This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Kamis, 21 Juli 2022

Keutamaan Iman Dan Pahalannya & Orang Mukmin Di Dalam Lindungan Allah Swt (1)

Orang Mukmin Di Dalam Lindungan Allah Swt. 

1. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman 

2. Hadits riwayat Jabir Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam pertempuran Dzaatur riqa. Suatu saat kami berada di dekat sebuah pohon yang cukup rindang sekali. Aku persilakan beliau beristirahat di bawahnya. Lalu datanglah seorang laki-laki dari kaum musyrik. Pada waktu itu pedang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam digantungkan di atas pohon. 

Laki-laki itu lalu mengambil pedang Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan menghunusnya. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah engkau takut kepadaku? Beliau menjawab: Tidak. Laki-laki itu bertanya: Siapa yang akan menjagamu dari aku? Beliau menjawab: Allah yang akan menjagaku darimu. Pada saat itu para sahabat Rasulullah berhasil menggertak laki-laki tersebut, sehingga akhirnya ia memasukkan pedang itu ke sarungnya dan menggantungnya ke tempatnya semula. 

Setelah itu terdengar suara azan salat. Beliau lalu melakukan salat dua rakaat bersama satu kelompok kemudian mereka mundur. Lalu beliau melakukan salat dua rakaat lagi bersama kelompok lainnya. Jadi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melakukan salat empat rakaat, sementara para sahabat hanya dua rakaat 

3. Hadits riwayat Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari Asyura'. Ketika ditanyakan tentang hal itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Musa as. dan Bani Israel atas Firaun. Karena itulah pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya. Mendengar jawaban itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa 

4. Hadits riwayat Abdullah bin Masud Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Kami pernah bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dalam sebuah gua dan ketika telah diturunkan kepada beliau surat Al-Mursalat di mana kami langsung hafalnya dari mulut beliau yang masih basah tiba-tiba muncullah seekor ular sehingga bersabdalah beliau: Bunuhlah ular itu! Kami segera berlomba untuk membunuhnya namun ular tersebut telah mendahului kami berlalu menghilang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda: Rupanya Allah telah melindunginya dari kejahatan kamu sebagaimana Allah pun telah melindungi kamu dari kejahatannya .

5. Hadits riwayat Abu Bakar Sidik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku melihat kaki orang-orang musyrik di atas kepala kami tatkala kami berada dalam gua. Aku berkata: Wahai Rasulullah kalau saja salah seorang dari mereka melihat ke kedua kakinya sendiri, niscaya dia akan melihat kita yang berada di bawahnya. Beliau bersabda: Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu yang bakal terjadi pada dua orang di mana yang ketiganya adalah Allah Swt

6. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Orang-orang Quraisy, orang-orang Ansar, Muzainah, Juhainah, Aslam, Ghifar dan Asyja` mereka adalah para penolongku dan tidak ada seorang penolong pun bagi mereka selain Allah dan Rasul-Nya 

7. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Seorang yang bernama Juraij sedang salat di sebuah tempat peribadatan, lalu datanglah ibunya memanggil. (Kata Humaid: Abu Rafi` pernah menerangkan kepadaku bagaimana Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu menirukan gaya ibu Juraij memanggil anaknya itu, sebagaimana yang dia dapatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yaitu dengan meletakkan tapak tangan di atas alis matanya dan mengangkat kepala ke arah Juraij untuk menyapa.) 

Lalu ibunya berkata: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kebetulan perempuan itu mendapati anaknya sedang melaksanakan salat. Saat itu Juraij berkata kepada diri sendiri di tengah keraguan: Ya Tuhan! Ibuku ataukah salatku. Kemudian Juraij memilih meneruskan salatnya. Maka pulanglah perempuan tersebut. Tidak berapa lama perempuan itu kembali lagi untuk yang kedua kali. Ia memanggil: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kembali Juraij bertanya kepada dirinya sendiri: Ya Tuhan! Ibuku atau salatku. Lagi-lagi dia lebih memilih meneruskan salatnya. 

Karena kecewa, akhirnya perempuan itu berkata: Ya Tuhan! Sesungguhnya Juraij ini adalah anakku, aku sudah memanggilnya berulang kali, namun ternyata dia enggan menjawabku. Ya Tuhan! Janganlah engkau mematikan dia sebelum Engkau perlihatkan kepadanya perempuan-perempuan pelacur. Dia berkata: Seandainya wanita itu memohon bencana fitnah atas diri Juraij niscaya ia akan mendapat fitnah. Suatu hari seorang penggembala kambing berteduh di tempat peribadatan Juraij. 

Tiba-tiba muncullah seorang perempuan dari sebuah desa kemudian berzinalah penggembala kambing itu dengannya, sehingga hamil dan melahirkan seorang anak lelaki. Ketika ditanya oleh orang-orang: Anak dari siapakah ini? Perempuan itu menjawab: Anak penghuni tempat peribadatan ini. Orang-orang lalu berbondong-bondong mendatangi Juraij. Mereka membawa kapak dan linggis. 

Mereka berteriak-teriak memanggil Juraij dan kebetulan mereka menemukan Juraij di tengah salat. Tentu saja Juraij tidak menjawab panggilan mereka. Akhirnya mulailah mereka merobohkan tempat ibadahnya. Melihat hal itu Juraij keluar menemui mereka. Mereka bertanya kepada Juraij: Tanyakan kepada perempuan ini! Juraij tersenyum kemudian mengusap kepala anak tersebut dan bertanya: Siapakah bapakmu? Anak itu tiba-tiba menjawab: 

Bapakku adalah si penggembala kambing. Mendengar jawaban anak bayi tersebut, mereka segera berkata: Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu yang telah kami robohkan ini dengan emas dan perak. Juraij berkata: Tidak usah. Buatlah seperti semula dari tanah. Kemudian Juraij meninggalkannya 

8. Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Umar bin Khathab pergi bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam suatu rombongan menuju tempat Ibnu Shayyad dan menjumpainya sedang bermain dengan anak-anak kecil di dekat gedung Bani Maghalah, sedangkan pada waktu itu Ibnu Shayyad sudah mendekati usia balig.

Ia tidak merasa kalau ada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam sehingga beliau menepuk punggungnya lalu Nabi berkata kepada Ibnu Shayyad: Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini utusan Allah? Ibnu Shayyad memandang beliau lalu berkata: Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan orang-orang yang buta huruf. Lalu Ibnu Shayyad balik bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Beliau menolaknya dan bersabda: Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. 

Kemudian Rasulullah berkata kepadanya: Apa yang kamu lihat? Ibnu Shayyad berkata: Aku didatangi orang yang jujur dan pendusta. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Perkara ini telah menjadi kabur bagimu. Lalu Rasulullah melanjutkan: Aku menyembunyikan sesuatu untukmu. 

Ibnu Shayyad berkata: Asap. Beliau bersabda: Pergilah kau orang yang hina! Kamu tidak akan melewati derajatmu! Umar bin Khathab berkata: Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya! Beliau bersabda: Kalau dia Dajjal, dia tidak akan dapat dikalahkan, kalau bukan maka tidak ada baiknya kamu membunuh dia. Salim bin Abdullah berkata: Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata: Sesudah demikian, Rasulullah dan Ubay bin Kaab Al-Anshari pergi menuju ke kebun korma di mana terdapat Ibnu Shayyad. 

Setelah masuk ke kebun beliau segera berlindung di balik batang pohon korma mencari kelengahan untuk mendengarkan sesuatu yang dikatakan Ibnu Shayyad sebelum Ibnu Shayyad melihat beliau. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dapat melihat ia sedang berbaring di atas tikar kasar sambil mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami. 

Tiba-tiba ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang sedang bersembunyi di balik batang pohon korma lalu menyapa Ibnu Shayyad: Hai Shaaf, (nama panggilan Ibnu Shayyad), ini ada Muhammad! Lalu bangunlah Ibnu Shayyad. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seandainya ibunya membiarkannya, maka akan jelaslah perkara dia. Diceritakan oleh Salim, bahwa Abdullah bin Umar berkata: Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdiri di tengah-tengah orang banyak lalu memuji Allah dengan apa yang layak bagi-Nya kemudian menyebut Dajjal seraya bersabda: Sungguh aku peringatkan kamu darinya dan tiada seorang nabi pun kecuali pasti memperingatkan kaumnya dari Dajjal tersebut. Nabi Nuh as. telah memperingatkan kaumnya, tetapi aku terangkan kepadamu sesuatu yang belum pernah diterangkan nabi-nabi kepada kaumnya. Ketahuilah, Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Allah Maha Suci lagi Maha Luhur tidak buta.

9. Hadits riwayat Ibnu Umar Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pulang dari peperangan ekspedisi, ibadah haji atau ibadah umrah lalu melewati jalan setapak atau tempat yang tinggi, beliau membaca takbir tiga kali dan berdoa: Tiada Tuhan melainkan Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami pulang, bertobat, mengabdi, bersujud, dan kami memuji kepada Tuhan kami. Allah telah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan sekutu musuh dengan sendiri-Nya.

10. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdoa: "Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Tuhan Yang memenangkan tentara-Nya, Tuhan Yang menolong hamba-Nya, Tuhan Yang mengalahkan golongan-golongan kafir, maka tidak ada sesuatu pun (yang abadi) selain-Nya" 

11. Hadits riwayat Ibnu Umar Radliyallahu 'anhu:

Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kamu sekalian pasti akan memerangi orang-orang Yahudi, lalu kamu akan membunuh mereka, sehingga batu berkata: Hai muslim, ini orang Yahudi, kemari dan bunuhlah dia

12. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi, lalu kaum muslimin dapat mengalahkan (membunuh) mereka, sampai-sampai seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon itu berseru: Hai orang muslim, hai hamba Allah, ini seorang Yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia! Kecuali pohon gharqad (sejenis pohon cemara atau pohon berduri), karena pohon itu adalah pohon orang Yahudi.

13. Hadits riwayat Anas Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka 

14. Hadits riwayat Abu Sufyan Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Ketika aku berada di Syam, datanglah sepucuk surat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang ditujukan ke Hiraklius, Penguasa Romawi. Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. 

Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya, Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata: Lalu aku menjawab: Aku. Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. 

Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta. Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian? Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. 

Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah? Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang? Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah. 

Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apakah kamu sekalian memeranginya? Aku menjawab: Ya. Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu? Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya. Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat? Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas. Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia? Aku menjawab: Tidak. 

Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya. Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya. 

Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul. Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. 

Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah Swt. Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. 

Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih. Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna. Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. 

Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. 

Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya. 

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu? Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela. Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. 

Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini. 

Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran. Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. 

Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu. (Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah). 

Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar: Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi. Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku 

15. Hadits riwayat Muaz bin Jabal Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku pernah membonceng Nabi saw, yang memisahkan antara aku dan beliau hanyalah bagian belakang pelana. Beliau bersabda: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau bersabda lagi: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. 

Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau kembali memanggil: Hai Muaz bin Jabal. Aku pun menyahut: Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Beliau bersabda: Tahukah engkau, apa hak Allah atas para hamba? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Hak Allah atas para hamba, yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Setelah berjalan sesaat, beliau memanggil lagi: Hai Muaz bin Jabal Aku menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya: Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah, bila mereka telah memenuhi hak Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka 


16. Hadits riwayat Anas bin Malik Radliyallahu 'anhu, ia berkata: 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memanggil: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah Swt, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan .

17. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata: 

Aku ikut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam perang Hunain. Kepada seseorang yang diakui keIslamannya beliau bersabda: Orang ini termasuk ahli neraka. Ketika kami telah memasuki peperangan, orang tersebut berperang dengan garang dan penuh semangat, kemudian ia terluka. Ada yang melapor kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: Wahai Rasulullah, orang yang baru saja engkau katakan sebagai ahli neraka, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sudah meninggal dunia. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ia pergi ke neraka. 

Sebagian kaum muslimin merasa ragu. Pada saat itulah datang seseorang melapor bahwa ia tidak mati, tetapi mengalami luka parah. Pada malam harinya, orang itu tidak tahan menahan sakit lukanya, maka ia bunuh diri. Hal itu dikabarkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Beliau bersabda: Allah Maha besar, aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Kemudian beliau memerintahkan Bilal untuk memanggil para sahabat: Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa yang pasrah. Dan sesungguhnya Allah mengukuhkan agama ini dengan orang yang jahat.

