This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Jumat, 15 Juli 2022

Istri atau Suami Ingin Rujuk


Kondisi istri dapat menjadi salah satu pertimbangan jika suami ingin rujuk.Dalam Islam, perceraian memang dibolehkan meski sangat dibenci oleh Allah. Namun terkadang, setelah memutuskan untuk bercerai, ada kalanya istri atau suami ingin rujuk atau kembali bersama. Di samping sebagai masa tunggu bagi seorang perempuan untuk mengetahui kekosongan rahimnya setelah ditalak, masa iddah juga menjadi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk berpikir ulang dan melanjutkan pernikahan.

Itulah sebabnya, masa iddah tidak bisa dipercepat dengan kecanggihan teknologi, semisal USG yang bermanfaat guna mengetahui kekosongan rahim. “Ini membuktikan bahwa di mata agama (Islam), proses rujuk bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng, yang dengan mudah dilakukan hanya karena kedua pihak sama-sama ingin bersatu kembali dalam perkawinan.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika suami ingin bersatu kembali setelah menjatuhkan talak kepada istrinya. Menurut Pengadilan Agama (PA), terkait dengan perceraian dan rujuk, ada pasal yang menentukan itu. Pasal 129 KHI berbunyi: “Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.”

Jadi, talak yang diakui secara hukum negara adalah yang dilakukan atau diucapkan oleh suami di PA. Jika talak diucapkan suami di luar PA, hanya sah menurut hukum agama saja, tetapi tidak sah menurut hukum yang berlaku di negara Indonesia.

Hal yang Harus Diperhatikan Saat Istri atau Suami Ingin Rujuk

Dari pandangan agama Islam, dilansir dari NU Online menurut Syekh Ibrahim al-Baijuri dalam Hasyiyah al-Bajuri yang, ada tiga hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan istri atau suami ingin rujuk. Tiga hal ini yakni suami yang hendak rujuk, istri yang akan dirujuk, dan kalimat rujuk. Berikut penjelasannya.

1. Suami Ingin Rujuk

Suami ingin rujuk harus terlebih dahulu merupakan orang yang sah melakukan pernikahan. Seperti baligh, berakal sehat, dan memiliki kemauan sendiri. Artinya, tidak sah rujuk dilakukan oleh anak kecil, orang tunagrahita, dan orang murtad. Berbeda dengan laki-laki yang sedang ihram atau mabuk, walaupun disengaja, maka keduanya tetap sah melakukan rujuk.

2. Istri yang Akan Dirujuk

Saat suami ingin rujuk, perhatikan juga kondisi istri. Tidak sah rujuk setelah habis masa iddah. Sehingga, jika suami tetap ingin kembali kepada istrinya atau berkeinginan untuk rujuk, dia harus melakukan akad baru seperti akad pernikahan pada umumnya.

“Jika seorang suami menalak istrinya dengan talak satu atau talak dua, maka dia berhak rujuk kepadanya selama masa iddahnya belum habis. Jika masa iddah telah habis maka sang suami boleh menikahinya dengan akad yang baru.” (Lihat: Abu Syuja, al-Ghâyah wa al-Taqrîb, Alam al-Kutub, tt., hal. 33).

Begitu pula jika talak yang dijatuhkan adalah talak tiga atau talak ba’in. Walaupun masa iddah belum habis, maka sang suami tidak bisa langsung rujuk atau menikah dengannya kecuali setelah terpenuhi lima persyaratan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Syekh Abu Syuja dalam al-Ghâyah wa al-Taqrîb. Jika sang suami telah menalaknya dengan talak tiga, maka tidak boleh baginya (rujuk/nikah) kecuali setelah ada lima syarat.

"Istri sudah habis masa iddahnya darinya, istri harus dinikah lebih dulu oleh laki-laki lain (muhallil), istri pernah bersenggama dan muhallil benar-benar penetrasi, istri sudah berstatus talak ba’in dari muhallil, masa iddah si istri dari muhallil telah habis.” (Abu Syuja, al-Ghâyah wa al-Taqrîb, Alam al-Kutub, hal 33).

Seperti halnya istri yang ditalak ba’in, istri yang ditalak dengan talak fasakh dan istri yang ditalak khulu‘ pun tidak bisa dirujuk. Sehingga sang suami yang ingin kembali bersama harus melakukan akad baru.

Begitu pula yang ditalak tetapi belum pernah melakukan hubungan seksual, juga tidak bisa kembali bersama sebab tidak memiliki masa iddah.

3. Kalimat untuk Rujuk

Ungkapan yang digunakan untuk rujuk bisa berupa kalimat sharih (jelas) atau ungkapan kinayah (sindiran) disertai dengan niat.

Contoh ungkapan sharih seperti “Engkau sudah dirujuk,”. Sementara ungkapan kinayah contohnya “Aku menikah lagi denganmu,”.

Syekh Ibrahim memberi syarat agar ungkapan rujuk tersebut tidak diikuti dengan ta’liq atau batas waktu tertentu.

Seperti ungkapan, “Aku rujuk kepadamu jika engkau mau,” atau “Aku rujuk kepadamu selama satu bulan,”.

Rujuk pun tidak cukup dilakukan dengan niat saja tanpa diucapkan dan disunnahkan diucapkan di depan wali.

“Rujuk sebenarnya boleh dilakukan tanpa kerelaan istri. Namun, mengingat salah satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan bersama, jika kerelaan istri diabaikan, bukan mustahil tujuan itu tidak akan tercapai,” jelas Ustadz M Tatam Wijaya

Dilansir dari Hukum Online, ternyata kita bisa rujuk meski sedang dalam masa iddah. Hukum Islam sendiri memberikan kemudahan bagi pasangan suami istri yang sudah bercerai tetapi ingin bersama kembali dengan diaturnya masa iddah bagi perempuan.

Setelah dilakukan perceraian, seorang istri harus melewati masa iddahnya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah kembali dengan laki-laki lain.

Masa iddah sendiri pun sudah diatur dalam Alquran lewat surat Al-Balqarah (2:288). Sementara itu, dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan iddah atau masa tunggu sendiri diatur dalam pasal 150 sampai pasal 155 Kompilasi Hukum Islam atau KHI.

Lalu, apakah boleh suami dan istri yang sudah bercerai kembali rujuk dalam masa iddah? Begini penjelasannya.

Rujuk dalam masa iddah diatur dalam pasal 163 KHI dengan bunyi seperti ini;

  1. Seorang suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah.
  2. Rujuk dapat dilakukan dalam hal-hal:

Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah terjatuh tiga kali atau talak yang dijatuhkan qabla ad-dukhul; Putusnya perkawinan berdasar putusan pengadilan dengan alasan atau alasan-alasan selain zina dan khuluk. Lalu, apa yang harus dilakukan ketika keduanya sudah memutuskan untuk rujuk?

Tata Cara Rujuk Setelah Perceraian Suami-Istri Apabila kedua belah pihak ingin bersatu kembali, mantan suami dan istri tersebut arus memiliki kutipan buku pendaftaran rujuk yang dikeluarkan oleh pegawai pencatat nikah. Hal tersebut pun diatur dalam pasal 10 KHI yang berbunyi:

Rujuk hanya dapat dibuktikan dengan Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah. Nah, agar bisa mendapatkan buku pendaftarannya, keduanya bisa datang secara bersama-sama ke pegawai pencatat nikah atau pembantu pegawai pencatat yang ada di wilayah terdekat.

Ketika datang, jangan lupa untuk membawa penetapan terjadinya talak atau surat keterangan lain yang seperlukan seperti akta cerai. Usai membawa berkas yang dibutuhkan, pegawa pencatatan nikah akan melakukan pemeriksaan mengenai apakah mantan pasangan suami-istri tersebut sudah memenuhi syarat untuk rujuk. Tak hanya itu, kelayakan suami pun harus memenuhi syarat yang merujuk hukum munahakat. Seperti rujuk yang akan dilakukan masih dalam iddah talak raj'i atau belum dan apakah perempuan yang akan kembali diperistri tersebut benar istrinya.

Usai pegawai pencatat nikah melakukan pemeriksaan dan mantan suami-istri tersebut dinyatakan memenuhi persyarayan untuk rujuk, kemudian suami melakukan pernyataan rujuk dengan persetujuan istri dengan disaksikan oleh minimal 2 orang saksi.

Dalam pemilihan saksi sendiri, pernyataan bisa dilakukan di hadapan pegawai pencatatan nikah atau pembantu pegawai pencatat nikah seperti yang sudah hadir dan diatur dalam Alquran surat At-Talaq (65:2).

Setelah mengucapkan pernyataan, pegawai pencatat nikah pun akan membuatkan kutipan buku pendaftaran rujuk kepada masing-masing suami dan istri.

Ia juga akan membuat surat keterangan tentang terjadiya rujuk untuk kemudian dikirimkan ke Pengadilan Agama tempat berlangsungnya talak atau Pengadilan Agama tempat diputusnya perceraian.

Nah, agar bisa mendapatkan kembali akta nikahnya, suami istri beserta kuasa hukumnya bisa datang ke pengadilan agama tempat terjadinya talak dengan membawa kutipan buku pendaftaran rujuk yang tadi sudah dibuat.

Itu dia Anda tata cara rujuk yang bisa Anda lakukan. Namun perlu diingat, rujuk pun memiliki konsekuensi yang akan diterima oleh Anda dan juga Si Kecil.

