This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Rabu, 03 Agustus 2022

Doa agar Terhindar dari Orang Zalim atau Jahat

Doa agar Terhindar dari Orang Zalim atau Jahat. Perilaku setiap manusia memang berbeda-beda. Ada yang tampak baik di depan kita, namun ternyata jahat di belakang, maupun sebaliknya.

Jangan sampai kita bertemu orang yang sudah punya niat awal jahat, mungkin orang tersebut adalah teman kita, keluarga, bahkan mantan pasangan.

Penting juga untuk kita mengamalkan beberapa doa dalam ajaran agama Islam. Tujuannya agar terhindar dari perilaku jahat orang-orang serta meminta pertolongan kepada Allah.

1. Membaca Surat Al-Qashash ayat 21

Perlu diketahui bahwa ayat ini mengisahkan tentang Nabi Musa AS yang meminta pertolongan Allah untuk menyelamatkannya dari Firaun. Berikut bacaannya:

Rabbi najjini minal qaumidhalimin

Secara lengkapnya untuk mengetahui kisah Nabi Musa AS pada masa itu, tertuang dalam surat Al-Qashash ayat 21:

Fa kharaja min-ha kha'ifay yataraqqabu qala rabbi najjini minal-qaumiz-zalimin

Artinya:

“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.”

2. Berzikir kepada Allah saat pagi hari agar terhindar dari segala bahaya

Freepik

Zikir berarti cara umat Islam untuk terus mengingat Allah. Dengan zikir juga, manusia pun bisa meminta pertolongan kepada Allah dari marabahaya.

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim

Artinya:

“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Baca ini sebanyak tiga kali di waktu pagi hari dan sore hari menuju malam. Sertakan juga membaca ayat kursi, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas sebanyak tiga kali.

3. Doa terhindar dari perilaku zalim orang lain

Ketika dihadapkan dengan orang jahat yang mengganggu ketentraman hidup kita, tak ada salahnya membaca doa untuk mengusir mereka dengan doa berikut ini:

Allohumma ya munazzilal kitab, wa mujriyas sahab, wa hazimal ahzab, ihzimhum wanshurna ‘alaihim

Artinya:

“Ya Allah, wahai Dzat yang menurunkan Alquran berangsur-angsur, penggerak awan, pengusir kelompok (jahat), usirlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.”

Doa ini juga pernah dibaca oleh Rasulullah SAW agar terhindar dari gangguan musuh beliau serta orang jahat yang ingin mencelakakan.

4. Doa meminta keselamatan selama di dunia dan akhirat

Selain meminta pertolongan untuk dijauhkan dari orang jahat, tak ada salahnya juga untuk membaca doa meminta keselamatan selama di dunia dan akhirat.

Allahumma innaa nas-aluka salaamatan fid diini wa 'afiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil 'ilmi wa barokatan fir rizqi wa taubatan qablal mauti wa rohmatan 'indal mauti wa maghfirotan ba'dal mauti,

allahummaa hawwin 'alainaa fil sakaraatil mauti wannajaata minan naari wal 'afwa 'indal hisaabi, rabbanaa laa tuzigh quluubana ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa mil ladunka rahma, innaka antal wahhaab, rabbanaa aatinaa fiddunnyaa hasanah, wa fil akhirati hasanah waqinaa 'adzaa ban naar

Artinya:

“Ya Allah kami memohon kepadaMu keselamatan dalam agama dan kesejahteraan/kesegaran pada tubuh dan penambahan ilmu, dan keberkahan rizqi, serta taubat sebelum mati dan rahman di waktu mati, dan keampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami saat pencabutan nyawa selamat dari api neraka dan mendapat kemaafan ketika amal diperhitungkan. Ya Allah, janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka."

5. Membaca Surat Yunus ayat 85

Selain meminta pertolongan dari orang jahat, kita juga mesti berdoa agar terhidar dari fitnah yang kejam oleh orang-orang yang zalim.

Fa qalu 'alallahi tawakkalna, rabbana la taj'alna fitnatal lil-qaumiz-zalimin

Artinya:

“Lalu mereka berkata: "Kepada Allah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.”

Semoga doa di atas bisa diamalkan selalu ya, Ma. Apalagi kita tidak tahu kapan orang jahat datang, maka mesti membentengi diri dengan perilaku baik dan doa kepada Allah.

Referensi : Doa agar Terhindar dari Orang Zalim atau Jahat











Do'a Ini Ketika Dizalimi

Setiap manusia pasti tidak ingin dizalimi atau dianiaya. Namun, mereka yang teraniaya, baik lahir maupun batin, akan mendapatkan keistimewaan oleh Allah SWT, yaitu mengabulkan semua doa hambanya yang bertakwa.

Allah SWT sangat tidak menyukai mereka yang suka menganiaya orang lain. Sebab, perbuatan zalim dapat diartikan juga dengan memcelakakan orang lain dan tidak dibenarkan apa pun tujuan atau alasannya dalam Islam.

Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syura ayat 42 yang artinya:

"Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih."

Perbuatan-perbuatan jahat seperti itu tentu akan merugikan kita di akhirat kelak. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk menjauhkan diri dari perbuatan tersebut.

Nah, untuk mereka yang mengalami hal tidak menyenangkan ini alias dianiaya atau dizalimi, yuk baca doa berikut seperti yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 250.

Bismillahirrahmanirrahim

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Robbanaa Afrigh ‘Alainaa Shobron wa Tsabbit Aqdaamanaa wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.

Artinya: Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Begitulah doa yang bisa kamu panjatkan ketika dizalimi oleh orang lain.

Referensi : Do'a Ini Ketika Dizalimi 








Pernah Dizalimi sama Orang? Amalkan 3 Doa ini Segera, Agar Datang Keajaiban

 Musibah yang paling tidak enak dirasakan oleh manusia adalah dizalimi. Apalagi jika perilaku itu diprediksikan kepada kita atau keluarga kita oleh banyak masyarakat.

Kejamnya perbuatan kezaliman, Islam melarang umatnya untuk melakukan hal tersebut. Karena hanya akan merugikan banyak orang. Tidak hanya diri orang yang dizalimi, tetapi juga masyarakat secara luas.

Orang yang terzalimi doanya mustajab. Rasulullah SAW bersabda:

ثَلَاثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ : وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Artinya: "Ada tiga golongan manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doanya orang yang dizalimi. Allah akan mengangkat doanya sampai di atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit untuknya, dan Allah berfirman : Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu meskipun tidak serta merta."(HR. Tirmidzi).

Adapun 3 doa yang dapat diamalkan bagi Anda yang merasa dizalimi adalah sebagai berikut:

Doa saat Dizalimi:

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Robbanaa Afrigh ‘Alainaa Shobron wa Tsabbit Aqdaamanaa wanshurnaa ‘Alal Qoumil Kaafiriin.

Artinya: "Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."

Doa Taubat Setelah Berbuat Zalim:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamna lanakuunanna minal khosirin

Artinya, “Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dhalim terhadap diri-diri kami. Dan jika Engkau tidak memberi ampunan untuk kami dan merahmati kami, sungguh benar-benar kami menjadi termasuk dari golongan orang-orang yang rugi.”

Doa Minta Ampunan atas Kezaliman:

رَبِّ اِنِّىۡۤ اَعُوۡذُ بِكَ اَنۡ اَسۡــَٔلَكَ مَا لَـيۡسَ لِىۡ بِهٖ عِلۡمٌ‌ؕ وَاِلَّا تَغۡفِرۡ لِىۡ وَتَرۡحَمۡنِىۡۤ اَكُنۡ مِّنَ الۡخٰسِرِيۡنَ

Robbi inni audzubika an as alaka maa laisalli bihi ilmun wa illam tagfirli watarhamni akum minal khosirin“ (surat Hud; 47)

Artinya: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasih niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."

baca dan hafalkan doa-doa di atas saat Anda dizalimi oleh orang lain. Jangan pernah dendam ingin membalas seperti apa yang mereka lakukan. Perbanyaklah doa saat Anda tertimpa kezaliman, insya Allah Swt doa Anda mustajab. Allah akan menolong mereka yang sabar dan terus mau berdoa. 

Referensi : Pernah Dizalimi sama Orang? Amalkan 3 Doa ini Segera, Agar Datang Keajaiban











Para Nabi juga memanjatkan do'a terhindar dari orang-orang yang zalim

Terhindar dari orang zalim merupakan salah satu rahmat yang diberikan Allah SWT. Ini menjadi berkah bagi dirinya dan hendaknya sorang hamba senantiasa berdoa agar terhindar dari orang-orang zalim.

Nabi Musa 

Nabi Musa meminta kepada Allah untuk menyelamatkannya dari Firaun dengan doa: 

رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ 

Rabbi najjini minal qaumidhalimin. "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim." (QS al-Qashash: 21). 

Kemudian, Allah menyelamatkan Nabi Musa. Hal ini sama dengan nabi lainnya ketika berada dalam keadaan bahaya. Allah berfirman:

ثُمَّ نُنَجِّىۡ رُسُلَنَا وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا‌ كَذٰلِكَ‌ۚ حَقًّا عَلَيۡنَا نُـنۡجِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ 

"Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban Kami menyelamatkan orang yang beriman." (QS Yunus: 103).

Nabi Luth 

Allah juga menjelaskan kisah Nabi Luth dalam Alquran, beliau berdoa agar terhindar dari orang zalim: 

رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ 

(Luth berdoa), "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan." (QS as-Syu’ara’: 169). 

Nabi Hud 

Nabi Hud meminta pertolongan kepada Allah SWT agar terhindar dari orang zalim, doanya sebagai berikut:

قَالَ رَبِّ انصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ  

"Dia (Hud) berdoa: Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku." (QS al-Muminun: 39).