18. Hadits riwayat Sahal bin Saad As-Saidi Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan orang-orang musyrik dan terjadilah peperangan, dengan dukungan pasukan masing-masing. Seseorang di antara sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak membiarkan musuh bersembunyi, tapi ia mengejarnya dan membunuhnya dengan pedang. Para sahabat berkata: Pada hari ini, tidak seorang pun di antara kita yang memuaskan seperti yang dilakukan oleh si fulan itu. 

Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ingatlah, si fulan itu termasuk ahli neraka. Salah seorang sahabat berkata: Aku akan selalu mengikutinya. Lalu orang itu keluar bersama orang yang disebut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam sebagai ahli neraka. Kemana pun ia pergi, orang itu selalu menyertainya. Kemudian ia terluka parah dan ingin mempercepat kematiannya dengan cara meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedang berada di dadanya, lalu badannya ditekan pada pedang hingga meninggal. 

Orang yang selalu mengikuti datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Aku bersaksi bahwa engkau memang utusan Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya: Ada apa ini? Orang itu menjawab: Orang yang engkau sebut sebagai ahli neraka, orang-orang menganggap besar (anggapan itu), maka aku menyediakan diri untuk mengikutinya, lalu aku mencarinya dan aku dapati ia terluka parah, ia berusaha mempercepat kematian dengan meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedang berada di dadanya, kemudian ia menekan badannya hingga meninggal. 

Pada saat itulah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal sebenarnya ia ahli neraka. Dan ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal ia termasuk ahli surga.

19. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama? Para sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan? Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. 

Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala. Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik. Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal, seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka (umat ini) berkata: Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan kami datang kepada kami. 

Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya. Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka kenal. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka pun berkata: Engkau Tuhan kami. Mereka mengikuti-Nya. 

Dan Allah Swt membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam. Aku (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah. 

Di dalam neraka Jahanam terdapat besi berkait seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap sisinya). Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan: Besi berkait itu seperti duri Sakdan, tetapi hanya Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi berkait itu merenggut manusia dengan amal-amal mereka. Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah amalnya. 

Dan di antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat. Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah". 

Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka dikeluarkan dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh dalam kandungan banjir (lumpur). 

Kemudian selesailah Allah Taala memberi keputusan di antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka. Dia adalah ahli surga yang terakhir masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka, anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya membakarku. Dia terus memohon apa yang dibolehkan kepada Allah. Kemudian Allah Taala berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta yang lain. Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain kepada-Mu. 

Maka ia pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika ia telah menghadap dan melihat surga, ia pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya Tuhanku, majukanlah aku ke pintu surga. Allah berkata: Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka engkau, hai anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji.

Orang itu berkata: Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan meminta yang lain lagi. Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu. Dan ia berjanji lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Setelah ia berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga terbuka lebar baginya, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan dan kesenangan yang ada di dalamnya.

Dia pun diam tertegun. Kemudian berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga. Allah Taala berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak cucu Adam, betapa engkau tidak dapat menepati janji! Orang itu berkata: Ya Tuhanku, aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (rida). Ketika Allah Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga. Setelah orang itu masuk surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah sesuatu! Orang itu meminta kepada Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya tentang ini dan itu. Ketika telah habis keinginan-keinginannya, Allah Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula yang semisalnya.

20. Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri Radliyallahu 'anhu:

Bahwa kaum muslimin pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami di hari kiamat? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ya! Kemudian beliau melanjutkan: Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang hari yang cerah, yang tidak ada awan sedikit pun? Apakah kalian terhalang melihat bulan pada malam purnama yang cerah tanpa awan sedikit pun? Kaum muslimin menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kalian tidak akan terhalang melihat Allah Swt  pada hari kiamat, sebagaimana kalian tidak terhalang melihat salah satu dari matahari dan bulan. Ketika hari kiamat terjadi, ada penyeru yang mengumumkan: Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang dahulu disembah. 

Maka tidak tersisa orang-orang yang dahulu menyembah selain Allah yakni berhala, kecuali mereka berjatuhan ke dalam neraka. Hingga yang tinggal hanya orang-orang yang menyembah Allah ada yang baik dan ada yang jahat serta sisa-sisa Ahli Kitab, maka dipanggillah orang-orang Yahudi. Mereka ditanya: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Uzair anak Allah. Dikatakan: Kalian salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Lalu apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus, ya Tuhan kami berilah kami minum. 

Lalu ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka digiring ke neraka, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka. Kemudian orang-orang Kristen dipanggil. Mereka ditanya: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Isa Almasih anak Allah. Dikatakan kepada mereka: Kalian salah! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai sahabat atau anak. Apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami haus ya Tuhan, berilah kami minum. 

Lalu ditunjukkan pada mereka: Kenapa kalian tidak datang ke sana? Mereka digiring ke neraka Jahanam, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berguguran ke dalam neraka. Ketika yang tinggal hanya orang-orang yang dahulu menyembah Allah Taala (yang baik dan yang jahat), maka Allah datang kepada mereka dalam bentuk yang lebih rendah daripada bentuk yang mereka ketahui. Dia berfirman: Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti apa yang dahulu disembah. 

Mereka mengucapkan: Ya Tuhan kami, di dunia kami memisahkan diri dari orang-orang yang sebenarnya sangat kami butuhkan (untuk membantu kehidupan di dunia) dan kami tidak mau berkawan dengan mereka (karena menyimpang dari jalan yang digariskan oleh agama). Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian! Mereka mengucap: Kami mohon perlindungan kepada Allah darimu. Kami tidak akan menyekutukan Allah dengan apapun (ini diucapkan dua atau tiga kali), sampai sebagian mereka hampir-hampir berubah (berbalik dari kebenaran, karena cobaan berat yang berlaku saat itu). Allah berfirman: Apakah antara kalian dan Dia ada tanda-tanda, sehingga dengan demikian kalian dapat mengenal-Nya? Mereka menjawab: Ya, ada. Lalu disingkapkanlah keadaan yang mengerikan itu. 

Setiap orang yang hendak bersujud kepada Allah dengan keinginan sendiri, pasti mendapat izin Allah. Sedangkan orang yang akan bersujud karena takut atau pamer, tentu Allah menjadikan punggungnya menyatu (sehingga tidak dapat sujud). Setiap kali hendak sujud, ia terjungkal pada tengkuknya.

Kemudian mereka mengangkat kepala mereka, sementara itu Allah telah berganti rupa dalam bentuk yang mereka lihat pertama kali. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka menyahut: Engkau Tuhan kami. Kemudian suatu jembatan dibentangkan di atas neraka Jahanam dan syafaat diperbolehkan. Mereka berkata: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah. Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, apakah jembatan itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Tempat berpijak yang licin (menggelincirkan). 

Padanya terdapat besi berkait dan besi berduri. Di Najed ada tumbuhan berduri yang disebut Sakdan. Seperti itulah besi-besi berkaitnya. Orang-orang mukmin melewati jembatan tersebut ada yang secepat kejapan mata, ada yang seperti kilat, seperti angin, seperti burung, seperti kuda atau unta yang kencang larinya. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, golongan selamat sama sekali, golongan yang terkoyak-koyak tapi dapat bebas dan golongan yang terjerumus ke dalam neraka Jahanam. 

Pada saat orang-orang mukmin telah terbebas dari neraka, maka demi Zat yang menguasai diriku, tidak ada orang yang sangat menaruh perhatian dalam meraih kebenaran, melebihi orang-orang mukmin yang mencari kebenaran kepada Allah demi kepentingan saudara-saudara mereka yang masih berada di neraka. Mereka berkata: Wahai Tuhan kami, mereka dahulu berpuasa bersama kami, salat dan beribadah haji. Lalu difirmankan kepada mereka: Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal. Maka wajah mereka diharamkan atas neraka. Mereka mengeluarkan banyak orang dari neraka. 

Ada yang sudah terbakar hingga separuh betisnya dan ada yang sudah sampai ke lututnya. Orang-orang mukmin itu berkata: Ya Tuhan kami, di dalam neraka tidak ada lagi seorang pun yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di hatinya ada kebaikan meski hanya seberat dinar. Keluarkanlah. Kemudian mereka dapat mengeluarkan banyak orang. 

Lalu mereka berkata: Ya Tuhan kami! Kami tidak tahu apakah di neraka masih ada orang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di hatinya ada kebaikan maski hanya seberat setengah dinar, keluarkanlah. Mereka dapat mengeluarkan lagi banyak orang. 

Setelah itu mereka berkata: Ya Tuhan kami! Kami tidak tahu, apakah di sana masih ada seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan. Allah berfirman: Kembalilah (lihatlah kembali)! Barang siapa yang kalian temukan di dalam hatinya terdapat kebaikan meski hanya seberat atom, keluarkanlah. Lagi-lagi mereka dapat mengeluarkan banyak orang. 

Kemudian mereka berkata: Ya Tuhan kami. Kami tidak tahu apakah di sana masih ada pemilik kebaikan. Abu Said Al-Khudri berkata: Jika kalian tidak mempercayaiku mengenai hadits ini, maka bacalah firman Allah: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar atom. Dan jika ada kebaikan sebesar atom, niscaya Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. 

Allah Taala berfirman: Para malaikat telah memohon syafaat, para nabi telah memohon syafaat dan orang-orang mukmin juga telah memohon syafaat. Yang tinggal hanyalah Zat yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang. Lalu Allah mengambil dari neraka dan mengeluarkan dari sana sekelompok orang yang sama sekali tidak pernah beramal baik. (Saat itu) mereka telah menjadi arang hitam. Mereka dilempar ke sebuah sungai dekat mulut surga, yang disebut Sungai Kehidupan. Kemudian mereka keluar seperti tumbuhan kecil keluar dari lumpur banjir. 

Bukankah kalian sering melihat tumbuhan kecil di sela-sela batu atau pohon, di mana bagian yang terkena sinar matahari akan berwarna sedikit kuning dan hijau, sedangkan yang berada di keteduhan menjadi putih? Para sahabat menyela: Seolah-olah baginda dahulu pernah menggembala di dusun. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam meneruskan: Lalu mereka keluar bagaikan mutiara. Di leher mereka ada kalung, sehingga para ahli surga dapat mengenali mereka. Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan Allah, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam surga, tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka lakukan. Kemudian Allah berfirman: Masuklah kalian ke dalam surga. Apapun yang kalian lihat, itu adalah untuk kalian. 

Mereka berkata: Ya Tuhan kami, Engkau telah memberi kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara orang-orang di seluruh alam. Allah berfirman: Di sisiku ada pemberian untuk kalian yang lebih baik daripada pemberian ini. Mereka berkata: Ya Tuhan kami, apa lagi yang lebih baik daripada pemberian ini? Allah berfirman: Rida-Ku, sehingga Aku tidak akan murka kepada kalian sesudah itu, selamanya.


21. Hadits riwayat Jabir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu: 

Dari Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu bertanya tentang kedatangan di akhirat. Jabir berkata: Kita datang pada hari kiamat dari ini dan ini. Lihat (kedatangan itu di atas manusia). Lalu dipanggillah umat manusia dengan berhala dan apa yang dahulu disembahnya secara berurutan. Sesudah itu, Tuhan mendatangi kita seraya berfirman: Siapa yang kalian tunggu? Mereka menjawab: Kami menunggu Tuhan kami. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka berkata: Sampai kami melihat-Mu. Lalu tampak bagi mereka Tuhan tertawa. (Akhirnya) Dia membawa mereka dan mereka mengikuti-Nya. 

Setiap orang di antara mereka, munafik atau mukmin diberi nur. Mereka terus mengikuti-Nya. Di atas jembatan neraka Jahanam terdapat besi-besi berkait dan berduri, yang merenggut barang siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian nur orang-orang munafik padam, sedangkan orang-orang mukmin tetap bersinar. 

