,” Mengapa kamu tidak melihat?”., “Mengapa kamu tidak mendengar?” dan mengapa-mengapa yang lain.

Sekali lagi penulis tekankan bahwa musibah yang menimpa kita adalah cara Allah berkomunikasi kepada makhlukNya agar segera tersadar dari kesalahan yang diperbuatnya. Sebagai contoh, musibah covid-19 yang marak saat ini. Hemat penulis, ada beberapa hal yang dapat dijadikan pembelajaran; pertama, Allah Swt. Ingin memperlihatkan kekuaasaanNya kepada seluruh makhlukNya, yang “banyak” merasa sok jagoan, sok kuat, sok menguasai segala sesuatu baik secara individu maupun komunitas bangsa dan negara.  Sesungguhnya Allah Swt. Berkata kepada makhlukNya yang sombong “ Hei jangan kalian merasa bisa mengalahkan semuanya, makhluk yang kecil (virus) saja kamu merasa takut dan tak dapat kamu kalahkan, apalagi makhlukKu yang lebih besar. Kedua, seakan-akan Allah swt., berkomunikasi pada makhluknya “ Hei kalian, Aku telah berikan kamu bentuk fisik yang baik, lingkungan yang seimbang, maka jagalah dan peliharalah kesehatanmu dengan memakai masker, rajinlah cuci tanganmu. Ketiga, sungguh Allah berkata kepada makhluknya yang sangat sibuk dengan aktivitasnya di luar rumah sehingga tidak punya waktu untuk keluarganya “ Hei kalian! kamu punya keluarga yang harus kamu perhatikan.  sisihkan waktumu sebagaian untuk anak isterimu. Mereka butuh kehadiranmu, kehangatanmu, canda tawamu, dan seterusnya. Maka dengan musibah ini kita punya waktu yang cukup, untuk  bercengkeramah dengan keluarga.

Apa yang penulis utarakan tersebut, hanyalah sebagain kecil dari hikmah suatu musibah, covid-19 khususnya. Sungguh kalau masing-masing mau mengambil pelajaran, sangat banyak yang bisa dijadikan pembelajaran. Yang dikhawatirkan, jangan sampai musibah datang silih berganti menimpamu sementara kamu tidak mengambilnya sebagai pelajaran atau peringatan. Ingat, salah satu firman Allah swt.

Dan hendaklah kamu cegah datangnya fitnah, yang jika Allah datangkan musibah (karena fitnah) itu, tidak hanya menimpah pelakunya saja dianatara kamu. Oleh karenya alqur’an juga memerintahkan kita semua untuk menjadi penyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah melakukan yang mungkar. QS.al Imran :

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." (QS. 3:104)

Begitupun sabda nabi Muhammad Saw. “ Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Jika tidak sanggup maka hendaklah cegah dengan lisannya (menasehati). Dan jia tidak sanggup, maka hendaklah dengan hatinya (doa), dan itulah iman yang paling lemah. (al-Hadits).  

Referensi : Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Musibah





















Keutamaan Sabar Dalam Islam

Ilustrasi : Keutamaan Sabar Dalam Islam

Sabar dalam agama Islam memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar. Karena sabar adalah termasuk perilaku mulia yang sangat perlu untuk di lakukan oleh seluruh umat. Dengan sabar masalah yang kita hadapi jadi terasa lebih ringan, dengan sabar masalah yang kita hadapi bisa diselesaikan dengan lebih efektif, dengan sabar masalah yang kita hadapi dapat diselesaikan tanpa menyisakan rasa sakit hati atau menimbulkan rasa sakit hati lainnya, dengan sabar pula kita akan senantiasa menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan tenteram tanpa merasa gelisah apalagi ber-muram hati.