Nabi Muhammad SAW 

Tak hanya para nabi dan rasul terdahulu, Rasulullah Muhammad SAW juga meminta pertolongan selamat dari orang-orang yang zalim. Dari Jabir RA, Rasulullah berdoa:

 اَللَّهُمَ أَصْلِحْ لِي سَمْعِي وَبَصَرِي وَاجْعَلْهُمَا الْوَارِثَيْنِ مِنِّي وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ ظَلَمَنِي وَأَرِنِي مِنْهُ ثَأْرِي  

"Ya Allah, perbaikilah pendengaran saya dan penglihatan saya, dan jadikanlah keduanya yang mewarisi diri saya dan tolonglah saya terhadap orang yang menganiaya saya, dan perlihatkan pembalasan saya kepadanya." ( HR Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad). 

Kemudian disebutkan, jarang Rasulullah berdiri dari majelis kecuali beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya: 

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

"Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada Surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami." (HR Tirmidzi).

Referensi : Para Nabi juga memanjatkan do'a terhindar dari orang-orang yang zalim









Dahsyatnya Do'a Orang yang Terzalimi

Dahsyatnya Do'a Orang yang Terzalimi. Allah SWT berjanji akan mengkabulkan doa orang-orang yang dizalimi meskipun dia adalah orang kafir sekali pun. Doa orang yang terzalimi tersebut pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW. اتّقوا دعوة المظلوم، وإن كان كافراً، فإنّه ليس دونها حِجاب

“Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah,” (Musnad Ahmad, sanad hasan).

Talal Mashaal menjelaskan Allah SWT menjadikan doa sebagai senjata mereka yang terzalimi untuk mengangkat kezaliman atas dirinya dengan pertolongan Allah, juga membalas orang yang menzalimi. Doa orang yang terzalimi dianggap sebagai urusan penting di atas langit.

Rasulullah SAW bersabda,

وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَوَاتِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي، لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

“Doa orang yang terzalimi di bawa ke atas awan, dibukakan untuknya pintu langit, maka Tuhan-pun berkata: Dengan kemuliaaan-Ku dan kebesaran-Ku, Aku pasti akan menolongmu, walaupun nanti.”

Hal itu disebabkan karena saat orang terzalimi yang hatinya hancur berdoa, dia berdoa dalam keadaan sangat membutuhkan, mendesak, sekaligus merendahkan diri di hadapan Allah semata, posisinya lemah, dia tidak memiliki penolong lain selain Allah demi memutus tali kezaliman atas dirinya.

Referensi : Dahsyatnya Do'a Orang yang Terzalimi







D'oa Memohon Ampunan Atas Segala Kezaliman yang sudah terlanjur di perbuat

Doa ini bagus sekali diamalkan dan dihafalkan, karena berisi permintaan ampunan kepada Allah atas segala kezaliman. Doa ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sahabat yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq.Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa)

Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ajarkanlah kepadaku satu doa yang bisa kubaca di dalam shalatku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Katakanlah: ALLOOHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIROO WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA, FAGHFIR LII MAGHFIROTAN MIN ‘INDIK, WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR ROHIIM. (Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang besar. Tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. Ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu. Kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 834 dan Muslim, no. 2705)

Di dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dan di dalam rumahku.” Diriwayatkan juga (dengan lafal), “Kezaliman yang banyak.” Diriwayatkan juga dengan lafal, “Kezaliman yang besar”, yaitu dengan tsa’ mutsalatsah dan ba’ muwahhadah. Maka boleh juga dengan disatukan antara keduanya sehingga bisa dikatakan, “Kezaliman yang besar dan banyak.”

Keterangan : 

Do'a INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIROO, artinya: aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang besar. Maksud zalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Kezaliman yang paling besar adalah syirik kepada Allah, di bawahnya adalah dosa besar dan dosa kecil.

FAGHFIR LII, artinya ampunilah aku. Maksudnya, tutupilah dosa-dosaku. Maghfar itu berasal dari sesuatu yang diletakkan di kepala pasukan perang untuk melindungi kepalanya.

AL-GHOFUUR, artinya Maha Pengampun. Al-Ghafuur adalah di antara asmaul husna, merupakan kata mubalaghah, artinya Allah itu terus menutupi dosa yang dilakukan oleh hamba dan memaafkannya.

AR-ROHIIM, artinya Maha Penyayang. Ar-Rahiim juga di antara asmaul husna yang menunjukkan rahmat yang banyak, dan begitu sayangnya Allah kepada hamba-Nya yang beriman.