Selamatlah rombongan pertama, wajah mereka bagaikan bulan purnama. Mereka berkisar 70.000 (tujuh puluh ribu) orang. Kemudian orang-orang berikutnya, wajah mereka seperti terangnya bintang-bintang di langit. Demikian seterusnya. Kemudian syafaat diizinkan. Mereka pun memintakan syafaat, hingga keluar orang-orang yang mengucap: Laa ilaaha illallah dari neraka dan orang-orang yang di hatinya terdapat kebaikan seberat gandum. Mereka ditempatkan di halaman surga, sedangkan ahli surga memerciki mereka dengan air, sampai mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya sesuatu (tumbuhan) di dalam banjir. Hilanglah hangus tubuh mereka. Kemudian ia (orang terakhir) meminta Allah memberikannya dunia dan sepuluh kali lipatnya.


22. Hadits riwayat Abdullah bin Masud Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kami: Ridakah kalian menjadi seperempat penghuni surga? Kami (para sahabat) bertakbir. Beliau bersabda lagi: Ridakah kalian menjadi sepertiga penghuni surga? Kami pun bertakbir. Lalu beliau kembali bersabda: Sungguh, aku berharap kalian dapat menjadi setengah penghuni surga. Aku akan memberitahukan hal itu kepada kalian. Orang-orang Islam di tengah orang-orang kafir seperti sehelai rambut putih pada sapi hitam, atau seperti sehelai rambut hitam pada sapi putih.
 
23. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

24. Hadits riwayat Abdullah bin Masud Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kami: Ridakah kalian menjadi seperempat penghuni surga? Kami (para sahabat) bertakbir. Beliau bersabda lagi: Ridakah kalian menjadi sepertiga penghuni surga? Kami pun bertakbir. Lalu beliau kembali bersabda: Sungguh, aku berharap kalian dapat menjadi setengah penghuni surga. Aku akan memberitahukan hal itu kepada kalian. Orang-orang Islam di tengah orang-orang kafir seperti sehelai rambut putih pada sapi hitam, atau seperti sehelai rambut hitam pada sapi putih 

25. Hadits riwayat Abu Said Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah Taala berfirman: Hai Adam. Beliau menjawab: Aku patuhi panggilan-Mu dan kebaikan ada di tangan-Mu. Allah berfirman: Keluarkanlah ba`tsan naar. Dia (Adam) bertanya: Apa itu ba`tsan naar? Allah berfirman: Setiap kelipatan seribu, keluarkanlah sembilan ratus sembilan puluh orang. Perintah Allah kepada (Adam as.) itu terjadi ketika anak-anak beruban: Dan kandungan setiap wanita yang hamil gugur dan engkau lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, tetapi sesungguhnya siksa Allah sangat pedih. 

Penuturan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tersebut membuat para sahabat merasa khawatir. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah lelaki itu (yang seorang di antara seribu) di antara kami? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Bergembiralah kalian. Karena, dari Yakjuj dan Makjuj seribu, sedangkan dari kalian seorang. Kemudian beliau melanjutkan: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku sangat mendambakan kalian menjadi seperempat penghuni surga. Kami (para sahabat) memuji Allah dan bertakbir. 

Lalu beliau bersabda: lagi, Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku mendambakan kalian menjadi sepertiga penghuni surga. Kami memuji Allah dan bertakbir. Kemudian kembali beliau bersabda: Demi Zat yang menguasai diriku. Sungguh, aku mendambakan kalian menjadi separoh penghuni surga. Perumpamaan kalian di tengah-tengah umat lain, adalah bagaikan sehelai rambut putih pada kulit sapi hitam, atau seperti belang pada betis khimar.

26. Hadits riwayat Ali Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Janganlah engkau berdusta mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka ia akan masuk neraka.

27. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. 

Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. 

Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah. 

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membaca firman Allah Swt: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. 

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka.


28. Hadits riwayat Thalhah bin Ubaidillah Radliyallahu 'anhu, ia berkata: 

Seseorang dari penduduk Najed yang kusut rambutnya datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Kami mendengar gaung suaranya, tetapi kami tidak paham apa yang dikatakannya sampai ia mendekati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan bertanya tentang Islam. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: (Islam itu adalah) salat lima kali dalam sehari semalam. 

Orang itu bertanya: Adakah salat lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Tidak ada, kecuali jika engkau ingin melakukan salat sunat. Kemudian Rasulullah bersabda: (Islam itu juga) puasa pada bulan Ramadan. Orang itu bertanya: Adakah puasa lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukan puasa sunat. 

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan: (Islam itu juga) zakat fitrah. Orang itu pun bertanya: Adakah zakat lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin bersedekah. Kemudian lelaki itu berlalu seraya berkata: Demi Allah, aku tidak akan menambahkan kewajiban ini dan tidak akan menguranginya. Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ia orang yang beruntung jika benar apa yang diucapkannya 

29. Hadits riwayat Anas bin Malik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Kami dilarang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tentang sesuatu. Yang mengherankan kami bahwa seorang badui yang beradab mengajukan pertanyaan kepada beliau dan kami mendengarkan. Suatu hari datang seorang badui, lalu berkata: Wahai Muhammad, utusanmu telah datang kepada kami, ia mengatakan bahwa engkau menyatakan bahwa Allah Swt telah mengutusmu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Kalau begitu, siapakah yang menciptakan langit? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Allah. 

Orang itu bertanya: Siapakah yang menciptakan bumi? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Allah. Orang itu bertanya: Siapakah yang menegakkan gunung-gunung ini dan menjadikan sebagaimana adanya? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Allah. 

Orang itu berkata: Demi Zat yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi dan menegakkan gunung bahwa Allah-lah yang mengutusmu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib mengerjakan salat lima waktu dalam sehari semalam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. Orang itu berkata: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. 

Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan, bahwa kami wajib mengeluarkan zakat harta kami. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu juga mengatakan bahwa kami diwajibkan puasa pada bulan Ramadan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. Orang itu bertanya: Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Ya. Orang itu berkata: Utusanmu mengatakan pula bahwa kami wajib menunaikan ibadah haji ke Baitullah, jika mampu. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Benar. Kemudian orang itu pergi, seraya berkata: Demi Zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahkan atau mengurangi semua apa yang telah engkau terangkan. Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya jika benar apa yang diucapkan, ia akan masuk surga 


30. Hadits riwayat Abu Ayyub Al-Anshari Radliyallahu 'anhu: 

Bahwa Seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam perjalanan untuk memegang tali kekang unta beliau. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah atau Ya Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak segera menjawab. 

Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda: Ia benar-benar mendapat petunjuk. Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut: Apa yang engkau tanyakan? Orang itu pun mengulangi perkataannya. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu 

31. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Bahwa seorang badui datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang apabila aku lakukan, aku akan masuk surga. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat fardu, membayar zakat dan puasa Ramadan. Orang itu berkata: Demi Zat yang menguasai diriku, aku tidak akan menambah sedikit pun dan tidak akan menguranginya. Ketika orang itu pergi, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang senang melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini 

32. Hadits riwayat Ibnu Umar Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji.

33. Hadits riwayat Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rombongan utusan Abdul Qais datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, kami berasal dari dusun Rabiah. Antara kami dan engkau, terhalang oleh orang kafir Bani Mudhar. Karena itu, kami tidak dapat datang kepadamu kecuali pada bulan-bulan Haram (yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab). Karena itu, perintahkanlah kami dengan sesuatu yang dapat kami kerjakan dan kami serukan kepada orang-orang di belakang kami. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Aku memerintahkan kepada kalian empat hal dan melarang kalian dari empat hal. (Perintah itu ialah) beriman kepada Allah kemudian beliau menerangkannya. 

Beliau bersabda: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat dan memberikan seperlima harta rampasan perang kalian. Dan aku melarang kalian dari arak dubba' (arak yang disimpan dalam batok), arak hantam (arak yang disimpan dalam kendi yang terbuat dari tanah, rambut dan darah), arak naqier (arak yang disimpan dalam kendi terbuat dari batang pohon) dan arak muqayyar (arak yang disimpan dalam potongan tanduk).


34. Hadits riwayat Muaz Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengutusku, beliau bersabda: Engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Karena itu, ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka taat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka salat lima waktu dalam sehari semalam. Kalau mereka taat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka membayar zakat, yang diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang miskin di antara mereka. Jika mereka taat, maka waspadalah terhadap harta pilihan mereka. Dan takutlah engkau dari doa orang yang dizalimi, karena doa itu tidak ada sekat dengan Allah Swt.

35. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam wafat dan kekhalifahan digantikan oleh Abu Bakar, sebagian masyarakat Arab kembali kepada kekufuran. (Ketika Abu Bakar ingin memerangi mereka), Umar bin Khathab berkata kepada Abu Bakar: Kenapa engkau memerangi manusia (orang-orang murtad), bukankah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah berarti harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya terserah pada Allah. Abu Bakar menanggapi: Demi Allah, aku akan perangi orang yang membedakan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan memberikan zakat binatang ternak kepadaku yang sebelumnya mereka bayar kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, niscaya aku akan perangi mereka karena tidak membayar zakat binatang ternak.

36. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya (terserah) pada Allah.

37. Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah utusan Allah, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat. Barang siapa melaksanakannya berarti ia telah melindungi diri dan hartanya dariku kecuali dengan sebab syara, sedang perhitungannya (terserah) pada Allah Taala 

38. Hadits riwayat Musayyab bin Hazn Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Ketika Abu Thalib menjelang kematian, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkata: Wahai pamanku, ucapkanlah: Laa ilaaha illallah, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah. Tetapi Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Hai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka, bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan: Laa ilaaha illallah. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan buatmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. 

Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim. Dan mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk

 
39. Hadits riwayat Ubadah bin Shamit Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan bersaksi bahwa Nabi Isa as. adalah hamba Allah dan anak hamba-Nya, serta kalimat-Nya yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan roh-Nya, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan 

40. Hadits riwayat Muaz bin Jabal Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku pernah membonceng Nabi saw, yang memisahkan antara aku dan beliau hanyalah bagian belakang pelana. Beliau bersabda: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau bersabda lagi: Hai Muaz bin Jabal. Aku menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Kemudian berjalan sejenak, kemudian beliau kembali memanggil: Hai Muaz bin Jabal. Aku pun menyahut: Wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Beliau bersabda: Tahukah engkau, apa hak Allah atas para hamba? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Hak Allah atas para hamba, yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. 

Setelah berjalan sesaat, beliau memanggil lagi: Hai Muaz bin Jabal Aku menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya: Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah, bila mereka telah memenuhi hak Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka
 
41. Hadits riwayat Anas bin Malik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memanggil: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan 

42. Hadits riwayat Itban bin Malik Radliyallahu 'anhu:

Dari Mahmud bin Rabi` ia berkata: Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. Dan aku berkata: Aku mendengar cerita tentang engkau. Itban berkata: Mataku terkena suatu penyakit. Lalu aku menyuruh orang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk mengatakan kepada beliau bahwa aku ingin engkau (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam) datang dan mengerjakan salat di rumahku, sehingga aku dapat menjadikannya sebagai mushalla. Nabi pun datang bersama beberapa orang sahabat beliau. Beliau masuk dan mengerjakan salat di rumahku. Sementara itu para sahabat saling berbincang di antara mereka. Mereka umumnya sedang membicarakan Malik bin Dukhsyum (artinya, mereka membicarakan sikap orang-orang munafik yang buruk, di antaranya Malik). Mereka ingin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdoa agar Malik mendapat celaka. 