Hakikat Sabar

Sabar adalah salah satu terapi penyakit hati. Kata sabar mudah diucapkan namun aplikasinya dalam kehidupan butuh kesungguhan. Ketika seseorang yang mendapat musibah dapat  menghadapinya dengan ikhlas dan sabar, maka Allah akan menaikkan  keimanannya dan menyediakan pahala baginya menjadi salah satu keutamaan sabar. Allah SWT tidak akan pernah memberikan cobaan atau ujian yang berat di luar batas kemampuan umatNya. Maka dari itu, kita harus bersyukur ketika Allah memberikan ujian yang bertanda bahwa Allah masih menyayangi umatNya.

Firman Allah dalam Al – Quran:

“…Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal : 46)

Apalagi ketika ujian itu bisa dilewati dengan baik tanpa mengeluh, bersabar, dan menikmati apa yang Allah kasih ujian ini membuat kita menjadi lebih mendewasakan diri. Sabar itu bentuk kemampuan pengendalian diri sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang dimilikinya. Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan.

Keutamaan Sabar

Allah memerintahkan langsung kepada umat untuk menerapkan sabar dalam setiap masalah yang dihadapi, perkara sabar juga memiliki banyak keutamaan dalam Islam baik keutamaan duniawi maupun keutamaan ukhrowi. Berikut ini adalah keutamaan-keutamaan dari sifat sabar dalam agama Islam, diantaranya.

1. Orang yang sabar akan senantiasa bersama-sama Allah

Sabar adalah suatu tindakan mulia yang disukai oleh Allah, oleh karena itu siapapun orang yang selalu menerapkan dan mengusahakan kesabaran dalam menjalani kehidupannya akan lebih dicintai dan dekat dengan Allah Subhana hua ta’ala. Allah akan senantiasa memelihara kesabaran, menjaga, melindungi, dan menolong mereka dari setiap hal apapun yang menimpa mereka

2. Bersabar adalah ladang pahala tanpa batas

Dalam surat Az Zummar ayat 10 dijelaskan bahwa Allah subhana hua ta’ala senantiasa akan memberikan balasan luar biasa kepada mereka berupa pahala yang lebih baik dan tanpa batas, dimana pahala tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bersabar dalam menghadapi ujiannya. Allah berfirman,

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zummar:10)

3. Orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang mulia

Luar biasa nikmat yang Allah berikan untuk orang-orang yang bersungguh menerapkan kesabaran dalam hidupnya. Kemuliaan bagi orang-orang sabar ini dituangkan dalam surat Asy Syura ayat 43

“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS Asy Syura:43).

4. Sabar membuat kita lebih peka terhadap kekuasaan Allah subhana hua ta’ala

Umroh.com merangkmu, dengan menerapkan kesabaran dalam setiap ujian hidup maka akan menjadikan kita manusia yang lebih peka terhadap apa-apa yang menjadi kekuasaan dan keagungan Allah sang pencipta seluruh alam ini. Hal ini dijelaskan dalam surat Asy-Syura ayat 32-33 yang berbunyi:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung; Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur.” (Asy-Syura : 32-33)

5. Segala urusan yang dihadapi oleh orang-orang sabar adalah baik

Sabar selalu mendatangkan hal-hal baik dalam kehidupan, bahkan meskipun kita tengah menghadapi masalah maupun ujian dalam kehidupan. Karena setiap masalah dan ujian yang kita hadapi pasti akan mendatangkan hikmah dan kebaikan dalam diri dan kehidupan kita. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis:

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Referensi : 

Kebanyakan Orang Abai, Ini Hikmah Luar Biasa Di Balik Rasa Sakit

Kebanyakan Orang Abai, Ini Hikmah Luar Biasa Di Balik Rasa Sakit. Setiap orang pasti pernah merasakan sakit, baik sakit secara zahir maupun sakit secara batin. Itu bukti bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, dan membutuhkan pertolongan orang lain. Sakit adalah salah satu hak yang mau tidak mau akan menghampiri manusia. Meski sakit adalah sebuah kepastian, masih ada saja manusia yang mengeluh ketika Allah datangkan rasa sakit. Ia meronta-ronta dengan seakan tidak terima dengan keputusan yang Allah takdirkan. Sampai pada titik ekstrim, ia menyatakan bahwa Allah tidak adil dengan memberikan rasa sakit padanya.