Faedah 

  1. Hadits Pertama: Dianjurkan untuk membaca doa ini sebelum salam. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan bahwa doa ini bisa jadi dibaca ketika sujud atau setelah tasyahud akhir (sebelum salam).
  2. Kedua: Setiap orang pasti memiliki kekurangan, sampai pula pada orang yang disifati Shiddiq semacam Abu Bakar. 
  3. Oleh karena itu, tidak selayaknya seorang pun lalai dari beristighfar atau memohon ampunan kepada Allah.
  4. Ketiga: Ketika bertaubat dan memohon ampunan Allah hendaklah disertai dengan mengakui setiap dosa yang telah dilakukan.
  5. Keempat: Dianjurkannya mencari ilmu dari orang alim sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  6. Kelima: Hendaklah ketika memulai doa dimulai dengan pengakuan terhadap keadaan dirinya yang faqir (butuh pada Allah) dan penuh dosa. Inilah di antara wasilah dalam berdoa. Sebagaimana pula dilakukan oleh Nabi Musa ‘alaihis salamsebagaimana disebutkan dalam ayat, Artinya, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat faqir yaitu memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashshash: 24).
  7. Keenam: Yang mengampuni dosa hanyalah Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,Artinya, “Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?” (QS. Ali Imron: 135).Seandainya seluruh manusia bersatu untuk mengampuni satu dosa saja dari seorang hamba, tentu mereka tidak mampu. Karena yang mengampuni dosa hanyalah Allah.
  8. Ketujuh: Meminta ampunan dan rahmat Allah berkaitan dengan nama Allah Al-Ghofur (Maha Pengampun) dan Ar-Rohiim (Maha Penyayang). Oleh karena itu, ketika berdoa hendaklah permintaan dalam doa tersebut disesuaikan dengan nama dan sifat Allah yang sesuai.

Referensi : D'oa Memohon Ampunan Atas Segala Kezaliman yang sudah terlanjur di perbuat













Sesungguhnya Allah Swt Mengharamkan Kezaliman

Sesungguhnya Allah Swt Mengharamkan Kezaliman. Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah ‘azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman:

"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya".

Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.

Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.

"Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah Swt dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim).

Referensi : Sesungguhnya Allah Swt Mengharamkan Kezaliman 















Larangan untuk berbuat zalim

Hadis: "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram atas kamu sekalian, maka janganlah kamu sekalian saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekalian itu sesat, kecuali yang Ku-beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian."

عن أبي ذر الغفاري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- فيما يرويه عن ربه: «يا عبادي، إني حرَّمتُ الظلمَ على نفسي وجعلتُه بينكم محرَّمًا فلا تَظَالموا، يا عبادي، كلكم ضالٌّ إلا من هديتُه فاستهدوني أَهْدَكِم، يا عبادي، كلكم جائِعٌ إلا من أطعمته فاستطعموني أطعمكم، يا عبادي، كلكم عارٍ إلا من كسوتُه فاسْتَكْسُوني أَكْسُكُم، يا عبادي، إنكم تُخطئون بالليل والنهار وأنا أغفر الذنوبَ جميعًا فاستغفروني أغفرْ لكم، ياعبادي، إنكم لن تَبلغوا ضَرِّي فتَضُرُّونِي ولن تَبْلُغوا نَفْعِي فتَنْفَعُوني، يا عبادي، لو أن أولَكم وآخِرَكم وإنسَكم وجِنَّكم كانوا على أتْقَى قلبِ رجلٍ واحد منكم ما زاد ذلك في ملكي شيئًا، يا عبادي، لو أن أوَّلَكم وآخِرَكم وإنسَكم وجِنَّكم كانوا على أفْجَرِ قلب رجل واحد منكم ما نقص ذلك من ملكي شيئًا، يا عبادي، لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم قاموا في صَعِيدٍ واحد فسألوني فأعطيت كلَّ واحدٍ مسألتَه ما نقص ذلك مما عندي إلا كما يَنْقُصُ المِخْيَطُ إذا أُدخل البحر، يا عبادي، إنما هي أعمالكم أُحْصِيها لكم ثم أُوَفِّيكُم إياها فمن وجد خيرًا فليحمد الله ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نفسه».  

Abu Żarr Al-Gifāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya: "Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram atas kamu sekalian; maka janganlah kamu sekalian saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian itu sesat, kecuali yang Aku beri petunjuk; maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian itu lapar, kecuali yang Aku beri makan; maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian; maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian itu selalu melakukan kesalahan di waktu siang dan malam, sedangkan Aku mengampuni semua dosa; maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kamu sekalian tidak akan bisa menimpakan mudarat kepada-Ku sehingga dapat membahayakan-Ku, dan kamu sekalian tidak akan bisa memberi manfaat kepada-Ku sehingga bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Jika kamu sekalian yang awal hingga yang akhir, baik dari bangsa manusia maupun dari bangsa jin, bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kamu sekalian, maka hal itu tidak akan menambah sedikit pun pada kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Jika kamu sekalian yang awal hingga yang akhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berkumpul di satu tempat yang luas dan memohon kepada-Ku, kemudian Aku mengabulkan permohonan mereka, maka hal itu tidak akan mengurangi kekayaan yang Aku miliki, melainkan seperti jarum yang dicelupkan ke laut dan diangkat lagi. Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mencatat amal perbuatanmu dan Aku membalasnya, maka siapa yang mendapat kebaikan, maka hendaklah memuji Allah, dan siapa yang mendapat selain itu, maka hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendiri." (Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim).