Sebelum memutuskan untuk kembali bersama, Anda bisa bertanya kepada diri sendiri mengenai hal ini. Atau Anda juga bisa berkonsultasi ke psikolog sebelum memutuskan segala sesuatunya.

Baca Juga: Tak Hanya untuk Fisik, Ini 5 Manfaat Berenang untuk Psikologi Anak

Istri atau Suami Ingin Rujuk dalam Sudut Psikologi

Pada kenyataannya, tak banyak pasangan bercerai yang ‘berani’ untuk rujuk. Lebih banyak yang memilih menikah lagi dengan orang lain.

Padahal, bila didasarkan niat yang tulus, banyak hal positif yang bisa dipetik dari rujuk.

Ira menjelaskan, perceraian merupakan salah satu gempuran psikologis paling hebat yang dialami manusia.

“Lepas dari apa penyebabnya dan siapa yang salah, perceraian kerap dianggap sebagai bukti kegagalan suami atau istri dalam membina perkawinan, dan hal itu merupakan pukulan batin yang menyakitkan,” jelasnya.

Agar niat ini berakhir dengan baik bagi semua pihak, ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan:

Renungkan semua sikap dan perilaku yang berkontribusi dalam perceraian, sehingga tidak lagi terjebak dalam masalah yang sama.

Ciptakan keterbukaan terhadap setiap perubahan yang positif, yang mendukung keutuhan rumah tangga.

Niat rujuk harus datang dari suami dan istri. “Dalam perkawinan ada dua pihak yang sama-sama berperan hingga terjadinya perceraian, sehingga untuk rujuk pun niat harus datang dari kedua pihak. Keduanya juga harus mau melakukan usaha yang sama besar untuk memperbaiki hubungan yang pernah cedera,” ujar Ira.

Sembuhkan dulu luka-luka lama. Kemauan dan kemampuan untuk memberi maaf dan meminta maaf menjadi kata kunci, karena perlu suatu ketulusan dan keikhlasan.

Jangan menoleh lagi ke belakang. Pelajari dan terapkan hal-hal yang berpotensi menguatkan ikatan suami istri yang dahulu mungkin terabaikan, misalnya agama, komunikasi, kedekatan dengan keluarga besar, dan sebagainya.

Terapkan kiat-kiat tersebut saat suami ingin rujuk agar kembali merajut kebahagiaan bersama dalam rumah tangga.


Referensi sebagai berikut ini ;






Akibat Buruk Jika Memiliki Rasa Bersalah Berlebihan


Rasa bersalah berlebihan biasanya terjadi karena kita melakukan sesuatu di luar rencana, entah itu karena lalai atau apa yang sudah kamu usahakan tidak sesuai dengan kejadian. Merasa bersalah terkadang diperlukan, supaya nantinya menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan. Selain itu, dapat menjadi pribadi yang sadar bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Akan sangat berbahaya jika sudah terbukti salah, malah tidak mengakui dan tetap merasa paling benar. Namun, merasa bersalah berlebihan bukanlah hal baik. Jangan diremehkan, karena 3 akibat memiliki rasa bersalah berlebihan ini bisa menimpamu.

1. Menghambat Langkah

Akibat buruk pertama yang ditimbulkan dari rasa bersalah berlebihan, yaitu menghambat langkah. Bagaimana tidak, pribadi yang merasa bersalah berlebihan akan menjadi semakin takut untuk melangkah. Padahal salah adalah sesuatu hal yang wajar terjadi.

Tidak akan ada yang namanya perbaikan jika tidak terjadi sebuah kesalahan. Tinggal bagaimana kita mengeksekusinya saja. Apakah kesalahan tersebut akan dijadikan sarana perbaikan, atau malah menjadi hal yang akan diulang?

Langkah yang terhambat tidak akan membawamu menuju keberhasilan. Ingatlah, bahwa keberhasilan hanya bisa diraih jika kita berani untuk melangkah dengan segala risiko dan konsekuensinya.

Merasa bersalah secara berlebihan juga bisa menurunkan rasa percaya diri. Perasaan bersalah berlebihan akan membuat pelakunya menjadi minder, tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu. Akhirnya lebih memilih untuk diam.

Sementara, diam tidak akan memberikan perubahan. Diam tidak akan merubah hidup. Diam tidak akan membuatmu mencapai apa yang kamu inginkan. Boleh merasa bersalah, tapi jangan berlarut-larut.

3. Rentan Mengalami Depresi

Akibat buruk terakhir jika kamu memiliki rasa bersalah berlebihan, adalah rentan mengalami depresi. Mengapa? Karena orang yang merasa bersalah berlebihan akan selalu berpikiran negatif dan menyalahkan diri sendiri. Tekanan datang dari dalam diri sendiri.

Memendam emosi tidak perlu dan akhirnya menumpuk. Bahkan bisa menjadi pribadi yang lebih senang menyendiri. Situasi ini bisa membuatmu menjadi lebih rentan mengalami depresi.

Jangan biarkan perasaan bersalah malah menjadi penghambat langkah. Kesalahan bukanlah untuk ditakuti, tapi dilawan. Kesalahan itu ada untuk dijadikan pelajaran, supaya pengambilan keputusan lebih dipertimbangkan.

Itulah lima akibat buruk yang akan ditimbulkan jika kamu merasa bersalah secara berlebihan. Benar-benar tidak bisa diremehkan, bukan? Merasa yakin terhadap suatu pilihan keputusan memang diperlukan, tapi terlalu yakin terkadang malah memberikan hasil tidak sesuai keinginan. Pertimbangkan ulang untuk meminimalisir kesalahan. Ingat ya, jangan simpan rasa bersalah berlebihan karena hanya menambah beban pikiran.


Referensi sebagai berikut ini ;

Jangan Berlarut-larut, Lepaskan Rasa Bersalahmu tersebut

Jangan Berlarut-larut, Lepaskan Rasa Bersalahmu tersebut dengan cara berikut ini ; Setiap manusia tentu pernah melakukan kesalahan. Baik itu secara sengaja maupun tidak disengaja. Kesalahan yang dibuat biasanya akan menimbulkan efek ketidaknyamanan yang berlarut-larut. Rasa bersalah atas tindakan yang sudah dilakukan yang mengakibatkan trauma dalam diri sendiri. 

Jangan Berlarut-larut, Lepaskan Rasa Bersalahmu tersebut

Jika dibiarkan, rasa bersalah ini bisa mengakibatkan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Kualitas diri menjadi buruk, trauma, bahkan sampai depresi. Sudah seharusnya rasa bersalah itu kita lepaskan, untuk menjalani hidup selanjutnya. 

Berikut lima cara melepas rasa bersalah yang terus ada di dalam diri kita. 

1. Melampiaskan rasa bersalah itu dengan menangis

Pelampiasan utama dari rasa bersalah itu adalah menangis. Menangis sekeras-kerasnya agar rasa bersalah itu hilang dan lenyap. Rasa bersalah yang tidak kita lampiaskan, bisa berubah menjadi trauma dan depresi. Keadaan yang seperti ini akan membuat kita berpikir yang tidak benar. Dampak terburuknya adalah mengakhiri hidup sendiri. Percayalah bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Tinggal bagaimana kita mampu melepaskan rasa bersalah yang ada dalam diri kita.

2. Bercerita dengan orang terdekat

Mencurahkan isi hati dan perasaan kepada orang terdekat juga bisa menjadi obat mujarab. Dengan bercerita, kita akan mendapatkan masukan yang baik dan membantu melepaskan rasa bersalah yang ada dalam diri kita. Jangan bersikeras menyimpan semua seorang diri. Berbagi kekesalan yang kita simpan agar hati menjadi lebih tenang.

3. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas

Kita juga bisa melepas rasa bersalah itu dengan mulai menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas. Berusaha memberikan sedikit waktu agar semua kembali seperti semula. Bukan lari dari masalah atau kesalahan, tetapi menghadapinya dengan kuat. Kesalahan itu harus kita hindari agar tidak mengulanginya lagi. 

4. Berusaha ikhlas dan lapang dada

Percaya bahwa kesalahan yang telah kita perbuat tidak luput dari takdir Sang Pencipta. Kita harus menerima dengan ikhlas dan lapang dada. Bukan menyalahkan keadaan atau orang-orang di sekitar kita. Mencari pembenaran dan alasan dari perbuatan yang salah. Memaafkan diri sendiri dan terus berusaha bangkit dari kesalahan.

5. Menjadikan  pelajaran hidup

Kesalahan yang telah diperbuat tidak bisa kita perbaiki dengan cara memutar waktu itu kembali. Satu-satunya cara adalah menjadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran berharga untuk hidup kita. Tidak mengulanginya lagi dan berusaha menjadi lebih baik. Terus-menerus dihantui rasa bersalah hanya akan memperburuk keadaan saja. Itulah lima cara melepas rasa bersalah yang ada dalam diri kita. Percayalah, setiap manusia punya kesalahan dan kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi.


Referensi sebagai berikut ini ;


Makan harta warisan yang haram

Siapa yang dikuasai keserakahan, akan segera mendapat kemurkaan. Siapa yang pandangan matanya tertuju kepada sesuatu yang bukan miliknya, akan mempercepat tertimpa kekecewaan, dan terus menerus dirundung kesedihan.