Tentu saja hal itu tidak dibolehkan oleh agama. Setiap apa yang Allah takdirkan bagi manusia pastilah memiliki hikmah. Tidak ada sesuatu pun yang Allah berikan bagi manusia, baik itu suatu yang membahagiakan ataupun membuat khawatir manusia, kecuali semua bernilai hikmah. 

Ketika manusia sedang sakit, Allah menetapkan hikmah di dalamnya. Hikmah yang seharusnya dipahami dan diresapi oleh setiap Muslim agar tidak mudah menyalahkan agama, apalagi sampai menyalahkan ketentuan yang Allah tetapkan. Berikut beberapa hikmah di balik cobaan sakit yang Allah berikan pada hamba-Nya.

Salah satu hikmah yang bisa kita petik dari ujian sakit adalah menjauhkan kita dari siksa api neraka. Diriwayatkan oleh Al-Bazzar, “sakit demam yang dirasakan oleh manusia maka akan menjauhkannya dari api neraka.” (Al-Bazzar).

Hikmah lain yang bisa kita ambil dari adanya rasa sakit adalah dighapusnya dosa. Rasulullah Saw pernah bersabda yang artinya demikian, “tidaklah seseorang yang sedang sakit, terus menerus, kepayahan, sedih, bahkan menyusahkannya, kecuali dosa-dosanya akan dihapus Allah.”

Sakit juga bisa menjadi sumber kebaikan jika seseorang bisa sabar. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menegaskan, “Sungguh semua urusan bernilai kebaikan, tidak terkecuali bagi Mukmin. Jika mendapatkan kebaikan ia bersykur, dan ketika mendapatkan kesusahan ia bersabar.” (HR. Muslim).

Sakit kadang juga bisa membuat kita semakin ingat akan adanya Allah. Kadang, seseorang ketika selalu diberikan rasa kebahagiaan sering lupa akan keberadaan Allah. Dengan ujian sakit, akan bisa membuat seseorang selalu ingat akan kebesaran Allah. Sebagaimana dalam QS. Al-An-‘am: 42 Allah berfirman yang artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.

Hikmah terakhir yang bisa kita petik dengan didatangkannya rasa sakit adalah membuat kita optimis untuk bertahan hidup. Sebagaimana salah satu moral agama yang diajarkan dalam Islam, kita diharuskan memiliki sikap optimis di setiap aktivitas kebaikan. Dengan begitu, rasa sakit yang Allah berikan kepada kita tidak melemahkan iman dan tauhid kita kepada Allah. Jangan mengeluh ketika sakit. Pahamilah hikmah-hikmah luar biasa di balik ujian rasa sakit.

Referensi : Kebanyakan Orang Abai, Ini Hikmah Luar Biasa Di Balik Rasa Sakit





















Perintah Tawakal dalam Al Qur'an

Barang siapa mengenal dan yakin bahwa Allah swt sebagai Rahman (Maha Pengasih), Rahim (Maha Penyayang), ‘Aziz (Maha Perkasa), Hakim (Maha Bijaksana), Hayy (Maha Hidup), Qayyum (Maha Berdiri Sendiri)… maka ia akan terdorong untuk bertawakkal kepada-Nya.

Oleh karena itu, Al-Quran sering mengaitkan perintah tawakkal dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah di atas.

Yang paling banyak adalah Ismul Jalalah, nama yang mengandung segala kesempurnaan.

1. Allah SWT berfirman,

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran (3): 159).

2. Allah SWT berfirman,

223. berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (Al-Maidah (5): 23).

3. Allah SWT berfirman,

389. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (Al-Maidah (5): 89).