Hadis qudsi ini yang mencakup berbagai faedah besar dalam pokok-pokok agama, cabang-cabangnya, dan adab-adabnya, menunjukkan kepada kita bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah mengharamkan kezaliman kepada diri-Nya sebagai keutamaan dan kebajikan dari-Nya untuk para hamba-Nya. Dia menjadikan kezaliman haram di antara para makhluk-Nya, karena itu seseorang tidak boleh menzalimi orang lain. Dan sesungguhnya manusia itu seluruhnya tersesat dari jalan kebenaran, kecuali dengan adanya hidayah dan taufik dari Allah; siapa yang memohon pada Allah, niscaya Dia memberinya taufik dan hidayah itu. Sesungguhnya makhluk itu fakir kepada Allah dan membutuhkan-Nya; siapa yang memohon kepada Allah, niscaya Allah memenuhi kebutuhannya dan mencukupinya. Sesungguhnya mereka itu berbuat dosa di malam dan siang hari, sedangkan Allah -Ta'ālā- menutupi dan memberikan ampunan ketika seorang hamba memohon ampunan. Sesungguhnya mereka itu tidak akan mampu -meskipun telah berusaha dengan ucapan dan perbuatan- untuk membahayakan Allah atau memberikan manfaat untuk-Nya dengan sesuatu. Sesungguhnya mereka itu meskipun semuanya berada dalam kondisi hati orang yang paling bertakwa atau dalam kondisi hati orang yang paling durhaka, maka ketakwaan mereka tidak akan menambah kekuasaan Allah dan kedurhakaan mereka tidak akan mengurangi sesuatu pun dari kekuasaan Allah, karena mereka itu lemah, fakir kepada Allah, dan membutuhkan-Nya di setiap keadaan, masa, dan tempat. Seandainya mereka itu berada di satu tempat untuk memohon kepada Allah lalu Dia memberi apa yang diminta oleh setiap orang, tentunya hal itu tidak akan mengurangi sedikit pun apa yang ada di sisi Allah. Sebab, perbendaharaan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- itu penuh (melimpah), tidak akan berkurang dengan adanya nafkah sepanjang malam dan siang. Sesungguhnya Allah menjaga dan menghitung semua amalan para hamba, yang baik maupun yang buruk, lalu Dia akan membalas amalan mereka pada hari Kiamat. Siapa yang mendapatkan balasan amalnya berupa kebaikan, hendaknya ia memuji Allah atas taufik-Nya untuk menaati-Nya, dan siapa yang mendapatkan balasan amalnya bukan kebaikan, hendaknya ia tidak mencela kecuali nafsunya yang menyeret dirinya pada keburukan dan menggiringnya pada kerugian.

Faedah

  1. Sebagian Sunnah merupakan firman Allah, yaitu yang diriwayatkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari Rabb beliau, dan dinamakan dengan hadis qudsi atau hadis ilahi. 
  2. Menetapkan adanya ucapan bagi Allah -'Azza wa Jalla-, dan ini banyak terdapat dalam Al-Qur`ān. Sekaligus ini adalah dalil bagi pendapat Ahli Sunnah yang menyatakan bahwa kalam Allah berupa suara, karena istilah ucapan tidak digunakan kecuali pada yang didengar. 
  3. goog_1506979996Allah kuasa berbuat zalim, tetapi Allah mengharamkannya bagi Diri-Nya karena kesempurnaan sifat adil-Nya. 
  4. Pengharaman kezaliman. 
  5. Syariat-syariat Allah Swt dibangun di atas keadilan. 
  6. Sebagian di antara sifat Allah adalah sifat yang dinafikan seperti menafikan kezaliman. Akan tetapi, tidak ada penafian dalam sifat-sifat Allah -'Azza wa Jalla- kecuali untuk menetapkan kebalikannya. Sehingga menafikan kezaliman artinya menetapkan keadilan sempurna yang tidak mengandung cacat. 
  7. Allah -'Azza wa Jalla- boleh mengharamkan bagi diri-Nya apa yang Dia kehendaki karena hukum kembali kepada-Nya. Sebagaimana Allah boleh mewajibkan atas diri-Nya apa yang Dia kehendaki. 
  8. Boleh menggunakan istilah nafs (jiwa) dengan makna zat (diri); sebagaimana dalam firman-Nya, "'alā nafsī." Maksudnya adalah Zat-Nya. 
  9. Wajib kembali kepada Allah dalam semua hal yang dialami oleh manusia karena semua makhluk butuh kepada-Nya. 
  10. Kesempurnaan sifat adil Allah, juga kekuasaan-Nya, ketidakbutuhan-Nya, dan kebaikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Sebab itu, wajib bagi para hamba untuk menghadap kepada Allah dalam menunaikan hajat mereka. 
  11. Hidayah tidak diminta kecuali dari Allah; sebagaimana firman-Nya, "Maka mintalah hidayah kepada-Ku, pasti kalian Aku beri hidayah." 
  12. Hukum asal pada manusia adalah ketersesatan; yaitu tidak mengetahui kebenaran dan tidak mengamalkannya. 
  13. Ilmu dan hidayah yang didapatkan pada hamba adalah dengan petunjuk dan pengajaran dari Allah. 
  14. Kebaikan seluruhnya berasal dari karunia Allah -Ta'ālā- untuk hamba-hamba-Nya tanpa penuntutan. Sedangkan keburukan seluruhnya berasal dari manusia karena memperturutkan hawa nafsu. 
  15. Hamba tidak menciptakan sendiri perbuatannya, tetapi dia dan perbuatannya adalah ciptaan Allah -Ta'ālā-. 
  16. Dosa dan kesalahan sekalipun banyak maka Allah -Ta'ālā- akan tetap bisa mengampuninya, tetapi manusia wajib untuk tetap memohon ampunan. Oleh karena itu, Allah berfirman, "Maka memohon ampunlah kepada-Ku, pasti kalian Aku berikan ampunan." 
  17. Siapa yang berbuat baik maka itu adalah dengan adanya taufik dari Allah, dan pahalanya adalah karunia dari Allah; maka hanya milik-Nya segala pujian.