Memakan harta orang lain secara tidak sah telah menjadi kendaraan kaum murahan dan tunggangan golongan manusia rendahan. Sementara itu, akhirat merupakan sesuatu yang lebih dicintai oleh kaum beriman dibanding apapun benda koleksi unik, lebih berharga dari pada nilai sesuatu yang dapat tergantikan, dan lebih hebat dari pada karya seni indah nan antik.

Siapa yang telah kehilangan kepercayaan, terungkap pengkhianatannya, buruk isi hatinya, tampak jelas dan terbongkar tipu dayanya, terpampang kemunafikan dan akal bulusnya, pastilah akan mudah melanggar (etika) pembagian, mengkhianati mitra kerjanya, mengambil jatah dirinya dan masih rakus terhadap jatah orang lain.

Tidak akan dia biarkan mitranya mendapatkan bagian walau hanya seujung jari, tidak juga sejengkal, dan ia tidak akan memberikan bagi mitranya tempat duduk, tempat naik, tempat bernaung, tempat untuk berjalan, kesempatan, terlebih lagi harta.

Jika urusannya didiskusikan, iapun dendam. Jika diaudit maka iapun kabur. Jika dicari maka menghilang, sehingga tak seorangpun meilhatnya. Semua urusannya adalah yang penting menguntungkannya, selalu menjengkelkan, penipuan dan siasat pengelabuan.

وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡخُلَطَآءِ لَيَبۡغِي بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَقَلِيلٞ مَّا هُمۡۗ [ ص / 24]

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu yakni di antara para rekan, sahabat karib dan mitra kerja sama- sebagian mereka (memang) berbuat semena-mena terhadap sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; (namun sayangnya) amat sedikit mereka ini.” Qs Shad : 24

Seburuk-buruk tipe manusia adalah orang yang jika hatinya rakus, langsung mencuri. Jika sudah kenyang, berbuat dosa. Jika kurang puas, terus menggerogoti. Jika telah merasa tercukupi, bertindak tidak senonoh.

Termasuk kesemena-menaan yang terlampau jauh adalah memakan harta warisan milik ahli waris lainnya. Allah –Subhanahu wa Ta’ala– berfirman :

وَتَأۡكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ أَكۡلٗا لَّمّٗا [ الفجر/19]

“Dan kalian memakan harta warisan dengan cara mencampur adukkan (yang halal dan yang haram).” Qs Al-Fajr : 19

Kata “At-Turats” di sini adalah harta warisan, sedangkan “Al-Lammu” adalah upaya pengumpulan harta warisan dengan melakukan pelanggaran, sehingga orang itu selain memakan bagiannya sendiri, juga bagian warisan milik orang lain. Padahal sistem pembagian harta peninggalan itu telah diatur dalam syariat Islam sebagai putusan hukum yang adil.

Maka barangsiapa yang mengicu (mengakali) untuk menganulir (menggugurkan) putusan dan ketentuan yang ada, dengan mengubah bagian dan jatah (masing-masing ahli waris), melakukan keculasan dan kecurangan dalam pembagiannya, menghalangi salah seorang ahli waris dari haknya, menahan harta peninggalan, menyembunyikan aset-aset dan barang-barang peninggalan, lalu menyembunyikan berkas-berkas bukti harta warisan, berikut memonopoli pengelolaan dan pemanfaatannya untuk dirinya dengan memaksa ahli waris (yang berhak) untuk melepaskan bagiannya dan merasa puas dengan sebagian jatahnya, sungguh dia telah melanggar syariat Allah, ketetapan-ketetapan pembagian-Nya dan aturan-aturan hukum-Nya.

Pada akhir ayat tentang harta warisan dalam Surah An-Nisa’ Allah berfirman :

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ [ النساء / 13-14]

“Itulah ketentuan-ketentuan hukum Allah ( artinya ketentuan dan ukuran pembagian tersebut adalah keputusan dari Allah). Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya,(artinya tidak menambah jatah warisan sebagian ahli waris dan tidak pula mengurangi jatah sebagian yang lain, dengan cara mengakali atau cara apapun, namun membiarkan masing-masing menerapkan hukum Allah dalam ketentuan pembagian warisan tersebut),niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah keberuntungan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, (artinya menentang Allah dalam ketentuan pembagian harta warisan tersebut), niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” Qs An-Nisa’ :13-14

Pengkhianat zalim yang kelewat batas selalu bersikap siaga untuk memangsa hak wanita dan anak yatim, meskipun Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- sang rasul pembawa petunjuk dalam doanya telah mewanti-wanti :

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ الْيَتِيمِ وَالْمَرْأَةِ [ أخرجه ابن ماجه من حديث إبى هريرة ]

“Ya Allah sesungguhnya aku akan menjadi penghalang (bagi siapapun yang mencurangi) hak dua golongan yang lemah, yaitu; anak yatim dan wanita.” HR. Ibnu Majah dari hadis Abu Hurairah.

Wahai Anda yang mendapatkan harta warisan dengan begitu mudah! Merenunglah sejenak !

Wahai Anda yang menguasai harta warisan milik para wanita karena tergoda oleh kondisi mereka yang labil, sikap pendiam dan rasa malu.

Wahai Anda yang mendominasi harta warisan milik para wanita lajang dan anak-anak yatim karena tergoda oleh status mereka yang masih di bawah umur, atau ketidak berdayaan mereka dalam kesendirian dan hidup sebatang kara.

Sungguh celaka kedua tangan Anda…, sungguh sia-sia usaha Anda…, karena kesengsaraan akan terus menghantui Anda…

Bagaimana jiwa Anda akan tenang, sementara Anda menganeksasi harta, tanah pemukiman dan lahan garapan.

Anda telah menjerumuskan saudara-saudara Anda dan kerabat-kerabat Anda ke dalam kemiskinan dan keterlantaran…

Mana mungkin jiwa Anda bisa tenang, sementara Anda raup sendiri keuntungan tanah, hasil buah-buahan, upah, dan hak milik bangunan… lantas Anda membalas saudara-saudara Anda dan kerabat Anda dengan sikap acuh tak acuh, pengabaian, pelecehan dan penistaan. ?

Siapakah yang melegalkan Anda untuk melakukan ini semua dengan leluasa ?, melakukan dan membatalkan transaksi, mengesahkan dan menerbitkan surat-sertifikat…? Siapakah yang menyuruh Anda menahan atau melepas harta warisan?, melarang dan menggunakan sesukanya?

Celakalah dan terkutuklah Anda… Anda bukanlah siapa-siapa melainkan salah satu di antara mereka yang punya andil memiliki harta warisan itu. Anda mempunyai hak dan kewajiban sama seperti mereka.

Maka takutlah kepada Robb (Tuhan)-mu sebelum engkau tertimpa kehinaan dan kebinasaan. Hadapilah setiap persoalan menurut aturan dan ketentuan yang ada, dengan keseriusan dan ketegasan. Berikanlah hak kepada para pemiliknya dan yang berhak menerimanya. Janganlah malas, jangan menunda, jangan ragu, jangan memperlambat dan jangan bermain-main.

Sesungguhnya bencana bisa saja datang, kendala bisa melintang, dan kematian mungkin datang tiba-tiba. Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam– bersabda :

اِقْسِمُوا الْمَالَ بَيْنَ أَهْلِ الْفَرَائِضِ عَلَى كِتَابِ اللهِ، فَمَا تَرَكَتِ الْفَرَائِضُ فَلِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ

“Bagilah harta diantara ashaabul furud (yang berhak mendapat warisan berdasarkan bagian yang telah ditentukan) sesuai dengan kitabullah, dan jika masih tersisa maka berikanlah kepada lelaki yang paling dekat kekerabatannya

Saudaraku kaum Muslimin,

Wahai Anda yang memonopoli harta wakaf beserta hasilnya. Wahai Anda yang mengelola pembagian harta sedekah, harta zakat, harta warisan, dan harta-harta yang lain!

Wahai Anda yang selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun membiarkan harta tersebut tersimpan dalam lumbungnya, dalam genggaman dan tanggun jawabnya! Mengapakah Anda menahan harta itu dan membiarkannya tidak bergerak di tangan Anda?

Distribusikanlah harta-harta tersebut hari ini langsung kepada pihak yang berhak menerimanya jika memang Anda termasuk orang-orang yang takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya. Jadikanlah sunnah sebagai landasan dan pedoman bagi Anda.