Tawakkal juga dikaitkan dengan Ar-Rahman dimana rahmat-Nya yang maha luas tidak akan menyia-nyiakan siapapun yang bertawakkal kepada-Nya:

4. Allah SWT berfirman,

429. Katakanlah: “Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Mulk (67): 29).

Tawakkal juga dikaitkan dengan Al-Aziz (akan mulia dan tidak akan hina sedikitpun orang yang bergantung kepada-Nya, Ar-Rahim (rahmat Allah bagi yang bertawakkal kepada-Nya), Al-Hakim (tidak akan diabaikan siapun yang percaya dengan kesempurnaan kebijaksanaan dan perencanaan-Nya).

5. Allah SWT berfirman,

5217. dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (Asy-Syuara (26): 217).

6. Allah SWT berfirman,

649. (ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Anfal (8): 49).

Tawakkal juga dikaitkan dengan Al-Hayy dimana orang yang bergantung kepada makhluk berarti ia bergantung kepada sesuatu yang akan mati sewaktu-waktu, dan beruntunglah orang yang hanya bergantung kepada Allah:

7. Allah SWT berfirman,

758. dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan (25): 58).

Referensi : Perintah Tawakal dalam Al Qur'an

















Allah Swt Sang Zat Maha Pengasih Penyayang

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Setiap muslim familiar dan mengerti maksud penggalan bacaan di atas karena sering diucapkan, baik ketika sholat, ketika mau memulai aktivitas, ketika mau memulai segala sesuatu yang disukai Allah, dan lain sebagainya. Aktifitas mengucapkan kalimat itu di awal kegiatan bukanlah komat-kamit semacam mantra ataupun ucapan tanpa makna. 

Sebagai seorang yang berserah diri kepada Rabb, Allah Swt. seorang muslim meyakini bahwa mereka menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah Swt sang zat Maha Pengasih Penyayang. Imam Nawawi menyebutkan bahwa setiap perkara baik yang tidak didahului dengan ucapan basmallah maka berkurang berkahnya. 

Aktivitas diawali dengan “Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” Merupakan bentuk pengejawantahan memadukan jiwa kepada Allah Swt. Ketika mengucap basmalah, makhluk dan Khaliq diafirmasi berada dalam dimensi ruang dan waktu yang sama, sehingga menjadi harapan aktivitas yang dilakukan mendapat berkat dan memberi manfaat yang kekal hingga ke akhirat. Sifat-sifat dan asma Allah Swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang merupakan oase kehidupan dunia dan akhirat.

Sebagian mufasir menyebutkan bahwa Ar-Rahman dan Ar-Rahim merupakan dua asma Allah yang diambil dari kata bahasa Arab yang memiliki konsep yang sama, yaitu “Rahm” atau “Rahmat” dengan menekankan pada sifat belas kasih Allah. Rahm sendiri adalah wadah janin yang melekat pada diri seorang ibu. 

Dengan kasih sayang seorang Ibu, bayi yang ada dalam perutnya tidak perlu bersusah payah untuk makan, karena sang ibu akan berusaha dengan tulus dan penuh kasih mengupayakan supaya buah hatinya memiliki asupan gizi yang terbaik. Imaji sosok ibu adalah sosok pengasih dan penyayang pada anak-anaknya. Analogi ini menyiratkan bahwa rahmat kasih sayang Allah melebihi kasih sayang sang ibu tersebut. 

Menurut Al-Qasimi, makna Ar-Rahman adalah Pemberi nikmat secara umum, sedangkan Ar-Rahim bermakna pemberi nikmat secara khusus, Ar-Rahman menunjukkan curahan cinta yang Allah berikan kepada semua makhluk di alam semesta, dan Ar-Rahim adalah belas kasih yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang beriman. Namun, menurut Asy-Sya’rawi dua lafadz ini memiliki makna dominan dalam sifat, yakni Allah Maha Pengasih di dunia dan Allah Maha Pengasih di akhirat.  