Referensi : Larangan untuk berbuat zalim









Senin, 01 Agustus 2022

Berbakti Kepada Orang Tua Setelah Menikah

Kewajiban sejati seorang anak kepada orang tua adalah berbakti dan berbuat baik kepada mereka, bahkan hukumnya fardhu ain bagi setiap anak. Dan di dalam nash-nash al-Qur’an dan As-Sunnah biasa disebut Ihsaan atau Birr. Dan uniknya, ada beberapa nash di dalam Al-Qur’an dan sunnah yang mensejajarkan antara kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada orang tua.

Allah berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya: “dan Allah telah memerintahkan kepada kamu; jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada orang tua”. (QS Al-Isra’ 23).

Allah juga berfirman:

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: Bersyukurlah kepada-KU, dan kepada kedua orang tuamu. (QS Luqman 14).

Di dalam hadits Rasulullah ditanya:

أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ” الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Artinya: Apa amalan yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah menjawab: Shalat pada waktunya, kemudian amalan apa lagi? Rasulullah menjawab: Berbakti kepada orang tua, kemudian amalan apa lagi? Rasulullah menjawab: berjihad fi sabilillah. (Muttafaqun alahi).

“Fenomena” ini tentunya merupakan indikasi kuat terkait agungnya birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Dan jika durhaka kepada orang tua adalah bagian dari dosa besar, maka dapat dipahami dari hal ini (mafhum mukhalafah), bahwa berbakti kepada orang tua merupakan ibadah yang agung, bahkan sebagian ulama memandang bahwa ia dapat menggugurkan dosa-dosa besar, sebagaimana pendapat imam Ahmad, dan pendapat imam Makhuul sebagaimana dikutip oleh Ibnu Abdil Barr. [Ghidzaul AlBaab Syarh Mandhumatul Adab karya: As-Safaariini, hal: 299].

Kalimat “berbakti kepada orang tua” makanya global, mencakup segala bentuk perbuatan baik, baik secara lisan seperti berkata lembut kepada mereka, maupun secara sikap dan perbuatan, seperti mematuhi mereka dalam kebaikan dan membantu kebutuhan-kebutuhan mereka.[lihat Tafsir As-Sa’di, hal: 456 dengan sedikit tambahan].

Dengan pemaparan diatas, maka mendoakan orang tua merupakan salah satu bentuk birrul walidain yang agung, yaitu birrul walidain dengan lisan. Namun tentunya anda memahami bahwa mendoakan orang tua adalah ibadah yang sifatnya tersembunyi, sehingga ada potensi orang tua tidak mengetahui tentang hal ini, karena mereka tidak merasakan “perhatian” yang kongkrit dari anda, apalagi jika mereka masih hidup, maka mereka tentu sangat mengharapkan “kehadiran” yang lebih dari anda, berupa: komunikasi, ziarah, bantuan materi ataupun non materi dsb.

Oleh karena itu, jika anda dan suami memiliki waktu dan kesempatan, maka diupayakan untuk meningkatkan intensitas komunikasi dan ziarah kepada orang tua, dan jika hal itu sulit untuk direalisasikan, maka anda dapat mempertahankan intensitas ziarah yang lama, namun ditingkatkan kualitas “kehadiran” anda disamping mereka, dan jika hal itu dijadikan sebagai bentuk “me-time” anda (yaitu “me-time” anda dengan orang tua) maka akan sangat luar biasa.

Memanfaatkan kebersamaan anda bersama orang tua, maka anda dapat menunjukkan isyarat-isyarat perhatian anda kepada mereka, bahwa anda menyayangi mereka dan berusaha untuk tidak melupakan mereka dalam lantunan doa anda, diharapkan dengan ini anda mendapat keridhoan orang tua, dan mereka dapat memahami bahwa banyak bentuk dan cara berbakti kepada orang tua.