Dari ‘Uqbah bin al-Haarits radhiallahu ‘anhu berkata,

صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ مُسْرِعًا فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ فَرَأَى أَنَّهُمْ عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ فَقَالَ ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِي فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ

“Aku sholat ashar di belakang Nabi –shallallahu alaihi wa sallam di Madinah, lalu Nabi salam kemudian berdiri untuk segera pergi hingga melompati punggung orang banyak. Beliau menuju ke sebuah rumah milik salah seorang istri beliau. Orang-orang pun terkejut melihat sikap beliau yang terburu-buru itu. Maka Nabi pun keluar menemui mereka dan memang beliau melihat keheranan pada mereka karena ketergesaan beliau itu, lalu beliau berkata, “Aku mengingat sepotong emas dari harta sedekah yang ada pada kami, aku tidak ingin emas tersebut mengahalangi aku ( untuk mengingat Allah). Itulah sebabnya, aku memerintahkan untuk segera dibagikan.” (HR Al-Bukhari)

Dari ‘Aisyah – radhiallahu ‘anha – berkata :

اشْتَدَّ وَجَعُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ سَبْعَةُ دَنَانِيرَ أَوْ تِسْعَةٌ، فقَالَ: «يَا عَائِشَةُ مَا فَعَلَتْ تِلْكَ الذَّهَبُ»؟ فَقُلْتُ: هِيَ عِنْدِي، قَالَ: «تَصَدَّقِي بِهَا»، قَالَتْ: فَشُغِلْتُ بِهِ، ثُمَّ، قَالَ: «يَا عَائِشَةُ مَا فَعَلَتْ تِلْكَ الذَّهَبُ»؟ فَقُلْتُ: هِيَ عِنْدِي، فقَالَ: «ائْتِنِي بِهَا»، قَالَتْ: فَجِئْتُ بِهَا، فَوَضَعَهَا فِي كَفِّهِ، ثُمَّ، قَالَ: «مَا ظَنُّ مُحَمَّدٍ أَنْ لَوْ لَقِيَ اللَّهَ وَهَذِهِ عِنْدَهُ»

“Sakit Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam– semakin keras, sementara di sisi beliau ada tujuh atau sembilan keping dinar, maka beliau berkata, “Wahai ‘Aisyah, bagaimana dengan kepingan-kepingan emas (dinar) tersebut?”. Aku berkata, “Masih ada padaku”. Beliau berkata, “Sedekahkanlah”. Aisyah berkata, “Akupun tersibukan (sehingga tidak sempat menyedekahkannya)”. Maka kemudian beliau bertanya lagi, “Wahai ‘Aisyah, bagaimana dengan kepingan-kepingan emas tersebut?”, Aku berkata, “Masih ada padaku”. Beliau berkata, “Berikanlah kepadaku emas tersebut”. Aisyah berkata, “Maka akupun membawa emas tersebut, lalu aku letakkan di telapak tangan beliau, kemudian beliau berkata, “Bagaimana persangkaan Muhammad, kalau seandainya ia bertemu dengan Allah Swt sementara emas ini masih ada padanya?” (HR Ibnu Hibbaan)

Dan dari Ummu Salamah  radhiallahu ‘anha ia berkata,

دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ سَاهِمُ الْوَجْهِ، حَسِبْتُ ذَلِكَ مِنْ وَجْعٍ، فَقُلْتُ: مَا لِي أَرَاكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ، سَاهِمَ الْوَجْهِ، قَالَ: «مِنْ أَجْلِ الدَّنَانِيرِ السَّبْعَةِ الَّتِي أَتَتْنَا الْأَمْسِ فَلَمْ نَقْسِمْهَا»

“Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam– menemuiku dalam kondisi berubah raut wajahnya, aku menyangka hal itu karena sakit, maka aku berkata, “Mengapa aku melihat raut wajahmu berubah?”, beliau berkata, “Karena tujuh kepingan dinar yang datang kepada kita kemarin, dan belum kita bagikan” (HR Ibnu Hibban)

Camkan, hanya gara-gara tujuh keping dinar saja yang belum terbagikan setelah berlalu sehari, begitu membuat raut wajah Rasulullah Muhammad Saw berubah.

Maka bertakwalah kepada Allah wahai kaum muslimin, dan lakukanlah apa yang dapat mempercepat Anda terbebas dari tanggung jawab, dan terhindar dari sikap suka menunda-nunda.

Referensi sebagai berikut ;




Tanda-tanda Orang yang Dicintai Allah Menurut Buya Yahya

Tanda-tanda Orang yang Dicintai Allah Menurut Buya Yahya, Jika Alami Dua Hal Ini Bersyukurlah, Berikut ini tanda-tanda orang yang dicintai Allah SWT. Siapa sih yang tidak ingin dicintai Allah SWT?Dicintai dan disayangi oleh Allah SWT tentu saja menjadi impian tertinggi bagi setiap hamba. Pasalnya, tidak ada rasa cinta dan sayang yang melebihi cinta dan sayang milik Allah SWT. 

Tanda-tanda Orang yang Dicintai Allah Menurut Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, sebenarnya ada beberapa hal yang jadi tanda seorang hamba dicintai Alah SWT yang dapat kita rasakan. Lantas bagaimana kita mengetahui apakah Allah SWT mencintai hambanya? Tanda-tanda Allah mencintai hambanya ini sebenarnya dapat kita rasakan sendiri, dan jika merasakan dua tanda ini dalam diri, sudah saatnya kita patut bersyukur kepada Allah SWT. 

Pertama, tandanya Allah sayang atau mencintai umatnya di dunia ini kata Buya Yahya yakni di saat Allah memudahkan untuk berbuat baik meskipun tidak direncanakan.

"Kalau Allah mencintaimu adalah disaat Allah mudahkan engkau, memudahkanmu untuk berbuat baik walaupun engkau tidak rencanakan sekalipun," kata Buya Yahya.

Tidak direncanakan untuk melakukan berbuat baik itu jadi, apalagi direncanakan. "Nggak direncanakan jadi, apalagi direncanakan," sambung Buya Yahya.

Dan jika ini pernah dialami maka itu tandanya Allah sayang dan mencintai kamu. Maka bersyukurlah. Kedua, tanda Allah Swt sedang mencintai atau sayang kepada hambanya di dunia kata Buya Yahya yakni ketika ingin melakukan keburukan atau kejahatan, ia susah untuk melakukannya.

Meskipun kejahatan atau keburukan itu sudah direncanakan dengan matang, tetapi pada akhirnya gagal terus dan tidak bisa melakukan kejahatan.

"Dan tanda Allah mencintaimu adalah disaat engkau ingin melakukan keburukan atau kejelekan. Engkau susah melakukan kejelekan, biar pun sudah direncanakan sekali pun," lanjut Buya Yahya.

Sudah merencanakan keburukan atau kejelekan tetapi ternyata gagal terus itu terjadi karena Allah sayang dan mencintai hamba tersebut.

"Sudah direncanakan gagal terus batal terus, kenapa? Karena Allah mencintainya, mencintai hamba tersebut," tutur Buya Yahya.

Dapat disimpulkan, kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya bisa dilihat dari dua hal itu. Saat Allah mudahkan untuk melakukan kebaikan dan Allah susahkan untuk melakukan keburukan atau kejelekan meskipun sudah ditentukan. Jika hal ini pernah dialami, maka itu tandanya Allah sedang menyayangi dan mencintai hambanya, maka patut bersyukurlah.

Referensi sebagai beriku ini ; 

5 Tanda Allah Sayang Pada Hamba-Nya

5 Tanda Allah Swt Sayang Pada Hamba-Nya, kamu pernah bertanya pada diri sendiri "Apakah Allah Swt mencintaiku?" Kasih sayang Allah SWT kepada para hamba-Nya berbeda dengan rasa sayang ditunjukkan oleh manusia atau sesama.

Mungkin kita tidak sadar bahwa apa yang terjadi pada kita adalah bentuk kasih sayang atau cara terbaik Allah SWT untuk menjauhkan hamba-Nya dari siksa api neraka.

Inilah lima ciri-ciri bahwa Allah sayang kepada kita sebagai berikut ini :

Dibukanya Pintu Amal Shalih Sebelum Kematian
Jika Allah Swt menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka Allah akan menjadikan hamba tersebut beramal shalih sebelum wafatnya.

Allah SWT akan senantiasa membuat hambanya bertaubat sehiangga ketika ia meninggal maka ia meninggal dalam keadaan husnul khotimah dan diampuni dosa-dosa semasa hidup di dunia

Dipercepat Sanksinya di Dunia
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hamba-Nya, Allah Swt akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah Swt membalasnya pada hari kiamat,” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Difaqihkan Dalam Urusan Agama
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud dari kafaqihan adalah pemahaman yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya sehingga ia mendapat pemahaman yang lurus terhadap Al-Qur’an dan hadits.

Kefaqihan ini berasal dari kebeningan hari dan aqidah shahih. Seseorang yang hatinya dipenuhi dengan nafsu maka ia tidak dapat memahami Al-Qur’an dan hadist.

Diberikan Ujian (Cobaan)
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah,” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Perlu diketahui musibah tidak selalu berkaitan dengan azab namun, musibah merupakan ujian bagi seorang hamba untuk menguji tingkat ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Diberikan Kesabaran
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Referensi sebagai berikut ini ;

Masihkah ada kesempatan untuk bertobat (dosa sangat banyak dan besar)

وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً

“Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS: Al-Furqan, 25: 71)

sesungguhnya, tidak ada yang setengah-setengah dalam agama, semua yang haq dan bathil telah dijelaskan secara rinci dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Karena itu, jika manusia ingin melaksanakan syari’at agama hendaknya bersikap total, sepenuhnya diamalkan.

Masihkah ada kesempatan untuk  bertobat (dosa sangat banyak dan besar)

Masalahnya, ajakan dan perintah yang cukup jelas itu kadang menjadikan makhluk yang bernama manusia tidak sempat untuk menangkap hikmah dan manfaat kini. Orang menjadi serius dengan kesibukan tertentu, dan lalai dalam melaksanakan ajakan dan perintah itu.

Di sisi lain, agama ini memberikan ‘rambu-rambu’ kehidupan yang jelas, dan larangan adalah garis yang tidak dapat diterjang oleh siapapun. Tanpa terkecuali. Betapa Islam tidak memberikan perlakuan yang bersifat ‘pilih kasih’ dalam soal tatanan dan aturan hidup.