Adapun jumlah kata Ar-Rahman di  dalam Alquran muncul sebanyak 57 kali, dan kata Ar-Rahim berjumlah 114 kali. Keduanya dalam makna yang hampir sama tetapi memiliki konteks esensi yang beragam. Ar-Rahman secara esensi diarahkan hanya untuk Allah Swt. Sedangkan Ar-Rahim bisa dikiaskan juga diperuntukkan kepada makhluk. Hal ini didukung juga sebagaimana Rasulullah Saw menyebut “Wa kaana bil mu’minina rahimaa”, sebagai bentuk kasih seorang Rasul kepada umatnya.

Lebih dalam lagi dalam interpretasi lain, sebagaimana Ibn ‘Abbas menyebutkan bahwa Ar-Rahman mengacu pada rahmat Allah yang bersifat temporal dunia, dan adapun Ar-Rahim bersifat permanen konstan kualitas jangka panjang. Dalam tafsir Al-Baghowi Ibn Abbas mendeskripsikan Ar-Rahman dan Ar-Rahim menunjukkan kelembutan, namun salah satunya lebih lembut dari yang lainnya. 

Ar-Rahim dianalogikan oleh Zaina Casaam laksana seorang bijak yang sedang tertidur tidak perlu mengungkapkan kualitas kebijaksanaannya saat mereka tidur, namun mereka tetap dianggap seorang yang bijaksana. Kesunnahan mengucap basmallah diawal kegiatan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah menurut Azzuhaili memiliki hikmah sebagai ciri sikap seorang muslim dalam memulai pekerjaan dan guna mencari pertolongan/petunjuk Allah dalam berkegiatan, dengan belas kasih-Nya sehingga mendapat rahmat. Sebuah hadits Qudsi mengingatkan kita akan pentingnya menyebar kasih sayang, “mereka yang berbelas kasih akan diberi rahmat dari orang yang penuh belas kasih. Kasihanilah orang-orand di dunia ini dan Yang Maha Esa, maka surga akan mengasihanimu”. Ar-Rahim juga menunjukkan rahmat yang luas, dan Ar-Rahim menunjukkan makna pelimpahan rahmat kepada siapa saja yang dikhendaki-Nya sebagai Sang Pemilik rahmat. Adapun rahmat  kasih sayang Allah meliputi segala sesuatu (Q.S. Al-A’raf: 156). 

Oleh karenanya, baik secara mazaz maupun hakikat, sudah semestinya nilai-nilai luhur dan kebaikan keluar dari dalam diri manusia dalam keseharian karena cerminan dari hasil penghayatan tentang kelembutan, kebaikan, dan rahmat Allah. Besarnya kasih sayang Allah yang dilimpahkan-Nya kepada seluruh makhluk tidak bisa diukur dan dikomparasikan dengan apapun.

Sebagai manifestasi kasih dan sayang dari Allah, segala perbuatan manusia pada dasarnya haruslah didasari pada cinta dan perdamaian. Cinta dan  damai adalah esensi jalan Islam sebagai pengejawantahan dari ketundukan. Ajaran Islam dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memahamkan diri  manusia agar selalu berbuat baik, belas kasih, rendah hati, lembut dan pemaaf. Dengan akal dan mata hati (basirah), maka sifat dan metamood seorang muslim adalah suasana hati yang cinta perdamaian dan cinta Kearifan (Wisdom). 

Stabilitas emosi dan reflektif dari seorang muslim melahirkan jiwa sufi, yakni condong kepada Hubb, yang merupakan landasan dalam melakukan perbuatan secara indah, damai, dan santun. Dengan sikap itu, kapanpun dan dimanapun Islam selalu compatible dengan manusia di segala zaman, yakni menghargai nilai-nilai kemanusiaan sebagai aktualisasi bentuk menyayangi manusia. Menyayangi manusia, maka Allah akan menyayangi. Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Turmudzi menyebutkan, Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah.

Menyelami makna sifat ismul ‘adham Ar-Rahman dan Ar-Rahim juga akan menunjukkan pengalaman emosi yang positif dan sikap hidup inklusif (teologi inklusivis)  bagi seorang muslim, yakni adaptif terhadap perbedaan dan memiliki respon kognitif yang positif dalam interaksi sosial.  Hal ini karena kasih sayang merupakan aktualisasi sosial dari saling mengenal (Q.S Al-Hujurat: 13). 