Mereka ingin ia tertimpa malapetaka. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam selesai salat, beliau bertanya: Bukankah ia bersaksi: Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah? Para sahabat menjawab: Memang benar ia mengucapkan itu, tetapi itu tidak ada dalam hatinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, tidak akan masuk neraka atau dimakan api neraka 

43. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih. Dan malu adalah salah satu cabang iman 

44. Hadits riwayat Ibnu Umar Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mendengar seseorang menasehati saudaranya dalam hal malu, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Malu adalah bagian dari iman 

45. Hadits riwayat Abdullah bin Amru Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Islam manakah yang paling baik? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Memberikan makanan, mengucap salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal 

46. Hadits riwayat Abdullah bin Amru bin Ash Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw: Orang Islam manakah yang paling baik? Rasulullah menjawab: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya 

47. Hadits riwayat Abu Musa Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya 

48. Hadits riwayat Anas Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka 

49. Hadits riwayat Anas bin Malik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seorang hamba (dalam hadits Abdul Warits, seorang laki-laki) tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang 

50. Hadits riwayat Anas bin Malik Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya) seperti mencintai diri sendiri 

51. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya 

52. Hadits riwayat Abu Syuraikh Al-Khuza'i Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam 

53. Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri Radliyallahu 'anhu:

Dari Thariq bin Syihab Radliyallahu 'anhu ia berkata: Orang yang pertama berkhutbah pada hari raya sebelum salat Ied adalah Marwan. Ada seseorang yang berdiri mengatakan: Salat Ied itu sebelum khutbah. Marwan menjawab: Telah ditinggalkan apa yang ada di sana. Abu Said berkata: Orang ini benar-benar telah melaksanakan kewajibannya. Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran (hal yang keji, buruk), maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman 

54. Hadits riwayat Abu Masud Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi isyarat dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda: Ingatlah, sesungguhnya iman ada di sana, sedangkan kekerasan dan kekasaran hati ada pada orang-orang yang bersuara keras di dekat pangkal ekor unta ketika muncul sepasang tanduk setan, yaitu pada golongan Rabiah dan Bani Mudhar 

55. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Penduduk Yaman datang. Mereka lebih halus hatinya. Iman ada pada orang Yaman, fikih ada pada orang Yaman dan Hikmah ada pada orang Yaman
 
56. Hadits riwayat Jarir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk selalu mendirikan salat, memberikan zakat dan memberi nasehat baik kepada setiap muslim 

57. Hadits riwayat Abu Zar Radliyallahu 'anhu:

Bahwa Ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Setiap orang yang mengaku keturunan dari selain ayahnya sendiri, padahal ia mengetahuinya, pastilah ia kafir (artinya mengingkari nikmat dan kebaikan, tidak memenuhi hak Allah dan hak ayahnya). Barang siapa yang mengakui sesuatu bukan miliknya, maka ia tidak termasuk golongan kami dan hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan kata kafir atau mengatakan musuh Allah, padahal sebenarnya tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali pada dirinya 

58. Hadits riwayat Saad bin Abu Waqqash Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Kedua telingaku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang mengakui seseorang dalam Islam sebagai ayah, sedangkan ia tahu bahwa itu bukan ayahnya, maka diharamkan baginya surga 

59. Hadits riwayat Jarir Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Ketika haji wada, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam, beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain 

60. Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radliyallahu 'anhu:

Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam beliau bersabda: Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian. Wanita itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini adalah kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malamnya tanpa mengerjakan salat dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama 

61. Hadits riwayat Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya: Apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab Iman kepada Allah. Orang bertanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab:Berjuang di jalan Allah. Kembali ia bertanya: Kemudian apa? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Haji mabrur (haji yang diterima

62. Hadits riwayat Abu Zar Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya. Aku bertanya: Budak manakah yang paling utama? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Yang paling baik menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya. Aku tanya lagi: Bagaimana jika aku tidak bekerja? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Engkau dapat membantu orang yang bekerja atau bekerja untuk orang yang tidak memiliki pekerjaan. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan sebagian amal. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Engkau dapat mengekang kejahatanmu terhadap orang lain. Karena, hal itu merupakan sedekah darimu kepada dirimu 

63. Hadits riwayat Abdullah Radliyallahu 'anhu, ia berkata:

Aku bertanya kepada Rasulullah saw: Dosa apakah yang paling besar menurut Allah? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu. Aku berkata: Sungguh, dosa demikian memang besar. Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: Engkau membunuh anakmu karena takut miskin. Aku tanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: Engkau berzina dengan istri tetanggamu 



Referensi sebagai Berikut ini ;













































Rabu, 20 Juli 2022

Langkah-langkah Bertaubat dari Dosa Sesuai Syariat Islam

Langkah-langkah Bertaubat dari Dosa Sesuai Syariat Islam, menghapus kesalahan dan dosa, umat muslim dianjurkan untuk bertaubat. Secara bahasa, taubat berasal dari kata tawaba yang memiliki arti pulang, kembali, dan penyesalan. Jika seorang Muslim telah bertaubat, ia akan meninggalkan kebiasaan berbuat maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT.

Bagi kalian yang ingin melangsungkan niat untuk bertaubat, inilah beberapa cara taubat yang benar sesuai dengan syariat Islam dilansir dari NU Online. Berikut di antaranya:

1. Menyesali Perbuatan

Cara pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyesali seluruh perbuatan buruk dan semua dosa yang pernah kita lakukan semasa hidup kita. Sebab dengan penyesalan ini akan melahirkan suatu dorongan untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.

2. Meninggalkan Kemaksiatan

Setelah menyesali seluruh dosa yang selama  ini pernah kita lakukan, selanjutnya adalah dengan cara meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan itu adalah konsekuensi dari penyesalan yang kita rasakan.

3. Bertekad untuk Tidak Lagi Melakukan Kemaksiatan

Perbesar

Selanjutnya ini tidak kalah penting yaitu bertekad dengan kuat bahwa kita tidak akan lagi melakukan kemaksiatan. Meskipun terkadang kita terjebak lagi lalu melakukan maksiat lagi, maka tetaplah bertaubat. Akan tetapi hal ini jangan dijadikan seperti suatu hal yang main-main. Karena Allah SWT akan senantiasa mengetahui niat tiap masing-masing individu.

4. Salat Taubat

Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk melakukan salat taubat ketika berbuat dosa. Beliau menyuruh untuk menyempurnakan wudu dan mendirikan salat 2 rakaat dengan khusyuk, pikiran tidak kemana-mana.

Tetapi, salat taubat ini bukan salat rutinitas sama halnya seperti salat sunnah rawatib. Salat taubat termasuk ke dalam amalan saleh yang semoga diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Kemudian banyak-banyak untuk berdzikir. Khususnya beristighfar dan menghayati dengan penuh penyesalan.

5. Selesaikanlah Urusan dengan Orang Lain

Jika suatu dosa yang pernah kita lakukan itu menyangkut permasalahan atau pertentangan dengan sesama manusia lagi. Maka sudah seharusnya untuk segera menyelesaikan pertentangan tersebut. Dengan cara meminta maaf atas dosa yang pernah dilakukan kepadanya. Namun jika misalnya, orang lain yang berbuat salah tetapi dia tidak kunjung meminta maaf. Alangkah baiknya, kita memaafkan dia sebelum dia meminta maaf kepada kita.


Referensi sebagai berikut ini ;












Cara-cara Bertobat menurut Ibnu Athaillah As-Sakandari

Menjadi manusia sempurna tanpa dosa atau kesalahan sedikit pun tentu sangat tidak mungkin. Bahkan dalam sebuah kalam hikmah disebutkan, “Manusia adalah tempat salah dan dosa”. Ungkapan sederhana, namun menyimpan banyak makna di dalamnya. Dengan ungkapan tersebut, manusia tidak mempunyai alasan untuk sombong dan merasa lebih baik dari orang lain, karena antara dirinya dan orang lain sama-sama pernah melakukan dosa.

Manusia dengan segala keterbatasan dan kekurangannya selalu diliputi kemungkinan berbuat dosa, baik disengaja atau tidak sekalipun. Apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai jiwanya. Ia akan menjadi mainan yang sangat gampang untuk diajak berbuat kesalahan dan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi itu, ketaatan seolah tidak bernilai sama sekali dalam kehidupannya.

Namun, meski manusia tidak bisa lepas dari dosa, atau bahkan dosa-dosanya sudah menumpuk, bukan berarti tidak ada lagi jalan untuk memperbaiki dirinya. Karena, betapa pun besar dan menggunung dosa seorang hamba, pintu rahmat Allah selalu terbuka. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memperbaiki dirinya, yaitu dengan cara bertobat dari perbuatan-perbuatan yang berkonsekuensi dosa.

Secara etimologi, tobat berarti kembali. Sedangkan secara terminologi, tobat berarti meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang hina menuju pekerjaan yang mulia. Atau jika disederhanakan, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, yaitu menyucikan hati dari dosa.

Tobat menjadi sangat penting untuk dilakukan, karena dengannya, seseorang bisa membersihkan hati dari dosa-dosa yang mengotorinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ

Artinya, “Semua anak adam (manusia) melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat” (HR At-Tirmidzi).

Cara-cara Bertobat

Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam kitab Tajul Arus menjelaskan tentang dua cara bertobat yang bisa ditempuh seorang hamba, yaitu:

1. Al-Muhasabah (intropeksi)

Maksdunya, orang yang ingin betobat harus tidak lepas dari introspeksi. Caranya, selalu berpikir sepanjang umurnya, jika waktu pagi datang, maka berpikirlah perihal apa yang akan dilakukan olehnya pada malam hari. Jika menemukan pekerjaan taat, maka bersyukurlah pada Allah, dan jika menemukan pekerjaan maksiat, maka istighfarlah kepada-Nya dan segera bertobat. Tidak cukup dengan itu, ia harus mencela dirinya atas maksiat yang diperbuat. Karena, tidak ada cara paling ampuh dalam bertobat selain mencela diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Jika tips ini dilakukan, maka Allah akan memberikan kemuliaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibnu ‘Athaillah, yaitu:

فان فعلت ذلك أبدلك الله بالحزن فرحا، وبالذل عزا، وبالظلمة نورا، وبالحجاب كشفا

Artinya, “Jika tips di atas dilakukan, maka Allah akan menggantikan kesedihan dengan bahagia, hina dengan mulia, gelap dengan cahaya, dan kondisi terhalang (dari Allah) dengan terbuka (mengenal Allah)” (Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari).

Tidak cukup dengan itu, seorang hamba harus merasa bahwa dirinya selalu ada dalam pengawasan Allah Swt. Dengannya, tidak akan melakukan pekerjaan yang berujung dosa, bahkan tidak melakukan pekerjaan dengan tujuan selain Allah Swt.

Dosa dalam diri manusia menjadi penyebab kegelapan hati yang selalu membekas. Maksiat bagaikan api, sedangkan dosa sebagai asapnya. Jika asap api mengenai rumah, seindah apa pun rumahnya akan menjadi tidak elok dipandang dan tidak nyaman ditempati. Begitupun dengan manusia, sebersih apa pun dia dari kesalahan. Jika maksiat sudah diperbuat olehnya, dan dosa menjadi konsekuensinya, maka Allah tidak akan senang dengannya, sehingga ia akan semakin jauh dari Allah. Oleh karenanya, tidak ada cara lain selain membersihkan dosa dalam diri manusia kecuali dengan cara bertobat.

2.  Al-Ittiba’ (mengikuti Rasulullah)

Maksudnya, orang yang ingin bertobat harus tunduk patuh mengikuti Rasulullah dalam semua tindakannya, seperti pekerjaan, ucapan, dan ibadahnya. Apalah arti sebagai umat Nabi Muhammad jika semua pekerjaan yang dilakukan justru tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah? Seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya selama ia tunduk patuh dan mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam kehidupannya sehari-hari.

Ketentuan kedua ini begitu jelas, dalam Al-Qur’an Allah memerintahkannya, yaitu:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran: 31)

Mengikuti jejak langkah yang dipraktikkan oleh Rasulullah, menunjukkan sebagai upaya menjadi bagian darinya. Berusaha menjadi bagian Rasulullah artinya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Begitupun sebaliknya, tidak mengikuti Rasulullah artinya tidak ingin menjadi bagian darinya, dan tentu juga ingin menjauh dari Allah. Naudzubillah.

Penjelasan tersebut mengingatkan kita pada kisah yang terjadi beberapa abad yang lalu, tepatnya ketika peristiwa perang Khandaq, yaitu pengakuan Rasulullah pada sahabat Salman al-Farisi yang dinyatakan sebagai keluarganya. Dalam haditsnya, secara jelas Rasulullah bersabda:

سلمان منا أهل البيت

Artinya, “Salman merupakan bagian dari kita, sebagai keluarga.” (Imam Suyuth)

Sebagaimana diketahui, sahabat Salman bukanlah keturunan Rasulullah, bahkan tidak termasuk dari golongan suku Quraisy. Ia hanyalah pendatang dari kota Persia untuk masuk Islam. Betapapun demikian, sikap tunduk patuh dan mengikuti semua tingkah laku Rasulullah menjadikan orang Persia itu bagian darinya, bahkan dianggap sebagai keluarganya.