Sering kali ungkapan yang diajukan adalah karena saya manusia, tempat lupa dan salah. Ada lagi yang menganggap mumpung masih muda, dipuas-puaskan. Yang lain lagi mengatakan bahwa saya ini sudah terlanjur banyak berbuat maksiat. Mungkin masih banyak yang ingin menunjukkan mengapa tidak segera keluar untuk menemukan jalan baru, taubat. Semakin dicari alasan semakin tidak akan pernah terjadi pertaubatan. Dan menuruti hawa nafsu tidak akan pernah ada ujungnya.

Salah dan Dosa

Menurut pandangan Islam, dosa dibagi dua; dosa besar dan dosa kecil. Allah berfirman:

إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفّر عنكم سيّئاتكم وندخلكم مدخلا كريما

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS:An-Nisa’, 4: 31)

Dalam ayat lain disebutkan:

الذين يجتنبون كبائر الإثم والفواحش إلا اللّمم إنّ ربّك واسع المغفرة

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya.” (QS: An-Najm, 53: 32)

Perbuatan dosa, baik besar maupun kecil, merupakan sebab utama kesengsaraan manusia. Dosa itu berdampak negatif pada diri pelakunya; keresahan, keterpurukan, bahaya kesehatan, akal, dan pekerjaan. Dampak lain berupa menghilangnya rasa persatuan, keguncangan maupun keributan pada masyarakat.

Hanya para Nabi dan Rasul saja yang terjaga (ma’shum). Tidak ada satu dosapun yang dilakukan oleh mereka alaihissalam. Allah Ta’ala memberikan perlakuan khusus kepada hamba-hamba-Nya itu. Jika terdapat di antara kita yang mengaku bebas dari kesalahan, sok suci, bebas dari setitik salah, tentu bukanlah pengakuan, mungkin lebih dekat kepada canda atau mengingatkan kita dengan logika terbalik. Artinya, sadar atau tidak, ya kita pernah berbuah salah.

Terdapat sebuah analogi bahwa salah itu seperti kotoran. Tergantung pada kecerdasan orang untuk dapat mengelolanya. Jika orang mampu menjadikan kesalahan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala, untuk bertaubat kepada-Nya, maka kesalahan itu sebenarnya bukan kesalahan melainkan itu bentuk saluran rahmat dari Allah.

Rasulullah Muhammad pernah bersabda “Setiap anak manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.” Hadits inilah yang dijadikan landasan untuk menyadari adanya kebaikan dari setiap keburukan, sehingga orang yang berbuat salah tidak berlama-lama menikmati kemaksiatan yang membawa kehancuran.

Argumen Itu Selalu orang bertanya tentang alasan dalam mengerjakan sesuatu, atau paling tidak orang berpikir tentang maksud ataupun tujuan melakukan hal yang diperintahkan. Tidak ada suatu perintah yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk. Semua perintah yang Allah Ta’ala tetapkan merupakan indikator adanya kemampuan makhluk untuk mengerjakannya. Pun bila terdapat larangan-Nya, sebenarnya tidak seorangpun yang tidak dapat meninggalkannya. Betapa larangan itu lebih dekat kepada hawa nafsu yang mendominasi pribadi seseorang, sehingga larangan pun diterjang.

Panggilan bertaubat sering dikumandangkan, hanya soal indera pendengaran saja yang bermasalah. Mendengar tetapi tidak fokus pada inti yang disampaikan. Mungkin bisa saja mendengar, tetapi menerima panggilan tersebut adalah soal lain.

Jika nafas masih ada, itu tandanya masih terbuka kesempatan untuk bertaubat. Jika ada yang merasa kotor, terlanjur banyak maksiat dan dosa, itu tandanya diperintahkan untuk membersihkan diri, bertaubat. Jika orang sudah tahu dirinya kotor, berlumur lumpur, lantas ‘mandi’, lalu menceburkan diri dalam kubangan lumpur, itu berarti “nekad”. Orang yang berbuat dosa dan maksiat, sudah bertaubat, lalu menjerumuskan diri lagi, ini berarti belum menyadari dan sadar diri yang sesungguhnya.

Pertanyaanya, “mengapa harus bertaubat?”. Adalah awal yang baik bagi orang yang sadar akan maksiat dan bahayanya. Kesadaran untuk menjawab pertanyaan tersebut menjadi tonggak penting dalam perubahan seseorang yang ‘biasa’ berlaku maksiat untuk berubah dan menjadi ‘diri’ yang baru.

Amru Khalid, dalam Hatta Yughayyiru ma bi Anfusihim, menyebutkan 15 efek buruk dari maksiat, di antaranya: murka Allah, kebencian orang mukmin, penghalang datangnya rezeki, penghalang memperoleh ilmu, cobaan yang berat, merasa terasing dari Allah, merasa terasing dari lingkungan, hati yang gelap dan raut muka yang suram, terhalang melakukan ketaatan, hasrat untuk mengerjakan kemaksiatan lain, kehinaan di sisi Allah, kehinaan di dalam hati, melemahkan akal, petaka akibat maksiat, dan mulut pelaku maksiat akan berkhianat pada dirinya.

Argumen yang sahih ditemukan oleh para pelaku maksiat adalah dalam firman Allah:

إنّما التوبة على الله للّذين يعملون السّوء بجهالة ثم يتوبون من قريب فأولئك يتوب الله عليهم وكان الله عليما حكيما

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah Swt taubatnya. dan Allah Swt Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’, 4: 17).

Pada ayat di atas, yang dimaksud mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan adalah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu; 2. orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak; 3. orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena dorongan hawa nafsu.

Saatnya Kembali, Dalam Al-Khathaya fi Nadzril Islam disebutkan bahwa taubat mencakup tiga syarat: (a) meninggalkan perbuatan dosa; (b) menyesali perbuatannya; (c) bertekad tidak akan melakukannya kembali. Salah satu unsur penting dalam taubat adalah adanya rasa penyesalan. Rasa penyesalan ini mempunyai pengaruh besar dalam merubah sikap seseorang dari keadaan jelek menjadi baik.

Manusia lahir dalam keadaan suci, fitrah. Jika manusia mengotori fitrahnya itu lantaran hawa nafsu yang menguasai dirinya, hingga orang lalai, salah, berbuat dosa atau maksiat, maka kesempatan untuk membersihkan diri masih terbuka dan selalu dibuka untuk siapa saja yang mau kembali, kembali ke jalan yang benar. Selama hayat masih dikandung badan, bertaubat masih diterima. Namun bila orang menunda-nunda, mengulur waktu, tidak mau bersegera untuk bertaubat, maka suatu saat nyawa akan meregang dari raga tanpa warning, dan datangnyapun tiba-tiba.

Jika panggilan taubat tidak lagi dihiraukan, waspadalah bahwa Malaikat Izrail bisa kapan saja dan dimana saja mencabut nyawa, tentunya Izrail bertindak setelah adanya instruksi Sang Khaliq. Maka waspadalah terhadap mati su’ul khatimah (akhir yang buruk).

Upaya untuk kembali ke jalan yang lurus hendaknya diupayakan semaksimal mungkin. Perjuangan untuk taubat ini mengandung nilai yang positif bagi perbaikan pribadi dan bukti penghambaan kepada Yang Maha Pengampun. Jika orang yang bertaubat sudah kembali ke dalam naungan cahaya ilahi, ia pantang kembali kepada kemaksiatan. Maka diperlukan cara jitu untuk menepis keinginan untuk bermaksiat, yaitu (i) bergaul dengan orang saleh; (ii) membiasakan diri beramal saleh. Di sinilah pentingnya lingkungan yang baik, yang mendukung berseminya kemaslahatan dan perbaikan serta kebermaknaan hidup di bawah ridha Allah Swt.

Saat ini Negara tercinta sangat dikejutkan oleh sesuatu yang sangat merusak martabat bangsa dan juga merugikan masyarakat serta juga menghilangkan harga diri dari manusia itu sendiri. Kita mungkin sangat heran bila seseorang telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan sangat merusak dirinya sendiri juga keluargaserta tanah airnyatidak bisa mengeluarkan sepatah kata maaf dan menyesali perbuatannya .

Didalam Al-qur’anAllah telah berfirman, “Katakanlah : Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya..? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini , sedangkan merekamenyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Firman Allah didalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat-103 -104).

Seperti itulah saat ini para pemimpin bangsa kita mereka seolah-olah sudah sangat berbuatkebaikan pada masyarakat tapi ternyata semua itu hanyalah suatu perbuatan yang sia-sia bagi dirinya sendiri dan juga sangat merugikan orang lain.

Saat inilah bagi para pemimpin yang telah merasa melakukan kesalahan baik secara terang-terangan atau yang masih dalam proses berbuat kesalahan cepat-cepatlahbertobat dan menghentikan segala perbuatan yang tidak baik karena cepat atau lambat seberapa pandainya menyembunyikan kesalahan akan terbuka juga, karena tidak ada sebab tanpa akibat. Perhatikan lah saat disumpah , apa yang diucapkan, dengan bersumpah atas nama Allah, bukankah pertanggungan sangat berat selain bertanggung jawab terhadap Sang pencipta juga kepada amanah yang telah diserahkan pada masyarakat untuk menjadisebagai pemegang amanat yang harus dijalankan dengan baik.