Hal tersebut juga menjadi perbincangan yang menarik di kalangan para pemikir barat tentang Islam dan isu sosial dan kultur global. Di dalam buku Islam in Transition: Muslim Perspectives oleh John J. Donohue dan John L. Esposito menyebutkan bahwa dinamika dan politik muslim yang berubah telah memunculkan banyak warna tentang imaji Islam. Imaji ini juga menghadirkan banyak pertanyaan kritis tentang Islam. Tragedi 9/11, kekerasan, aksi terorisme, dan bom bunuh diri banyak disandingkan dengan diksi Islam dalam bersosial, namun dengan menghadirkan banyak sudut pandang dari para ahli dan cendekiawan muslim maka misinterpretasi dan miskonsepsi tentang Islam terjawab. Meskipun buku ini didominasi dari sisi politik, namun sisi modernitas, identitas, hak asasi manusia, demokrasi, nasionalisme, dan interpretasi agama hadir dengan respon moral yang komprehensif dari kepada diri sendiri hingga di tengah masyarakat.

Norma-norma seorang muslim atas nama kasih sayang di tengah masyarakat adalah pada prinsip Ummatan Wasathan, umat yang seimbang, pertengahan dan terbaik. Posisi Ummatan Wasathan memiliki nilai “adl” yang mengarah pada keharmonisan di antara masyarakat. Keseimbangan dalam Ummatan Wasathan disebut Quraish Shihab sebagai komunitas masyarakat moderat yang tidak larut dalam ekstrim materialisme dan tidak terjerumus dalam tarahhub spiritualisme yang berlebihan. Oleh karena itu, keharmonisan hidup diwarnai secara proporsional antara ilmu dan amal, baik dalam ber-Aqidah, beribadah, ber-akhlakul karimah, dan berinteraksi dalam muamalah. 

Selain itu, ketika menetapkan hati didasar pada kasih sayang, maka sikap hidup yang muncul adalah membangun persaudaraan, saling kenal mengenal, saling membangun ukhuwah, menghargai pluralitas, menghargai keragaman, yakni dengan cara mendorong dialog kreatif dan santun antar budaya dan visi moral yang berbeda. Pada dasarnya umat manusia mempunyai rasa belas kasih, ketika atas dasar kasih sayang mendominasi maka segala aktivitas dilaksanakan dengan rasa kecintaan dan penuh kebaikan. Setiap individu memiliki tanggungjawab bersama untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial, mengakui adanya perbedaan, dan meyakini bahwa keragaman  itu bagian dari sunnatullah, berperan aktif dalam membangun kehidupan yang damai, tentram, harmoni atas dasar kasih sayang.

Arkian, sebagai bahan kontemplasi, Ar-Rahman dan Ar-Rahim merupakan bagian dalam Asma’ul Husna, dan sifat kasih sayang juga merupakan salah satu sifat yang melekat pada diri manusia. Kasih sayang tidak hanya ditunjukan hanya pada tanggal tertentu dan dikultuskan pada bulan tertentu, namun diimplementasikan setiap saat sepanjang waktu. Kasih sayang juga tidak hanya ditunjukkan pada satu orang tertentu, namun kasih sayang disebarkan terhadap seluruh manusia, hewan, dan tumbuhan sebagai bentuk perwujudan kasih sayang kita sebagai hamba kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang. 

Dengan kasih sayang Allah lah kita berada di bumi ini. Dengan kasih sayang Allah lah kita bisa menghirup udara secara leluasa. Dengan kasih sayang-Nya lah kita selalu diberi kesempatan untuk bertaubat. Lalu, bismillah, dengan merefleksikan atas nama Sang Maha Pengasih dan Maha penyayang siapkah kita untuk selalu saling berpesan untuk berkasih sayang? (Q.S Al-Balad: 17).

Referensi : Allah Swt Sang Zat Maha Pengasih Penyayang