Jika tunduk patuh dalam mengikuti langkah Rasulullah bisa dianggap sebagai bagian darinya, tentu mereka yang tidak mengikuti tidak bisa dianggap sebagai bagiannya. Hal ini tergambar secara jelas dalam kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam, ketika menganggap anaknya sebagai bagian darinya. Lantas, Allah berfirman kepadanya:

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ

Artinya, “Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik.” (QS Hud: 46).

Dua peristiwa di atas menjadi sebuah bukti bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan ampunan dari Allah Swt ketika bertobat selain mengikuti jejak Rasulullah. Bahkan Allah sudah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang taat pada Rasul-Nya sebagaimana disebutkan pada ayat di atas.

Referensi sebagai berikut ini ;










Langkah-langkah & Cara Bertaubat dari Dosa Ghibah Menurut Islam

Langkah Bertaubat dari Dosa Ghibah Menurut Islam. اتدرون ما الغيبه؟ قالوا: الله ورسوله أعلم .قال:الْغِيبَة ذِكْرك أَخَاك بِمَا يَكْرَه قِيلَ : أَفَرَأَيْت إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُول فَقَدْ اِغْتَبْته ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتّه

“Tahukah kalian apa itu ghibah?”

Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Kemudian beliau shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.”

Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah yang namanya ghibah, namun jika tidak berarti engkau telah berdusta atas namanya.” (HR Muslim 2589)

Ghibah dalam Islam merupakan salah satu dosa yang tak terampuni sehingga perlu banyak cara untuk benar-benar mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Berikut adalah 13 cara bertobat dari dosa ghibah:

1. Meminta maaf pada orang yang dighibahi

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah menzalimi saudaranya berupa menodai kehormatan atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman tersebut hari ini. Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih maka akan diambil seukiran kezaliman yang ia perbuat. Bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari no. 2449)

Namun beberapa ulama  memandang bahwa hal ini hanya dilakukan pada kondisi tertentu dimana ghibah telah tersebar, Jika ghibah belum tersebar, maka sebaiknya tidak perlu meminta maaf karena akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah, seperti pemutusan hubungan silaturahmi.

2. Memohon ampunan untuk orang yang dighibahi

Beberapa ulama sepakat bahwa untuk mendapatkan ampunan atas dosa ghibah, maka dilakukan dengan memohonkan ampun atas dosa orang yang dighibah kepada Allah SWT. Sebagaimana perkataan AL-Hasan Al-Basri,

كفارة الغيبة أن تستغفر لمن اغتبته

“Kafarah ghibah adalah memintakan ampun untuk yang dighibahi.” (AL-Majmu’ Al-Fatawa 3/291, Darul Wafa’, Syamilah)

3. Menyebutkan kebaikan yang dighibahi di tempat terjadinya ghibah

Salah satu cara bertobat dari ghibah adalah menyebutkan segala kebaikan yang ada padanya. Jika dulu yang disebutkan adalah keburukannya, maka gantilah dengan menyebutkan banyak keba

ikannya. Sebagaimana Fatwa syaikh bin Baz, beliau berkata:

تذكرين بالخير الذي تعرفين منه بدلاً من السوء الذي ذكرتي

“Engkau sebutkan kebaikan-kebaikan yang engkau ketahui mengenai dirinya sebagai ganti kejelekan yang telah engkau sebutkan.”

4. Taubat nasuha

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ

Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat. (HR At Tirmidzi, no.2499 dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, no. 4391)

5. Perbanyak zikir

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman,

وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[al-Ahzâb/33:35]

Rasulullah bersabda,

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لاَ يَذْكُرُ الله فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

Barangsiapa duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allâh di dalamnya, pastilah dia mendapatkan kerugian dari Allâh, dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allâh, pastilah mendapatkan kerugian dari Allâh. (Shahih: HR. Abu Dâwud (no. 4856); Shahîh Abi Dâwud (III/920, no. 4065) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu)

6. Perbanyak sedekah

Dalam riwayat lain disebutkan,

أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)

7. Silaturahmi

Dari Al-Barra  berkata, bersabda Rasulullah saw “ Tidak bertemu dua orang muslim lalu bersalaman, maka pasati diampuni dosa keduanya, sebelum keduanya berpisah.”( HR Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi ).

Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Pintu-pintu surga dibukakan tiap Senin dan Kamis, Allah mengampuni dosa-dosa hamba selama tidak musyrik. Kecuali orang yang antara dia dengan saudaranya  ada kebencian, maka diintruksikan : Tangguhkanlah kedua orang ini (ampunannya) sampai keduanya damai, tangguhkanlah kedua orang ini (ampunannya) sampai keduanya damai. “ (HR. Muslim).

8. Perbanyak puasa sunnah

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).

9. Perbanyak shalat sunnah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” [Huud/11: 114]

10. Selalu menjaga wudhu

Dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Istiqamahlah (konsistenlah) kalian semua (dalam menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak akan pernah dapat menghitung pahala yang akan Allah berikan. Ketahuilah bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan tidak ada yang selalu memelihara wudhunya kecuali seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

11. Perbanyak membaca Al-quran

Rasulullah bersabda, “Al Qur’an adalah kitabullah yang berisi sejarah umat sebelum kamu, berita umat sesudahmu, kitab yang memutuskan urusan-urusan diantara kamu, yang nilainya bersifat pasti dan absolut. Siapa saja orang durhaka yg meninggalkannya pasti Allah akan memusuhinya. Siapa yg mencari petunjuk selain Al Qur’an, pasti akan tersesat. Al Qur’an adalah tali Allah yg sangat kuat, peringatan yg bijaksana dan jalan yang lurus” (HR Tirmidzi)

12. Bersahabat dengan orang shaleh

Cara menghindari ghibah setelah bertaubat adalah dengan memperbaiki pergaulan dalam Islam. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadistnya ;

لَا تَصْحَب إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ

Janganlah bersahabat kecuali kepada seorang mukmin. Dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa. [HR. Bukhari].

13. Perbanyak istighfar

Ada sebuah riwayat dari Aisyah radhiyallahu anha berkata : Rasulullah sallallahu alaihi wasallam melakukan shalat dhuha, kemudian dia membaca

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أََنْتَ التَّوَابُ الرَّحِيْمِ

ya Allah, Ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tasubat dan Maha pengasih”. Beliau membacanya hingga seratus kali. [HR. Bukhari dan di shahihkan oleh al Albani dalam adabul mufrad no. 482].

Itulah cara melakukan taubat dari dosa ghibah. Sungguh ghibah sangat buruk akibatnya, maka dari itu kita harus berhati-hati dalam berkata. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Referensi sebagai berikut ini ;











Cara Bertaubat yang Benar Sesuai dengan Kaidah dan Ajaran Islam

Cara Bertaubat yang Benar Sesuai dengan Kaidah dan Ajaran Islam. Secara bahasa, kata taubat berasal dari bahasa Arab yang artinya kembali dari maksiat kepada taat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata taubat diartikan sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan. Secara istilah menurut Imam Nawawi, taubat adalah tindakan yang wajib dilakukan atas setiap dosa.

Taubat berakar dari kata taba. Searti dengan kata taba adalah anaba dan aba. Orang yang taubat karena takut azabAllah disebut ta‟ib (isim fa‟il dari anaba), dan bila karena mengagungkan Allah SWT disebut awwab.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya'ulumuddin, taubat merupakan istilah yang tergabung dari tiga variabel, yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal. Semuannya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah.

Subtansi taubat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan perintah dan meninggalkan laranganNya.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai taubat disertai dengan cara bertaubat yang baik dan benar sesuai dengan kaidah dan ajaran yang terdapat dalam agama Islam.

Mengenal Istilah Taubat

Terdapat beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untuk menyebutkan pengampunan (pembebasan dosa), dan upaya menjalin hubungan serasi antara manusia dengan tuhannya, antara lain taba (taubat), ‟afa (memaafkan), ghafara (mengampuni), kaffara (menutupi) ,dan shafah. Masing–masing istilah digunakan untuk tujuan tertentu dan memberikan maksud yang berbeda.

a. Taubat secara langsung

Dosa bisa dibagi menjadi dua bagian, dosa yang berkaitan dengan hak Allah dan dosa yang berkaitan dengan hak hamba. Dosa yang berkaitan dengan Allah, maka syarat taubatnya adalah (1) mencabut perbuatan (akar) maksiat yang telah dilakukan. (2) menyesali perbuatan yang telah dilakukan itu. (3) berpegang teguh pada niat (azam) bahwa tidak akan kembali lagi melakukan perbuatan dosa itu.

b. Taubat tidak langsung

Taubat dalam hubungannya dengan manusia termasuk taubat yang tidak langsung, maka syarat taubatnya di samping tiga syarat sebagaimana telah dikemukan di atas, maka ditambah syarat keempat yaitu: tindak penyelesaian terhadap orang yang bersangkutan.

Macam-Macam Taubat

Berikut adalah macam-macam taubat yang harus Anda ketahui;

Taubat yang wajib adalah taubat dari meninggalkan perintah atau meninggalkan larangan. Taubat jenis ini wajib dilaksanakan bagi semua orang mukallaf sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya, dan yang melalui lidah para utusanNya.

2. Dianjurkan (Sunnah)

Taubat yang dianjurkan adalah taubat yang dilakukan karena meninggalkan perkara-perkara yang dianjurkan (sunah) atau mengerjakan perkara-perkara yang tidak disenangi (makruh).

Barang siapa yang melakukan taubat jenis pertama, maka ia termasuk diantara orang-orang yang baik. Dan barang siapa yang melakukan taubat jenis yang kedua maka ia merupakan bagian dari orang-orang yang paling dulu masuk surga lagi didekatkan (kepada Allah).

Dan barang siapa yang tidak mengerjakan taubat jenis pertama, maka ia termasuk orang-orang yang dzalim, adakalanya ia termasuk orang-orang kafir, dan adakalanya ia termasuk orang-orang fasik (pendosa).

Allah SWT Berfirman:  “…dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan alangkah sengsaranya golongan kiri .dan orangorang yang paling dahulu masuk surga adalah orang – orang yang didekatkan kepada Allah berada dalam surge kenikmatan,” (Al- Waqi‟ah:7-11).

Sementara itu, Imam Al Ghazali membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu (Ensiklopedi Islam, 2000: 135):

Taubat yaitu kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan.

Firar yaitu lari dari kemaksiatan kepada ketaatan, dari yang baik kepada yang lebih baik lagi. Inabat, yaitu bertaubat berulangkali meskipun tidak berdosa. Syarat-Syarat Bertaubat

Taubat adalah tindakan yang wajib dilakukan atas setiap dosa. Jika pelanggaran itu berkaitan antara seorang hamba dengan Allah Ta'ala dan tidak berkaitan dengan hakhak orang lain.

Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi agar cara bertaubat menjadi diterima adalah;

  • Hendaknya ia harus menghentikan perbuatan maksiat itu.
  • Harus menyesali karena pernah melakukannya.
  • Bertekad tidak mengulanginya lagi untuk selama-lamanya.
  • Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikannya.

Cara Bertaubat

Terdapat empat cara bertaubat yang dapat dilakukan, yaitu;

  • Memohon ampunan dengan lidah
  • Berhenti dari dosa itu dengan badan
  • Berjanji dengan diri sendiri tidak akan mengulangi lagi
  • Menjauhkan diri dari teman-teman yang hanya akan membawa terperosok kepada yang buruk saja.

Orang yang berdosa, wajib berusaha memperbaiki diri dan berjuang menghilangkan dosanya dengan cara bertaubat. Orang yang membiarkan dirinya tenggelam dalam dosa, adalah tanda orang itu buruk akhlaqnya.