Pergunakanlah hati nurani, fahami agama yang dianut jangan hanya mengejar kehidupan duniawi yang cuma hanya sekejap , kedipan mata akhirnya musnah tanpa ada yang tersisa, buka kembali kitab suci. Berapa banyak Allah Swt, telah memberi peringatan didalam Al-Qur’an untuk menggunakan segala panca indra yang yang ada didalam tubuh manusia, seperti firmannya didalam Al-Qur’an :

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusiamereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidakdipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al’A’raaf ayat 179).

Bila sudah terlanjur melakukan kesalahan pintu taubat masih terbuka, Allah Swt  masih mau menerima taubat orang yang mau menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, dengan syarat tertentu seperti dibawah ini :

Adapun syarat diterimanya taubat, maka Asy-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi -hafizhahullah- menyebutkan ada delapan, yaitu:

Taubatnya harus ikhlas, hanya mengharapkan dengannya wajah Allah. Taubatnya bukan karena riya, bukan pula karena sum’ah (keinginan untuk didengar) dan bukan pula karena dunia.

  1. Berlepas diri dari maksiat tersebut.
  2. Menyesali dosa yang telah dia kerjakan tersebut.
  3. Bertekad untuk tidak mengulangi maksiat tersebut.
  4. mengembalikan apa yang kita zhalimi kepada pemiliknya,kalau kezhalimannya berupa darah atau harta atau kehormatan.( Maksudnya kalau kita menzhalimi seseorang pada darahnya, harta atau kehormatannya, maka kita wajib untuk meminta maaf kepadanya dan meminta kehalalan darinya atas kezhaliman kita)
  5. Bertaubat sebelum roh sampai ke tenggorokan (sakratul maut).
  6. Siksaan belum turun menimpa dirinya.
  7. Matahari belum terbit dari sebelah barat.

Semoga dengan penyesalan yang sungguh-sungguh dan taubat yang seikhlasnya segala kesalahan akan terhapus karena Allah Swt sangat sayang pada hambanya selama dia masih mau bertobat pintu maaf masih terbuka dan bila nanti nafas sudah sampai kerongkongan maka tobat pun akan ditolak.

Allah berfirman didalam Al-Qur’an : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah Swt, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Al Imran : 135 – 136).

Hanya kepadasang Maha Pencipta juga kita pasrahkan nasib bangsa tercinta, semoga para pemimpin bangsa menjadi sadar bahwa setiap insan yangada di bumi ini hanyalah seorang hamba dimata Allah Swt, yang akan di minta pertanggung jawaban atas segala apa yang dilakukan selama hidupnya.


Referensi sebagai berikut ini ;







Jangan Terlalu Sedih dan Gembira


Jangan Terlalu Sedih dan Gembira, Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (QS Al-Hadid : 22-23)

Setiap orang pernah mengalami kesedihan ketika kehilangan orang yang dicintai, barang yang dicintai ataupun saat mengalami suatu kegagalan. Sebaliknya, setiap orang merasakan kegembiraan ketika berhasil atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Kesedihan dan kegembiraan adalah bagian dari dua sisi jiwa manusia. Keduanya selalu mewarnai kehidupan dan dapat datang silih berganti dalam tempo singkat, bahkan keduanya dapat berbaur dalam satu waktu.

Kesedihan dan kegembiraan pada dasarnya pilihan dalam hidup. Misalnya ketika kita kehilangan harta, kita dapat memilih untuk bersedih atau tidak. Bila ia memilih bersedih, sejatinya kesedihan tersebut tidak lantas menyebabkan harta yang hilang kembali, malah akan menambah beban hidup.

Al-Quran menyebutkan bahwa sedih dan gembira adalah bagian dari sifat manusia. Namun, keduanya adalah menjadi ujian hidup, apakah manusia tetap bersyukur ketika diuji dengan keduanya dan tetap menjadi hamba Allah yang ikhlas?

Dalam Tafsir Maraghi dijelaskan bahwa ayat di atas menginformasikan kepada manusia bahwa segala yang menimpa manusia semuanya telah tercatat dalam ummul Kitab sebelum alam diciptakan. Allah Mengetahui apa yang telah terjadi, akan terjadi dan takkan terjadi.

Penegasan Allah Swt bahwa Dia telah mengetahui sesuatu sebelum terjadi dan mencatatnya sebelum terjadi agar manusia tidak terlalu bersedih atas sesuatu yang hilang maupun terlalu bergembira atas segala yang datang. Sehingga, Ayat ke 22-23 di atas setidaknya memberikan rambu-rambu dalam mengelola kesedihan dan kegembiraan.

Pertama, mudah dan terlalu sedih termasuk dilarang karena ia dapat menyebabkan beberapa hal antara lain, berlaru-larut dalam kesedihan disebabkan kesalahan dalam merespon suatu masalah. Selain itu, hidupnya tidah bergairah, karena memandang kehidupan secara sempit.

Ia juga dapat terjangkiti sifat rendah diri dan lemah, karena merasa terus berduka dan memandang orang lain seolah lebih beruntung. Alamat bahaya lagi jika ia putus asa, berputus asa dari rahmat Allah dan seolah tidak percaya kepada qada dan qadar (taqdir).

Padahal Allah Swt telah melarang keras manusia itu berputus asa meski ia penuh dosa. Allah berfirman, ”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar : 53)

Agar terhindar dari sikap mudah bersedih, manusia perlu membiasakan diri berpandangan positif terhadap segala musibah dengan bersabar. Ia harus senantiasa mengingat firman Allah, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah : 155).

Manusia juga harus yakin bahwa di balik musibah yang ada terdapat kemudahan dan kebaikan (Qs 35:34). Selebihnya, manusia harus selalu hidup dalam optimistis dan selalu bersandar kepada Allah. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali-Imran: 139). Sikap inilah yang akan membuat hati lapang, tidak sempit menjalani cobaan serta tak mudah putus asa.

Kedua, terlalu gembira juga termasuk hal yang dilarang. Terlalu gembira dapat dimaknai sebagai kegembiraan yang berlebihan. Larangan tersebut disebabkan terlalu gembira dapat kurang waspada (kontrol) terhadap kesalahan, lalai terhadap kebaikan, menyebabkan kesombongan, lupa diri bahwa kebahagiaan adalah ujian dari Allah dan paling akhir dapat menyebabkan seseorang melupakan Allah.

Beberapa solusi untuk menghindari sifat terlalu gembira ialah. Pertama, membiasakan diri menahan diri untuk mengekspresikan kegembiraan pada situasi yang tepat. Misalnya, tidak menunjukkan kegembiraan kala orang lain berduka. Kedua, membiasakan diri untuk tidak terlalu ekspresif. Terakhir, sadar bahwa keberhasilan ialah berkat pertolongan Allah dan melalui bantuan orang lain.

Mengenai kesedihan dan kegembiraan, Ikrimah berkata, ”Jangan terlalu larut dalam kesedihan atau kegembiraan. Akan tetapi, jadikanlah kegembiraan sebagai kesyukuran dan kesedihan sebagai kesabaran.”

Hakim berkata, ”Kesabaran itu akan mengeluarkan (seseorang) dari kecelakaan. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan kesabaran. Seseorang tidak sampai kepada kesempurnaan akhlaknya, baik berkenaan dengan harta, anak, kekuatan maupun ilmu, melainkan dengan kesabaran. Ia tidak bangga dan takjub saat berhasil mendapatkan sesuatu, serta tidak bersedih kehilangan sesuatu.”

Penutup

Sedih dan gembira adalah dua hal yang tidak bisa hilang dari kehidupan. Kesedihan yang tercela adalah yang menyebabkan hilangnya kesabaran, kepasraan pada-Nya dan harapan mendapatkan ganjaran-Nya. Sedangkan kegembiraan yang terlarang adalah yang membuat pelakunya melampaui batas dan lalai dari kesyukuran.


Referensi sebagai berikut ini ;



Karena Setiap Kita Akan Diuji


Karena Setiap Kita Akan Diuji, dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, kita senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Swt. Sementara semenjak diciptakan, tabiat dasar manusia memang tidak pernah merasa puas. Apabila diberi kesenangan, manusia lalai dan tak menentu. Sebaliknya jika diberi kesulitan, ia akan bersedih dan gundah gulana tak karuan. Padahal sejatinya bagi seorang mukmin, segala yang terjadi pada dirinya, seharusnya tetap menjadi kebaikan bagi dirinya. Begitulah keistimewaan seorang mukmin sejati. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah sabda yang diucapkan oleh pemimpin dan suri tauladan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ عجب. مَا يَقْضِي اللهُ لَهُ مِنْ قَضَاءٍ إِلاَ كَانَ خَيْرًا لَهُ, إِِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan  keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)

Benarlah, bahwasanya hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala serta tahu akan kelemahan dirinya. Tidak dipungkiri memang, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, orang yang dicinta kini telah tiada, harta benda musnah tak bersisa, berbagai agenda tertunda, bahkan segenap waktu dan perasaan tercurah untuk memikirkannya.