Agama Islam mengajarkan bahwa dosa dapat dihilangkan dengan dua jalan yang harus dikerjakan semuanya, yaitu:

  1. Dengan cara bertaubat kepada Allah, yaitu dengan berusaha secara khusus untuk menghilangkan sesuatu dosa.
  2. Dengan cara beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa dan amal-amal baik lainnya, sebab salah satu diantara fungsi ibadah dalam Islam ialah menghapuskan dosa.

Tata Cara Bertaubat

Salah satu cara bertaubat kepada Allah SWT yang dilakukan adalah dengan shalat sunnah Taubat. Shalat ini dilaksanakan setelah seseorang melakukan perbuatan dosa atau merasa pernah melakukan perbuatan dosa.Shalat taubat dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Shalat dapat dilakukan 2, 4 sampai 6 rakaat. Setiap dua rakaat, satu kali salam. Tata cara bertaubat:

  1. Berwudhu dengan sempurna.
  2. Berniat melakukan shalat taubat pada saat takbir dengan membaca "Ushalli Sunnatat Taubata Rakataini Lillahi Taala" yang artinya: Saya niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah.
  3. Membaca suart Al-Fatihah disertai surat pendek yang dihafal.
  4. Rukuk (membaca tasbih rukuk tiga kali).
  5. Itidal (membaca doa Itidal).
  6. Sujud (membaca tasbih sujud tiga kali).
  7. Duduk di antara dua sujud (membaca doa robbighfirlii warhamnii)
  8. Sujud kedua. (membaca tasbih sujud tiga kali).
  9. Bangun melanjutkan rakaat kedua seperti urutan di atas sampai yang ke 10.
  10. Tasyahud akhir (membaca tasyahud akhir).
  11. Salam.
  12. Setelah selesai shalat, perbanyak membaca istighfar.
  13. Setelah itu, berdoa memohon pengampunan
Referensi sebagai berikut ini ;









8 Cara Membentuk Akhlak yang Baik

akhlak sama seperti budi pekerti, sopan santun, moralitas, atau etika (Firdaus). Sedangkan menurut istilah, akhlak merupakan sistem nilai yang digunakan untuk mengatur pola perilaku dan sikap manusia di dunia. Ruang lingkup akhlak terdiri dari akhlak terhadap Allah, akhlak sesama manusia, dan akhlak pada lingkungan. Ketiga akhlak ini harus ditanamkan dalam jiwa yang menjadi kepribadian individu sehingga bisa diimplementasikan pada sikap dan perilaku di kehidupan sehari-hari tanpa dibuat-buat.

Dengan demikian, pembelajaran mengenai akhlak ini harus ditanamkan sejak dini dan terus dilanjutkan selama hidup. Berikut adalah cara untuk membentuk akhlak yang baik:

1. Memberi teladan yang selalu dilakukan

Dalam ilmu Psikologi, ada salah satu cara pembentukan perilaku dengan cara modelling. Modelling ini dilakukan dengan memberikan contoh secara terus-menerus agar individu dapat belajar, lalu menerapkannya sendiri. Sama halnya dengan memberi teladan yang lama-kelamaan dapat membentuk akhlak yang baik. Cara ini sangat efektif untuk diterapkan pada anak usia dini yang masih sangat mudah dibentuk perilakunya.

2. Menggunakan nilai dan budaya yang baik

Setiap keluarga pasti memiliki nilai dan budaya yang berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi baik buruknya akhlak individu sebab keluarga adalah kelompok pertama yang ditemui ketika lahir ke dunia dan seharusnya dapat menjadi tempat yang aman untuk tumbuh kembang. 

3. Rajin berbuat kebaikan

Berusaha konsisten dalam berbuat kebaikan dapat menumbuhkan akhlak yang baik pula. Tidak harus dengan uang atau barang, berbuat baik juga dapat berbentuk bantuan, saran, rekomendasi, empati, bahkan hanya dengan tersenyum juga bisa bernilai kebaikan.

4. Membiasakan menerapkan akhlak yang baik

Untuk memiliki akhlak yang baik, tidak bisa hanya dengan melakukannya di waktu atau tempat tertentu saja. Akhlak ditunjukkan dalam bentuk keseluruhan sikap dan perilaku individu. Pembiasaan secara berkelanjutan akan semakin meningkatkan akhlak yang baik.

5. Bergaul dengan orang yang berakhlak baik

Lingkungan adalah faktor yang bisa berpengaruh besar bagi akhlak individu. Apabila individu terus berbaur dengan orang-orang yang memiliki akhlak terpuji, sering melakukan kegiatan yang positif, mengingatkan ketika ada yang salah, dapat membawanya untuk ikut memiliki akhlak yang baik, begitu pula sebaliknya. 

6. Mendengarkan nasihat

Sebagai manusia, wajar jika kita pernah berbuat salah atau dosa. Oleh karena itu, kita butuh orang lain yang dapat memberikan pengingat agar dapat kembali ke jalan yang benar. Ketika ada orang yang memberi nasihat atau kritik yang membangun, kita juga harus bisa menerima dan mengaplikasikannya dengan ikhlas sebab mau memperbaiki diri adalah tanda akhlak individu sudah baik.

7. Menanamkan rasa takut kepada Tuhan

Tuhan telah memerintahkan umat-Nya untuk tidak melakukan larangan yang sudah ditetapkan. Larangan yang ada juga tidak semata-mata dibuat untuk mempersulit dan justru larangan tersebut dapat membantu manusia untuk terhindar dari hal yang negatif. Menghindari perbuatan tercela karena takut terhadap Tuhan menunjukkan individu ingin memiliki akhlak yang baik sebab mau berusaha menaati perintah-Nya.

8. Memberikan penilaian terhadap perilaku

Penilaian di sini dapat bersifat positif maupun negatif tergantung sikap dan perilaku apa yang dilakukan oleh individu. Jika individu memiliki sikap terpuji, berperilaku yang baik, suka menolong, berikanlah apresiasi atau pujian agar akhlak tersebut terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Namun, jika individu melakukan sebaliknya, berikanlah nasihat, peringatan, atau balasan yang dapat membuat jera.

Akhlak adalah komponen penting yang pasti dimiliki oleh setiap manusia. Akan tetapi, manusia harusnya hidup dengan akhlak yang baik sehingga diperlukan niat dan motivasi yang kuat untuk terus belajar agar terhindar dari sikap dan perilaku yang menunjukkan akhlak tercela.


Referensi sebagai berikut ini ;











Cara Meningkatkan Akhlak Terpuji

Akhlak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:7) diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam bahasa Arab, akhlak juga bisa berarti perangai, kebiasaan, tabiat atau bahkan agama. Sementara dalam kamus Alkautsat, akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama. Jika dirumuskan, akhlak memiliki pengertian yaitu  ilmu yang membahas mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik terhadap sesama manusia serta pada Tuhannya. Selain itu, akhlak juga dapat diartikan sebagai perbuatan baik yang harus dikerjakan dan menghindari perbuatan buruk.

Pentingnya akhlak dalam islam 

Meski berasal dari bahasa Arab namun akhlak tidak banyak ditemukan dalam Alqur’an melainkan banyak dijumpai dalam hadits. Menurut Al-Ghazali hakikat akhlak mencakup 2 syarat yakni perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.

Akhlak yang terpuji merupakan tindakan atau perbuatan yang bagus. Sementara akhlak yang jelek merupakan segala jenis tindakan yang jelek dan merugikan. Bukan hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi orang lain. Akhlak terpuji merupakan akhlak Islami yang tidak hanya membawa kebaikan namun juga memberi keuntungan bagi orang lain. Lantas bagaimanakah cara meningkatkan akhlak supaya lebih baik dan berguna untuk sesama?

Ada beberapa hal cara meningkatkan akhlak :

1. Berbaik sangka

Berbaik sangka dapat dilakukan dengan cara berprasangka baik pada diri sendiri serta pada orang lain. Mereka yang dalam keadaan putus asa, umumnya cenderung, berburuk sangka pada sang pencipta. Hal ini merupakan tindakan yang harus dihindari. Bersikap optimis dan tidak lantas berputus asa merupakan cara kita dalam berbaik sangka kepada pencipta. Segala sesuatu yang telah Allah tentukan adalah jalan terbaik bagi kita. Tugas kita hanyalah bersabar dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi sehingga target yang ingin kita capai bisa segera didapatkan.

Tanamkan pada diri untuk selalu percaya jika kegagalan yang anda alami hari ini, mengandung hikmah yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Allah selalu memiliki maksud tersendiri saat memberikan cobaan bagi para umatnya. Jangan lantas bersedih saat gagal meraih cita-cita dan jangan lantas berburuk sangka jika Allah tidak sayang pada hambanya ketika anda berada dalam keterpurukan. Dalam keadaan apapun, kita sebaiknya senantiasa melontarkan kalimat syukur atas kebesaran Allah yang maha kuasa.

Seperti yang tertulis dalam QS. Al-Jatsiyah/45:12-13 yakni  “Allah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di Bumi semuanya (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.

Dari ayat di atas, terkandung pengertian bahwa Allah telah memberi banyak kebaikan pada manusia. Hanya saja mereka kurang bisa menyadari dan bersyukur aats apa yang telah dimiliki.

2. Bertaubat

Setiap manusia tentu pernah yang namanya berbuat salah. Bahkan mereka yang dicap sebagai orang baik pun, tentu tidak luput dari yang namanya dosa. Dosa yang dibiarkan berlarut-larut  dan terus menerus dilakukan merupakan hal yang buruk dan harus dijauhi. Dalam hal ini, segera bertaubat merupakan langkah baik bagi anda untuk memperbaiki kesalahan yang telah anda lakukan. Taubat merupakan kembalinya manusia dari berbuat buruk ke arah yang lebih baik dengan cara menata sifat serta kelakuannya supaya kembali bersih.

Dengan sifat serta kelakuan yang baik melalui jalan bertaubat, maka akhlak kita akan semakin meningkat. Bagi mereka yang bertaubat dengan bersungguh-sungguh, Allah akan memaafkan kesalahan yang telah diperbuatnya. Kejelasan dari kata taubat juga disinggung dalam salah satu ayat Al Qur’an yakni pada QS. Ali- Imran/ 3:135) “ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak mengharuskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

Ayat mengenai taubat memang banyak disinggung dalam Al Qur’an bahkan ada satu surat yang membahas makna pertaubatan manusia yakni surat At Taubah.

3. Taati syariat agama

Menaati syariat agama merupakan salah satu cara kita dalam meningkatkan kualitas akhlak kita menuju ke arah yang lebih baik. Menaati syariat dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri melakukan hal yang baik dan bermanfaat. Bermanfaat dalam hal ini, tentu bermanfaat bagi diri sendiri serta bagi orang lain. Jauhi hal-hal yang buruk dan bertentangan dengan aturan. Hasil dari mengikuti syariat supaya akhlak semakin terpuji adalah kehidupan yang menjadi lebih tenang, terbentuknya sikap dan perilaku yang positif serta bebas dari yang namanya permusuhan.

4. Berlaku baik dengan sesama

Bagi seorang remaja, akhlak terpuji dapat dilakukan dengan cara menunjukkannya pada kehidupan pergaulan mereka. Seperti perilaku yang berikut ini:

  • Tunjukkan jika anda memiliki solidaritas yang tinggi antar sesama
  • Jaga kerukunan serta kebersamaan antar teman
  • Saling tolong dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang tengah membutuhkan pertolongan
  • Saling menghargai antar sesama teman
  • Memiliki jiwa kepahlawanan dengan cara menonjolkan sikap keberanian serta mau berkorban untuk kebaikan

5. Adil

Sikap adil merupakan cermin akhlak yang baik. Dalam istilah, adil memiliki pengertian yakni suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata. Dalam hal ini, seseorang tidak boleh memihak salah satu pihak saja dan membiarkan pihak lainnya, tidak mengurangi ataupun menambah bagi yang lain dan tidak boleh pilih kasih. (baca : keutamaan adil terhadap diri sendiri)

6. Benahi cara berpakaian sesuai dengan syariat agama

Terutama bagi kaum hawa, Islam memiliki aturan tersendiri dalam adab berpakaian. Berpakaian memiliki pengertian yaitu barang apa saja yang digunakan oleh seseorang mulai dari kerudung, jaket, celana, rok, serta baju yang dikenakannya. Pakaian seseorang dapat menentukan kualitas diri seseorang. Semakin baik pakaian seseorang, maka cerminan sikap baik pula yang tampak. Sebaliknya, semakin buruk cara berpakaian seseorang maka orang tersebut akan dicap sebagai orang yang kurang bersopan santun.