Hakikat Musibah

Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’li Ahkamil Qur’an, 2/175)

تُرْجَعُونَ وَإِلَيْنَا فِتْنَةً وَالْخَيْرِ بِالشَّرِّ وَنَبْلُوكُمْ الْمَوْتِ ذَائِقَةُ نَفْسٍ كُلُّ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Dunia ini adalah medan perjuangan seorang mukmin untuk menjadi sebaik-baik hamba. Allah Ta’ala berfirman :

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 1-2)

Pentingnya Istirja’ Ketika Datang Musibah

Istirja’ adalah ucapan إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُونَ yang artinya “Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”

Shahabiyah Ummu Salamah radhiyallahu’anha menyebutkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

:مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ

اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا خْلَفَ وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَ مُصِيْبَتِي إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي

“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no.918)

Kalimat istirja’ adalah obat termanjur bagi mereka yang tertimpa musibah dan paling berguna bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat karena ia mengandung dua pondasi dasar yang apabila seorang hamba merealisasikan dengan mengetahui dua pondasi tersebut, insya Allah dirinya terhibur dari musibah tersebut.

Pondasi pertama adalah hendaknya seorang hamba itu mengakui bahwa dirinya, keluarganya, harta dan anaknya pada hakikatnya adalah milik Allah Ta’ala. Dia hanya menitipkannya pada seorang hamba. Apabila Dia mengambilnya, ibarat pemilik barang mengambil barangnya yang dipinjam orang lain

Pondasi kedua adalah bahwasanya tempat kembali dan akhir perjalanan seorang hamba adalah kepada “Pemilik” yang sesungguhnya. Suatu masa, ia harus meninggalkan dunia ini di belakang punggungnya, dan datang mengharap Rabbnya di hari akhir nanti seorang diri, sebagaimana Allah Ta’ala menciptakannya pertama kali, tanpa keluarga, harta, teman.  Seseorang tidak akan membawa apapun kecuali amal kebaikan dan keburukan di akhirat nanti. Karena itu, dengan mengetahui dan menyadari keadaan seorang hamba di awal penciptaan dan di akhir kehidupan dunia, bagaimana mungkin ia akan akan bergembira atau bersedih karena berpisah dengan sesuatu yang sejatinya bukan miliknya?

Penawar Kesedihan

Sebagian orang beranggapan bahwa orang yang ditimpa musibah seperti sakit dan semisalnya adalah orang yang dimurkai Allah Ta’ala, padahal tidaklah demikian kenyataannya. Terkadang seseorang diuji dengan penyakit dan musibah padahal ia seorang yang mulia di sisi-Nya seperti para nabi, rasul dan orang shalih. Musibah yang menimpa mereka tidak lain adalah untuk mengangkat kedudukan mereka dan dibesarkannya pahala serta sebagai contoh kesabaran bagi orang yang datang setelah mereka.

Terkadang seorang diuji dengan kesenangan seperti harta yang banyak, anak-anak, istri dan lainnya, akan tetapi tidak sepantasnya dikatakan orang yang dicintai Allah Ta’ala jika tidak melakukan ketaatan kepada-Nya atau justru terlena karenanya. Orang yang mendapat berbagai kenikmatan bisa jadi memang termasuk orang yang dicintai Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya.

Seorang mukmin hendaknya yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Ta’ala niscaya akan menimpanya dan tidak meleset sedikitpun. Sedangkan apa yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya :

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikan itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Al Hadid: 22-23)

Ingatlah Saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.”(HR. Tirmidzi, shahih)

Ada Faedah di Balik Musibah

Saudaraku, sesungguhnya musibah yang menimpa, tak lain adalah sarana penggugur dosa seorang hamba, seperti yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah Swt  tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad, hasan shahih)

Allah Swt Maha Bijaksana, tiada keputusan dan ketentuan-Nya yang lepas dari hikmah. Tak terkecuali dengan perkara musibah ini. Kalaulah seandainya tidak ada faedah dari musibah ini kecuali sebagai penghapus dosa dimana itu saja sudah mencukupi, apatah lagi jika di sana ada setumpuk faedah? Subhanallah.

Terakhir, mari kita perhatikan nasihat Ibnu Qayyim rahimahullah berikut ; “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali.red). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lamu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qadir Jawaz).

Referensi sebagai berikut ini ;






Jangan Terlalu Bersedih atas Ujian yang Menimpa

Jangan Terlalu Bersedih atas Ujian yang Menimpa

Telah menjadi ketetapan dari Allah SWT bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami sakit dan musibah selama hidupnya. Allah SWT:  

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QSa al-Baqarah : 155-157). 

Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Seringkali kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir Allah. 

Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu. Padahal apabila mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka, insya Allah, sakit dan musibah terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT. 

Hikmah di balik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari 5660 dan Muslim: 2571). 

“Tidaklah seseorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.”  (HR Bukhari: 5641).

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (HR Muslim: 2573). 

“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga dia menghapuskan setiap dosa darinya”. (HR al-Hakim I/348). 

“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya.” (HR Muslim: 2572) 

Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah SWT dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya. 

Sakit dan musibah juga diharapkan mampu menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah, karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta, untuk kembali mengingat Robb-nya.

Karena jika Allah Swt mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah yang bersangkutan merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di hadapan Allah SWT, sehingga dia kembali kepada Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.  

Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba bahwasanya dia sangat membutuhkan Allah SWT. Tidak sesaatpun melainkan dia butuh kepada-Nya, sehingga dia akan selalu tergantung kepada Rabb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada Allah SWT.


Referensi sebagai berikut ini ;



Bersedihlah Jika Bersedihmu Membawa Pahala


Manusia mana yang tidak pernah bersedih dalam kehidupan? Bahkan Rasulullah SAW pun juga pernah bersedih. Ingatkah kalian bahwa sesedih apapun kalian, kehidupan akan terus berjalan? Dan ingatkah kalian bahwa satu-satunya yang tidak akan meninggalkan kalian hanya Allah SWT?

Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin meyakinkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Ya, kebahagiaan adalah hal yang semu, begitu pula dengan kesedihan. Ada banyak sekali firman Allah yang jika ditafsirkan akan menjadi obat hati saat gelisah. Namun, terkadang kita terburu-buru menyalahkan keadaan. Coba resapi firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Ali’Imran : 139!

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِينَ

Artinya :
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).

Dalam ayat tersebut kita pasti akan mengartikan bahwa Allah melarang kita bersedih. Padalah ayat tersebut memiliki makna bahwa sedih tidaklah bisa mendatangkan manfaat, tidak pula menolak bahaya. Jadi, kadang sedih itu tidak bermanfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat tentu tidak diperintahkan oleh Allah. Dan sebaiknya kita tidak berlarut dalam kesedihan, karena kita adalah orang yang beriman.

Meskipun demikian, Allah tetap bersama kita. Dalam situasi apapun, Allah akan tetap bersama kita. Sebagaimana firman Allah Surah At-Taubah : 40

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا….

Artinya :
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita…” (QS. At Taubah: 40).
 Jadi jangan lupa tetap mengingat Allah Swt dalam kondisi apapun.

Tahukah kalian bahwa Allah juga menyiapkan pahala bagi suatu kesedihan? Apakah kesedihan yang dapat berbuah pahala? Perhatikan baik-baik ya!

Ada kesedihan yang berbuah pahala dan terpuji. Dari sisi lain yang dinilai berpahala, bukan dari sedih itu sendiri. Misalnya adalah sedih karena musibah menimpa agamanya dan sedih karena musibah yang menimpa banyak kaum muslimin. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada kebaikan dan membenci kejelekan. Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan jihad, tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan mudhorot (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan dosa yang hilang karena kesedihannya. Jangan bersedih untuk hal-hal yang tidak dipentingkan ya. (QS. Yunus 10: Ayat 65)

وَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘ إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا ۚ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya :
“(Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka) terhadap dirimu, seperti perkataan mereka, Engkau adalah bukan utusan Allah, dan lain sebagainya. (Sesungguhnya) huruf inna di sini merupakan pertanda isti’naf atau kalimat baru (kekuatan itu) kekuatan (adalah kepunyaan Allah seluruhnya. Dialah Yang Maha Mendengar) semua perkataan (lagi Maha Mengetahui) semua perbuatan, maka karenanya Dia membalas perbuatan mereka dan menolong kamu.”

Referensi sebagai beriku ini ;



Jangan Bersedih, Al Qur'an melarang larut dalam kesedihan

Jangan Bersedih, Al Qur'an melarang larut dalam kesedihan

Rasa sedih merupakan hal yang wajar ada pada diri manusia. Ini merupakan hal yang manusiawi. Karena, sesungguhnya, selama seseorang masih dalam kehidupan di dunia, maka tidak akan pernah bebas dari kesedihan.

Imam Al-Ghazali menyebut bahwa kesedihan pada diri seseorang biasanya karena tiga hal. Pertama, karena menginginkan sesuatu yang tidak tercapai. Kedua, karena kehilangan sesuatu. Dan ketiga, karena takut akan masa depan.

Melalui ayat Al-Qur'an, Allah SWT tegas melarang manusia untuk larut dalam kesedihan. Karena, rasa sedih hanya akan membuat seseorang terus menerus down dan tidak semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Adapun ayat tentang larangan bersedih dalam Al-Quran adalah sebagai berikut,

Pertama, surah Ali Imran 3: 139,

Artinya: “Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Kedua, surah An-Nahl 16 : 127     ,وَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ

Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”

Ketiga, surah At-Taubah 9: 40,

asa sedih merupakan hal yang wajar ada pada diri manusia. Ini merupakan hal yang manusiawi. Karena, sesungguhnya, selama seseorang masih dalam kehidupan di dunia, maka tidak akan pernah bebas dari kesedihan.