Dalam agama Islam, adab berpakaian lebih ke keperluan menutup aurat. Dalam hal ini cara berpakaian akan dikenakan ketentuan hukum. Dalam islam, adab berpakaian juga memiliki nilai ibadah. Tidak hanya itu, kepentingan menutup aurat juga mampu menghindarkan seseorang dari bahaya asusila, melindungi tubuh dari sengatan matahari serta sebagai identitas.

7. Ingat sejarah hidup Rasullulah

Meningkatkan akhlak bisa dilakukan dengan cara mencontoh apa-apa saja yang dilakukan oleh Rasullulah semasa hidupnya. Mencontoh banyak perilaku Rasullulah dapat meningkatkan kualitas diri anda terutama dalam hal akhlak. Kehidupan Rasullulah merupakan contoh tauladan yang baik sehingga dapat membuat anda senantiasa berperilaku baik dengan tidak merugikan orang lain. Melainkan sebaliknya, anda akan lebih banyak memberi manfaat dan menguntungkan bagi sesama.

Kehidupan Rasullulah dipenuhi dengan akhlak yang mulia dengan tingkat kesabaran luar biasa. Beliau juga merupakan sebaik-baiknya contoh dalam berakhlak.

8. Bergaul dengan mereka yang berakhlak baik

Cara meningkatkan akhlak yang paling mujarab adalah dengan cara bergaul dengan mereka yang berakhlak baik. Hal ini dapat membuat anda yang tadinya masih memiliki sifat kurang terpuji, dapat dengan sendirinya terbawa sifat baik teman-teman anda sehingga anda, mampu membangun karakter diri yang berkualitas. Berteman dengan teman yang berakhlak baik, mampu menjauhkan kita dari teman yang gemar berbuat maksiat, yang dapat meracuni akal dan tindakan kita menuju ke arah keburukan.

9. Terima nasihat

Cara lainnya untuk meningkatkan akhlak diri adalah dengan cara menerima nasihat. Tidak semua nasihat didengarkan, melainkan hanya nasihat yang baik dan bersifat membangun saja. Dalam hal ini tentu anda harus lebih berlapang dada dalam menerima nasihat orang lain. Ada saatnya ketika kita tidak sadar dengan kekurangan maupun sikap buruk kita sendiri. Sehingga membutuhkan orang lain untuk membantu membenahinya. Perlunya sikap berlapang dada, merupakan hal yang baik dengan tujuan memperbaiki sekaligus untuk meningkatkan akhlak kita sehari-hari.

10. Bertamu dengan sopan

Bertamu memiliki pengertian berkunjung ke rumah orang lain, entah rumah teman, sahabat atau bahkan kerabat untuk suatu tujuan atau maksud tertentu. Bertamu memiliki banyak manfaat terlebih untuk menjalin suatu silaturahmi. Dalam bertamu tunjukkan sikap yang baik dan tidak membuat pemilik rumah merasa kurang nyaman atas kedatangan dan perilaku anda. Meski teman dekat sekalipun, namun adab bertamu juga harus terjaga.

Meningkatkan akhlak merupakan hal yang harus dilakukan terutama jika sebelumnya anda melakukan banyak kesalahan ataupun perilaku buruk yang dapat merugikan. Meningkatkan akhlak baik tentu harus dilakukan dengan niat yang tulus dan tinggi. Tanpa adanya niat, maka kemungkinan anda berbuat buruk dapat berulang kembali. Dalam hal ini, anda perlu bertaubat dengan sebaik-baiknya dengan tidak mengulangi hal buruk yang telah anda lakukan. Melakukan akhlak baik juga harus dilakukan sebagai suatu kebiasaan.

Referensi sebagai berikut ini ;








Mengubah Akhlak Jelek Menjadi Akhlak Baik

Akhlaq yang mulia bisa dimiliki apabila seseorang berusaha keras memperbaiki serta membiasakan diri agar memperolehnya. Allah Swt berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al Ankabuut: 69)

Akhlaq yang mulia bisa diperoleh dengan usaha-usaha sebagai berikut:

Pertama: Hendaknya seseorang senantiasa memperhatikan dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah yang berkaitan dengan keutamaan akhlaq yang terpuji.

Seperti firman Allah Swt  :

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ

“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang jujur, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali Imran: 17)

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا

“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al Furqan: 63)

وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Al Furqan: 72)

Demikian juga dia melihat apa yang datang dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti,

إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya”. (Muttafaqun ‘alaihi).

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا

“Sesungguhnya, di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan majelisku di hari kiamat nanti adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Dengan memperhatikan dalil-dalil seperti ini maka seseorang akan terpacu untuk berakhlaq mulia.

Kedua: Berteman dengan orang-orang shalih yang berakhlaq mulia, yang dikenal dengan ilmu dan amanahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا مَثلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ ، كَحَامِلِ المِسْكِ ، وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إمَّا أنْ يُحْذِيَكَ ، وَإمَّا أنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحاً طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الكِيرِ: إمَّا أنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحاً مُنْتِنَةً

“Permisalan teman yang baik dan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, Adapun penjual minyak wangi maka mungkin saja dia menghadiahimu minyak wangi, atau engkau dapat membeli minyak wangi darinya, atau setidaknya engkau dapati aroma yang harum darinya. Adapun si pandai besi, mungkin saja dia membakar bajumu, atau setidaknya engkau akan mencium aroma tak sedap dari dirinya.” (HR. Al Bukhari)

Maka hendaknya seseorang yang ingin untuk memiliki akhlaq yang mulia berteman dengan orang yang dikenal berakhlak baik yang dapat menolong memperbaiki akhlaqnya dan menjauh dari teman yang berakhlak jelek dan sering melakukan perbuatan yang hina.

Ketiga: Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang jelek.

Allah berfirman,

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ (٢٢١)تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (٢٢٢)يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ (٢٢٣)

“Maukah aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap affak (pendusta) lagi atsim (yang banyak dosa), Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (Asy Syu’ara: 221-223)

Maka jika seseorang mengetahui bahwa berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini, maka hendaknya ia menjauhinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Al Bukhari)

Keempat: Hendaknya dia senantiasa menghadirkan dalam benaknya gambaran akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Allah ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al Qalam: 4)

Kelima : Senantiasa berdoa, meminta kepada Allah agar dianugerahi akhlaq yang mulia

Beberapa doa yang warid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam di antaranya adalah sebagai berikut,

اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي

“Ya Allah Engkau telah memperbagus penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

اَللَّهُمَّ أَهْدِنِيْ ِلأَحْسَنِ اْلأَعْمَالِ ، وَأَحْسَنِ اْلأَخْلاَقِ ، لاَ يَهْدِي ِلأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ ، وَقِنِي سَيِّئِ اْلأَعْمَالِ ، وَسَيِّئِ اْلأَخْلاَقِ ، لاَ يَقِي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah berilah petunjuk kepadaku untuk berbuat sebaik-baik amalan, sebaik-baik akhlak, tidak ada yang bisa menunjuki untuk berbuat sebaik-baiknya kecuali Engkau. Dan lindungi kami dari jeleknya amalan dan jeleknya akhlak, dan tidak ada yang melindungi dari kejelekannya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa’i)

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأّخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ وَاْلأَدْوَاءِ

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kemungkaran-kemungkaran akhlak, amalan-amalan, hawa nafsu, dan penyakit-penyakit.” (HR. AtTirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Pertanyaan: 

Wahai Syaikh saya adalah seorang pemuda yang memiliki akhlak yang jelek, baik dalam pergaulan, atau berbicara, padahal saya selalu berusaha memperbaikinya, dalam keadaan saya walillaahilhamd komitmen menunaikan ibadah shalat wajib tepat pada waktunya, Ibadah shalat Sunnah, dan membaca Al-Quran, apakah perkara ini ada obatnya? mohon bimbingannya, Jazakumullahu khairan.

Jawaban:

Yang nampak, obat dari perkara ini adalah mudah, selama penanya berada di atas sifat yang telah disebutkan.

Mengubah Akhlak Jelek Menjadi Akhlak Baik. Sesungguhnya yang semestinya baginya,apabila dia dalam keadaan marah adalah menahan amarah tersebut dan memendamnya, berdasarkan hadits.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. al-Bukhari)

Maka hendaklah dia memperbaiki dirinya dengan menenangkan urat-  urat syarafnya , apabila marah memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk,

Kemudian apabila dia marah dalam keadaan berdiri, hendaklah duduk, jika dalam keadaan duduk, maka hendaklah berbaring. Tidak mengharuskan dalam hal ini membaik secara langsung dan keadaannya tiba-tiba berubah baik,

Terkadang yang demikian itu, setelah perbaikan dalam waktu yang lama, akan tetapi jangan sampai tidak ada (upaya)untuk perbaikan.

Kemudian yang wajib atasnya adalah menghadap kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya, agar dijaga dari akhlak yang tercela ini,

Allah subhanahu wata'aala akan menolong hamba-hamba-Nya yang jujur dalam menghadapkan urusan kepadaNya serta merasa butuh kepadaNya.

Referensi sebagai berikut ini ;












Mendidik Agar Berakhlak Mulia

Sikap adil, jujur, kasih sayang dan menghormati kepada sesama, ikhlas, dermawan, dan semacamnya seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Manakala dalam kehidupan ini sifat tersebut ada pada setiap orang, maka kehidupan ini akan damai, tenteram, dan bahagia. Kehidupan yang diwarnai oleh permusuhan, konflik, saling menjatuhkan, hasut menghasut, fitman memfitnah, dan semacamnya adalah bersumber dari sikap terpuji tersebut belum dimiliki oleh banyak orang.

Siapapun akan berpandangan sama, bahwa nilai-pnilai mulia tersebut memang penting diberikan atau dididikkan dari generasi ke generasi berikutnya. Berbagai sikap mulia tersebut tidak akan dimiliki begitu saja tanpa melewatik proses pendidikan. Kejujuran, keadilan, kedermawanan, dan semacamnya harus ditanamkan dan dididikkan dari waktu ke waktu. Namun pertanyaannya adalah bagaimana menanamkan sikap mulia itu.

Orang yang tidak jujur tentu tidak akan mampu menanamkan kejujuran kepada siapapun. Orang yang sehari-hari bermusuhan, konflik, menjatuhkan orang lain, maka tidak akan dapat menanamkan kedamaian, kasih sayang, toleransi kepada siapapun. Akhlak mulia akan lahir dari orang atau sekelompok orang yang berakhlak mulia, dan demkikian pula sebaliknya.

Selain itu, pendidikan akhlak tidak cukup dilakukan dengan cara menjelaskan tentang pentingnya akhlak mulia. Banyak orang mengetahui tentang pentingnya disiplin, menghargai orang lain, jujur, adil, dan lain-lain tetapi pada kenyataannya orang yang mengetahui dan memahami nilai-nilai mulia tersebut tidak selalu mampu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seringkali terdapat jarak antara pengetahuan seseorang dan perilaku mereka sehari-hari. Seseorang mengetahui tentang kebaikan tetapi belum tentu mampu menjalankannya sendiri. Seseorang mengetahui bahwa berbohong, berkhianat, korupsi, dan semacamnya adalah perbuatan buruk, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang yang mengetahuinya mampu meninggalkan perbuatan tercela itu. Itulah sebabnya, problem pendidikan akhlak adalah mendapatkan guru atau tauladan yang dapat dicontoh. Selain itu yang diperlukan adalah pendekatan pendidikan yang seharusnya dilakukan untuk menanamkan akhlak mulia itu.

Masalah  mendasar tentang pendidikan akhlak adalah, orang yang mendidik harus terlebih dahulu menjalankannya. Sementara itu, mencari orang yang mampu menjalankan nilai-nilai mulia tersebut bukan perkara mudah. Mendidik orang agar menjadi petani, pedagang, peternak, nelayan, penulis sukses, dan lain-lain, sekalipun tidak mudah, masih bisa dilakukan. Akan tetapi menjadi sulit ketika harus memberi contoh tentang keikhlasan, kejujuran, kesabaran, kedermawanan, kebersamaan, dan sejenisnya itu.

Oleh karena itu, sebenarnya bukan menganggap bahwa pendidikan akhlak tidak perlu, akan tetapi yang menjadi problem adalah mendapatkan guru dan cara-cara menanamkan akhlak mulia itu sendiri. Sebab, tidak mungkin orang yang tidak menyandang akhlak mulia berhasil mengajarkan perilaku terpuji. Pendidikan adalah proses pembiasaan dan ketauladanan, sementara itu mencari contoh dan atau tauladan itulah yang hingga saat ini yang belum ditemukan cara yang tepat dan apalagi nyata-nyata berhasil.


Referensi sebagai berikut ini ;






Melatih Diri Memperbaiki Ahkhak Yang Baik

Sifat dan tingkah laku seorang manusia berupa moral, etika, dan akhlak merupakan sesuatu yang dinamis. Sebagian sifat yang baik sebagai akhlak terpuji adalah sifat bawaan sejak lahir dan sebagiannya lagi diperoleh dengan jalan dilatih dan diusahakan dengan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, seseorang yang memiliki akhlak kurang terpuji bisa diubah dan diperbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. Karenanya, ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Karena akhlak ini bisa diubah, sehingga salah satu tujuan Rasulullah SAW diutus juga dalam rangka memperbaiki akhlak manusia yang sangat rusak di masa jahiliyah sehingga mereka bisa memiliki akhlak terpuji.

Manusia lahir dengan membawa sifat-sifat tertentu‎. Ada akhlak bawaan, baik terpuji maupun tercela. Akhlak bisa diubah dari buruk ke baik, atau juga sebaliknya berubah dari baik ke buruk, tergantung bagaimana kita memperbaiki akhlak dan menjaganya, dengan latihan dan kebiasaan.

Supaya perbaikan akhlak ini harus dilakukan melalui pendidikan dan pembinaan pada sikap dan perilaku konstruktif. Pembiasaan tersebut dilakukan melalui metode berbalik atau berubah dari sifat bawaan yang sudah ada. Misalnya, ada orang memiliki sifat cepat marah dan emosi tapi sulit memaafkan dengan memelihara dendam, memiliki sifat pelit dan sulit berinfak dan sedekah serta berat menolong orang, memiliki sifat angkuh, egois, iri, dengki dan suka menghasut, tidak senang pada kelebihan orang, mudah berkata bohong, senang ghibah, namimah, dan lainya. ‎ "Sifat-sifat seperti ini yang lalu menjadi akhlak buruk sehari-hari, bisa berubah dengan jalan memperbaiki diri, misalnya dari bakhil berganti dengan dermawan, sombong dengan rendah hati, ‎iri dengki dengan qanaah. Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara instan tapi membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi dengan terus membiasakan diri mengikuti kajian-kajian keagamaan dan lingkungan yang baik.

Manusia yang memiliki akal dan pikiran, binatang buas saja seperti Harimau dapat berubah sifat-sifatnya‎ yang ganas ketika dilatih dengan baik. ‎"Binatang yang memiliki karakter liar, ganas dan buas namun setelah dilatih berubah menjadi jinak.‎ Lihatlah sirkus dimana Singa, Harimau atau gajah liar dapat berubah menjadi jinak. Dengan apa mereka berubah? Tentu saja dengan latihan.‎ Begitu juga akhlak dapat berubah walaupun hal ini memerlukan perjuangan yang berat karena mengubah kebiasaan itu berat.

Ada istilah tabiat dan kebiasaan, sebagaimana ada sebuah perkataan, 'Seseorang itu tumbuh besar menurut kebiasaan yang dibiasakan orangtuanya'.‎ Dalam hal ini pengaruh lingkungan berpengaruh sangat besar terhadap perilaku dan tabiat seseorang. ‎ Lihatlah orang-orang yang tumbuh di tengah-tengah keluarga yang tidak memperhatikan akhlak. Mereka sangat jauh dari akhlak mulia. ‎ ‎ Ketika diingatkan untuk memperbaiki akhlak, maka orang yang serta merta dia menjawab, 'Memang sudah seperti ‎inilah karakter/tabiatku sejak ayah dan kakek buyutku, tidak bisa berubah, mau bagaimana lagi?' Dengan kata lain dia merasa sudah tidak berpeluang lagi untuk mengubah karakternya.  ‎ "Dengan jawaban tersebut dia seolah-olah berkata, akhlak adalah sesuatu yang baku dan memiliki harga mati yang tidak bisa diubah lagi. ‎Selain itu dia menjadikan jawaban tersebut sebagai dalil untuk menutupi keburukan yang ada pada dirinya. Ini tentu tidak baik dipelihara,

waktu Rasulullah diutus, masyarakat Arab Jahiliyah yang dulunya jahat, kebiasaan buruk minum khamar, berzina, membunuh, suka berperang dan perangai jahat lainnya bisa diubah oleh Rasulullah sampai mereka menjadi terbaik akhlaknya saat itu. Perbaikan akhlak juga memerlukan istiqamah, yaitu komitmen yang tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan benar. Perbaikan akhlak berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor lain. Perbaikan akhlak tidak dapat diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus datang dan lahir dari kita sendiri. ‎ ‎Istiqamah seperti itu menjadi lebih penting lagi, karena daya tarik kebaikan pada umumnya dikalahkan oleh daya tarik keburukan dan kesenangan duniawi. Pemihakan pada kebaikan sebagai inti dari ajaran akhlak benar-benar membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat agar kita sanggup melawan dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan nafsu. Inilah sesungguhnya makna Sabda Rasulullah SAW, "Surga dipagari oleh kesulitan-kesulitan yang berat dan tidak menyenangkan jiwa, sedangkan neraka dipagari oleh kesenangan-kesenangan nafsu syahwat". Ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa, begitu pula sebaliknya seseorang itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat.  Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai ke dalamnya. Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat.  

Diantara amalan-amalan yang dibenci jiwa seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah serta menekuninya seperti shalat berjamaah, membaca Alquran dan bersedekah, bersabar di saat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bersedekah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya.  Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamar, berzina, memandang aurat wanita yang bukan mahramnya, menggunjing, dan lainnya.‌‎ ‎ "Betatapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak.


Referensi sebagai berikut ini ;






Kebajikan pada akhlak baik dan Cara Mencapainya

Kebajikan pada akhlak baik dan  Cara Mencapainya, tujuh kebajikan yang menakjubkan dari karakter atau akhlak baik. Berikut beberapa kebajikan pada akhlak baik tersebut: 

1. Kebajikan pada akhlak baik: Karakter yang baik adalah alasan utama orang masuk surga. Nabi Muhammad bersabda, “Apa yang paling mungkin untuk mengirim orang ke surga? Sadar akan Allah dan akhlak yang baik.” (HR Al-Bukhari)

Dia juga mengatakan, “Aku menjaminkan sebuah rumah di pinggiran surga bagi siapa saja yang menghindari perselisihan, meskipun dia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kebohongan, bahkan ketika dia bercanda, dan sebuah rumah di tepi surga. surga tertinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik.”

2. Kebajikan pada akhlak baik: Mendapatkan derajat yang tinggi

Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amal dari pada akhlak yang baik.” (HR Al-Bukhari)

3. Kebajikan pada akhlak baik: Dekatkan diri dengan nabi di hari kiamat

Nabi berkata, “Yang paling aku cintai dan yang duduk paling dekat denganku di hari kiamat adalah kamu yang paling baik akhlaknya. Orang yang paling membenciku dan yang paling jauh darimu pada hari kiamat adalah orang sombong, pembual, dan orang sombong …”

4. Kebajikan pada akhlak baik: Maqam orang yang berpuasa dan shalat malam

‘Aisyah berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Dengan akhlaknya yang baik seorang mukmin dapat mencapai derajat yang sama dengan orang yang berpuasa dan shalat malam.” Alangkah indahnya jika orang tersebut berpuasa dan shalat malam, serta menyempurnakan akhlaknya, maka tidak ada seorangpun yang dapat menandinginya.

5. Kebajikan pada akhlak baik: Dicintai Allah dan Rasul-Nya

Nabi berkata, dalam Tabarani, “Hamba Allah yang paling dicintai Allah adalah yang paling baik akhlaknya.”

6. Kebajikan pada akhlak baik: Jalan para Nabi

Allah SWT berfirman: “Dan memang, Anda memiliki karakter moral yang besar.” (QS Al Qalam: 4)

7. Kebajikan pada akhlak baik: Pertahankan keyakinan yang paling sempurna. Nabi Muhammad bersabda, “Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap istri-istri kalian.” Sekarang, apakah mungkin untuk meningkatkan karakter Anda? Ada dua jenis orang; ada yang dikaruniai Allah untuk memiliki akhlak yang mulia secara alamiah dan ada pula yang harus mengembangkannya dengan melatih diri dengan ilmu dan usaha. Contohnya adalah orang yang sifatnya sangat tenang dan orang yang mudah marah. Dibutuhkan perjuangan dan latihan yang terakhir untuk menahan amarah mereka dan mendapatkan pahala dari Allah.

Contohnya adalah sahabat Ashj Abul al-Qayis yang kepadanya Nabi bersabda, “Anda memiliki dua sifat yang disukai oleh Allah dan Rasul-Nya – kesabaran dan kemudahan.”

Dalam riwayat lain, Ashj bertanya kepada Nabi: “Apakah kualitas-kualitas ini yang saya peroleh, atau apakah Allah membentuk saya seperti ini?”

Nabi menjawab, “Allah menciptakan kamu seperti itu.”

Setelah mendengar ini Ashj menjawab, “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan saya dengan dua karakteristik yang dicintai-Nya dan Rasul-Nya!”

Jadi, bersyukurlah kepada Allah atas kualitas yang Dia berikan kepada Anda!

Nabi berkata, “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

Artinya memiliki akhlak mulia, luar dan dalam, dapat dijangkau oleh kita semua!

Jadi Bagaimana Cara Mencapai Karakter yang Baik?

Dengan belajar dan berlatih. Menurut Ibnu Qayyim, karakter yang baik didasarkan pada lima kualitas penting:

  1. Pengetahuan;
  2. Kesediaan untuk berubah;
  3. Kesabaran;
  4. alam yang baik;
  5. Penyerahan suara – Islam.

Berikut adalah beberapa tips praktis tentang bagaimana memperjuangkan karakter yang baik: Ikhlas dalam meminta kepada Allah untuk memberikan karakter yang baik; buatlah doa siang dan malam!

  1. Sabar dan terus berusaha; melawan nafs Anda untuk meninggalkan kebohongan, perkataan buruk, lingkungan buruk, dll.
  2. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang berakhlak baik; berdoa Allah membawa orang-orang benar di jalan Anda.
  3. Menerima nasihat dan mencari pengampunan dari orang lain; jika ibumu berkata, “anakku, jangan katakan itu”, kamu harus mendengarkannya, dan jangan sombong. Kesombongan adalah menolak kebenaran, bahkan jika itu dari anak Anda, atau istri Anda. Anda tidak akan masuk surga jika di dalam hati Anda masih ada sebutir kesombongan. Sekalipun orang kafir yang mengoreksi kesalahan, terimalah nasihatnya.
  4. Membaca buku tentang karakter yang baik; lihat di Sirah, dikatakan:
  5. Saya tidak mempercantik Muhammad dengan kata-kata saya, melainkan dia memperindah kata-kata saya.
  6. Cobalah amalkan doa Nabi. Berikut doanya: “Ya Allah, berilah kami petunjuk kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang membimbingnya kecuali Engkau! Dan jauhkanlah dari kami akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkannya dari kami kecuali Engkau.” 
Referensi sebagai berikut ini ;