Imam Al-Ghazali menyebut bahwa kesedihan pada diri seseorang biasanya karena tiga hal. Pertama, karena menginginkan sesuatu yang tidak tercapai. Kedua, karena kehilangan sesuatu. Dan ketiga, karena takut akan masa depan.

Melalui ayat Al-Qur'an, Allah SWT tegas melarang manusia untuk larut dalam kesedihan. Karena, rasa sedih hanya akan membuat seseorang terus menerus down dan tidak semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Referensi sebagai berikut ini ;



Kesedihan yang berlarut-larut dapat menimbulkan banyak penyakit

Kesedihan yang berlarut-larut dapat menimbulkan banyak penyakit

Putus cinta atau gagal mencapai sesuatu, jangan bersedih terlalu lama. Pasalnya, kesedihan yang berlarut-larut akan merugikan kesehatan Anda. Anda pasti sudah mendengar bahwa depresi dapat memicu berbagai penyakit seperti gangguan jantung, diabetes dan gangguan panik. Lalu bagaimana dengan kesedihan seperti putus pacar, dompet hilang, atau berkelahi dengan teman? Bisakah kesedihan seperti itu, yang bukan depresi, mengganggu kesehatan juga, sebuah penelitian menyebutkan bahwa perasaan sedih bisa mengubah level senyawa kimia yang berhubungan dengan stres, di otak. 

Senyawa ini meningkatkan protein penyebab radang di dalam darah, meningkatkan risiko sakit jantung, stroke dan sindrom metabolisme. Saat Anda sedih, senyawa kimia di otak yang bernama opioid akan naik dan mengacaukan sistem imun dan berpotensi meningkatkan risiko berbagai penyakit, kata Alan Prossin, penulis utama penelitian dan asisten profesor. Di dalam studinya, Alan menemukan bahwa terkadang opioid memicu pelepasan protein penyebab radang yang bernama IL-18 seperti dijelaskan di atas. 

Meski kesedihan tidak sama demgan depresi, tapi kesedihan juga dapat mengganggu seluruh fungsi tubuh, Kesedihan juga dapat menaikkan kadar hormon stres bernama kortisol, yang dapat mengacaukan gula darah, tekanan darah dan kualitas tidur. Untungnya, ada cara sederhana mengatasi itu semua. Perubahan kecil di sana- sini, seperti meditasi, olahraga, hang out bersama teman, secara bertahap akan dapat menetralisir efek negatif kesedihan, kata Alan. Jadi ingat, jangan terlalu meratapi nasib buruk.


Referensi sebagai berikut ini ;


Jangan Biarkan Berlarut-larut dalam Perasaan Sedih, 4 Tips Mengatasinya sebagai berikut

Jangan Biarkan Berlarut-larut dalam Perasaan Sedih, 4 Tips Mengatasinya sebagai berikut

Perasaan sedih adalah bagian dari emosi yang terdapat atau dirasakan oleh setiap manusia. Sangatlah wajar ketika seseorang mengalami perasaan sedih, asalkan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Rasa sedih dapat datang kapan saja tidak mengenal waktu. Contohnya, saat seseorang merasa stres dengan kehidupan atau ada masalah yang menimpa dirinya. Menangis bisa menjadi respona dari rasa sedih tersebut, yang dirasakan setiap individu. Biasannya, dengan menangis maka perasaan sedih dapat sedikit sirna.

1. Mendengarkan Lagu

Saat merasakan perasaan sedih, biasannya terlintas di pikiran kita untuk larut dalam perasaan tersebut. Supaya semakin merasa relate dengan perasaan yang sedang dialami, beberapa orang akan memilih mendengarkan lagu-lagu yang mellow atau easy listening. Bahkan ada yang punya lagu-lagu favorit untuk menenangkan hati dari perasaan sedih.

Tidak cukup sampai di situ saja, memilih lagu yang cocok dan pas dengan suasana hati juga harus diiringi dengan liriknya. Karena dengan mendengarkan lagu, kita dapat  lebih aware terhadap diri sendiri sehingga memahami perasaan jauh lebih dalam.

2. Menonton Video Lucu

Perasaan sedih biasannya akan terbantu jika kita merasakan emosi lain yaitu senang dan tertawa. Ketika mengingat bahwa perasaan sedih tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, mungkin kita akan mengalihkannya dengan hal-hal yang menyenangkan.

Aktivitas yang bisa dilakukan contohnya seperti mencari atau menonton video-video lucu yang dapat membuat tertawa atau menonton film-film yang ber-genre komedi. Dengan begitu, perasaan bahagia akan tumbuh. Biasannya seseorang menjadi termotivasi untuk bangkit dan tidak membiarkan diri sendiri terus terlena dengan perasaan sedih tersebut.

3. Menulis Jurnal atau Diary

Menulis jurnal maupun diary dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Entah itu tulisan tangan atau menulis di smarthphone, bahkan di laptop sekalipun. Menulis jurnal atau diary dapat mengatasi kegundahan hati, baik itu ketika kita bahagia, marah, maupun perasaan sedih.

Menuliskan emosi yang sedang dirasakan juga merupakan sebuah self awareness, sehingga kita mengakui emosi-emosi tersebut. Sebab dengan mengakui emosi-emosi tersebut, seseorang dapat lebih berdamai dengan dirinya sendiri.

4. Curhat ke Orang yang dapat Dipercaya

Jangan biarkan Anda terus-terusan berlarut-larut terperangkap dalam perasaan sedih. Tidak ada salahnya beralih ke orang yang Anda percayai untuk mengurangi beban di hati, sekaligus mencari pencerahan atas masalah. Anda bisa berbagi keluh kesah kehidupan dengan orangtua, pasangan, bahkan sahabat terdekat.

Orang-orang yang peduli dengan Anda akan berusaha sekuat tenaga untuk menghibur dan mengalihkan pikiran dari perasaan sedih. Maka dari itu, jangan ragu untuk meminta bantuan ke orang-orang terdekat.


Referensi sebagai beriku ini ;






5 Cara menghilangkan kesedihan menurut Islam

5 Cara menghilangkan kesedihan menurut Islam

Kesedihan menjadi sifat alami yang dimiliki manusia, kesedihan biasanya muncul akibat dari menerima keadaan seperti kegagalan, kecewa, kehilangan, stress sampai patah hati. Bagaimanakah cara kesedihan menurut Islammenghilangkan kesedihan menurut Islam. Sebagai respon kesedihannya biasanya orang akan menangis, tetapi orang menangis belum tentu akan merasakan sedih. Mungkin bisa jadi disebabkan perasaan terharu atau senang. Bersedih diperbolehkan, bahkan akan memiliki dampak baik bagi tubuh karena dengan meluapkan emosi yang terpe ndam akan dapat membersihkan racun. Akan tetapi, kesedihan juga bisa berdampak buruk jika dirasakan terlalu berlarut-larut.

Islam tidak memperbolehkan jika merasakan sedih hingga berlarut-larut, karena dari kesedihan yang berlarut-larut sampai menangis berhari-hari tanpa henti akan dapat melukai diri sendiri sampai lupa untuk beribadah pada Allah. Lalu bagaimana cara mengatasi kesedihan. Cara kesedihan menurut Islam menghilangkan kesedihan menurut Islam.-

1. Selalu ingat bahwa Allah Swt bersama kita

Tidak perlu untuk terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, selalu ingatlah bahwa Allah SWT selalu bersama kita. Semua yang telah terlewati dan kejadian yang akan dating itu sudah dalam ketentuan dan kehendak-Nya karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Dia Maha Penyayang  dan Maha Pengasih. Percayalah bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan, dengan selalu mengingat-Nya maka akan membuat hati menjadi tenteram. Sebagaimana dalam firman-Nya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28)

2. Istigfar

Ketika seseorang sedang dilanda kesedihan dan emosi, disaranan untuk beristigfar. Karena dengan beristigfar akan dapat menenangkan hati yang sedang kacau, seperti bersedih.

3. Salat

Salat menjadi bentuk komunikasi kita kepada Allah SWT, apalagi ketika sedang memiliki masalah menjadi hal yang tepat bagi kita untuk mengadukannya kepada Allah. Dengan melaksanakan salat fardhu maupun sunah sebagai wujud komunikasi manusia pada Tuhannya, akan menjadi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Selain itu, juga dapat membuat hati menjadi lebih tenang.

4. Berdzikir dan berdoa, sebagai media komunikasi kepada Allah SWT

Dengan berdzikir seseorang akan selalu mengingat Allah dan membuat hati tenang. Adapun dzikir yang dapat dilakukan adalah “laa Haula wala quwwata Illa Billah” dan “hasbunallah wa ni’mal waqil.”  berdoa pun juga sebagai media komunikasi untuk curhat, bercerita tentang semua keluh kesah yang sedang dirasakan. Kedua hal tersebut sebagai media komunikasi seorang hamba kepada Tuhannya untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT.

5. Membaca Al Qur’an

Membaca Al Qur’an menjadi salah satu cara menghilangkan kesedihan,  dapat dibaca kapan saja. Baik ketika sedang merasa senang ataupun sedih, baik saat merasa lapag ataupun sulit. Selain mendapat pahala, juga akan membuat hati tenang dan rasa sedih yang sedang dirasa akan dapat terobati dengan membaca Al Qur’an. Itu tadi beberapa cara menghilangkan stress menurut Islam. Semoga bermanfaat.


Referensi sebagai berikut ini ;