Mungkin memberikan bantuan finansial kepada orang tua adalah salah satu ukuran “birrul walidain” konkrit menurut ukuran kebanyakan orang tua pada zaman ini, karena sangat terasa manfaatnya, olehnya sebagian orang tua mengukur kesuksesan anak dan ketaatannya kepada orang tua dengan ukuran ini, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan isyarat terkait hal ini, ketika seorang sahabat mengadukan ayahnya yang mengambil hartanya, beliau bersabda:

أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ

Artinya:”Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu”. (HR Ahmad dan dinyatakan hasan lighairihi oleh Syua’ib Al-Arnauth dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits diatas bukan justifikasi bagi orang tua untuk mengangkangi seluruh harta anaknya, namun maksudnya, diperbolehkan bagi orangtua untuk mengambil sesuatu dari harta anaknya sesuai dengan kebutuhan primernya yang tidak memberatkan anaknya.[An-Nihayah fi Gharibil Atsar 1/834 dengan sedikit penyesuaian].

Dan para ulama kita mengisyaratkan makna ini di dalam buku-buku mereka, As-Safaariini mengutip dari Abu Laith As-Samarqandi bahwa beliau mengatakan:”Diantara hak seorang bapak kepada anaknya adalah memberinya makan jika butuh kepada makanan, dan membelikan baju jika sang anak memiliki kemampuan”.[Ghidzaul AlBaab Syarh Mandhumatul Adab karya: As-Saffarini, hal:300].

Oleh karena itu, jika kita memiliki kelebihan harta dan orang tua membutuhkan uluran tangan untuk kehidupan mereka, maka sangat dianjurkan untuk memberikan kelebihan harta kita kepada mereka.

Namun jika penghasilan kita hanya cukup untuk menafkahi keluarga, maka kita dapat mencari cara yang lain untuk berbakti kepada orang tua, sebab pintu-pintu untuk berbakti kepada mereka terbuka lebar, dan caranya-pun sangat banyak sebagaimana yang telah kami isyaratkan diatas.

Hal yang perlu digaris bawahi bagi anda, bahwa jawaban kami ini berlaku jika ada ijin dari suami, anda boleh untuk menziarahi orang tua dan memberi kelebihan harta kepada mereka jika suami mengizinkan, kecuali jika anda memiliki penghasilan sendiri, maka tidak perlu izin kepada suami untuk memberikan nafkah kepada orang tua. Dan tidak dibenarkan bagi suami untuk melarang istrinya untuk berziarah kepada orang tuanya, kecuali jika ada mudharat yang nyata dari ziarah tersebut, bahkan bisa saja seorang suami berbagi pahala dengan istrinya dalam masalah birrul walidain ini.

Referensi : Berbakti Kepada Orang Tua Setelah Menikah








Inilah 7 Dosa Orangtua Terhadap Anak, Jarang Disadari

Sejak kecil, kita diajarkan untuk tidak bersikap buruk kepada orangtua. Jangan sampai kita menjadi anak durhaka yang kerap menyakiti hati orangtua karena rida Allah berasal dari rida orangtua. Akan tetapi, menjadi orangtua juga bukan berarti serba benar. Sering kali anak dianggap memiliki banyak kesalahan dan dosa pada orangtuanya, padahal ini juga bisa terjadi sebaliknya.  Setiap orangtua tentu punya kewajiban yang harus dipenuhi kepada anaknya. Jika tidak, maka orangtua sudah bersalah karena telah tidak memenuhi tanggung jawabnya. Supaya nggak salah langkah, ketahui dulu, yuk, beberapa dosa orangtua terhadap anak.

1. Menelantarkan anak

Memiliki anak bukan sekadar mengandung, melahirkan, dan menyusui saja. Banyak keperluan anak yang harus dipenuhi orangtuanya, terutama saat mereka masih kecil dan belum bisa menolong diri sendiri. Salah satu dosa orangtua terhadap anak ialah menelantarkan anak. Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Seseorang dikatakan telah cukup berbuat dosa apabila menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya." (HR. Abu Daud dan Nasa'i)

Apa saja perbuatan yang dikatakan sebagai penelantaran anak? Misalnya tidak memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti memberi makan, pakaian, tempat tinggal, serta mengabaikan pendidikan anak.

2. Tidak mendidik anak dengan baik

Setiap orangtua wajib mendidik anak-anaknya dengan baik. Bukan hanya pendidikan formal saja, tapi juga pendidikan agama dan pengajaran akhlak-akhlak yang baik sesuai tuntunan agama Islam. Orangtua yang tidak peduli dengan pendidikan anak, bahkan mengabaikan nilai-nilai agama artinya ia sudah melakukan kesalahan fatal. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orangtua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim)

3. Pilih kasih pada anak

Setiap orangtua harus bisa bersikap adil dalam mengasihi anak-anaknya. Mereka tidak boleh membedakan perhatian dan kasih sayang antara satu sama lain. Penting sekali orangtua bersikap adil pada anak-anaknya. Jika tidak, hal ini akan menimbulkan permusuhan pada anak-anak hingga berdampak pada sikap tidak menghormati orangtua.

Bahkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam sampai berwasiat dan mengulangnya hingga tiga kali saat berkata soal wajibnya orangtua bersikap adil kepada anak-anaknya.

“Adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu!” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban)

4. Membandingkan anak dengan orang lain

Ini adalah dosa yang sering dilakukan orangtua terhadap anak, yaitu membandingkan anak dengan orang lain dengan harapan agar anaknya menjadi lebih baik. Namun bukannya membaik, hal ini justru dapat merusak harga diri, mengurangi motivasi, dan meningkatkan kecemasan pada anak.

Kebiasaan membanding-bandingkan itu juga akan menimbulkan perasaan rendah diri pada anak karena ia merasa tidak pernah bisa memuaskan orangtua. Padahal sejatinya, setiap anak lahir dengan keunikannya masing-masing. Maka dari itu, membandingkan anak dengan orang lain atau saudara kandungnya bukanlah hal yang tepat.

5. Berkata kasar pada anak

Bagi orangtua, jangan pernah mengucapkan kata kasar apalagi sampai menghina dan merendahkan anak. Hal tersebut sudah termasuk dosa orangtua yang sangat merusak mental anak. Tak jarang dijumpai orangtua yang kerap menghina anak di depan teman-temannya. Hal ini bukan saja membuat anak menjadi berkecil hati, tapi juga mengeraskan hatinya yang akhirnya bisa menimbulkan sikap durhaka anak di masa mendatang.

6. Terlalu mengekang kebebasan anak

Banyak yang salah beranggapan bahwa orangtua harus mengatur segalanya untuk anak. Alhasil, mereka pun menjadi orangtua yang otoriter dan terlalu mengekang anak. Contohnya, mengekang kebebasan anak untuk bermain atau berteman dengan orang yang dia sukai. Wajar jika orangtua tak ingin anaknya terjerumus ke pergaulan yang salah. Namun, bukan berarti dengan mengurungnya di rumah dan tidak boleh bermain dengan teman-temannya.

Berdasarkan sebuah penelitian oleh dokter Mai Stafford dari University College London, terlihat orangtua yang mengekang anak dapat memengaruhi kesehatan mental anaknya. Dalam penelitian tersebut, diketahui orangtua yang mengutamakan kehangatan dan respons positif menghasilkan anak yang lebih bahagia dan sehat mentalnya. Sementara orangtua yang mengekang dan otoriter menghasilkan anak yang tidak bahagia dan tidak puas pada hidupnya.

7. Menuntut anak menjadi dewasa sebelum waktunya

Dosa orangtua terhadap anak yang sering tak disadari ialah memberikan tanggung jawab yang terlalu besar untuk anak seusianya. Hal seperti ini bisa memengaruhi perkembangan emosionalnya. Menurut seorang psikoterapis berlisensi di Miami, Whitney Goodman, LMFT, anak yang dewasa sebelum waktunya cenderung memiliki luka emosional yang dalam dan tersimpan hingga dewasa.

Jika ingin anak bersikap dewasa, maka bimbing dia dengan perlahan. Ajari anak untuk memikul tanggung jawab dari hal terkecil, seperti membereskan mainan setelah digunakan. Anak akan lebih bertanggung jawab sejak dini jika orangtua terbiasa mengajarkannya.

Referensi : Inilah 7 Dosa Orangtua Terhadap Anak, Jarang Disadari










Perbuatan Ini Termasuk Durhaka Halus Menurut (Buya Yahya)

Perbuatan Ini Termasuk Durhaka Halus Menurut (Buya Yahya). Mungkin tanpa kita sadari diri ini pernah melakukan durhaka halus kepada orang tua, padahal dalam agama islam selalu diajarkan untuk berbakti kepada orang tua.

Buya Yahya menjelaskan, seorang anak mungkin secara tidak sadar pernah melakukan durhaka halus kepada orang tuanya, dan hal itu tidak terasa oleh hati karena telah hilang rasa bakti kepadanya.

“Ada durhaka kepada orang tua itu halus tidak dirasa bahkan tidak disadari kalau dia tidak mencoba untuk merenung, tapi kan Allah tau, sebab sebetulnya semua kembali kepada kesadaran hatinya yang telah hilang untuk berbakti kepada orang tua,” kata Buya Yahya.

Mengapa durhaka halus kepada orang tua begitu tidak terasa? itu terjadi karena kita sering bersikap seenaknya kepada mereka.

Dengan demikian, Buya Yahya menyarankan kita semua untuk merenung dan selalu sadar bahwa harus berperilaku baik kepada orang tua, kemudian jangan pernah menyakiti perasaannya.

“Sehingga merenung itu penting sekali, agar kita senantiasa dalam wilayah sadar, kita melakukan kesalahan kepada orang tua tanpa kita sadari, disebabkan orang tuanya baik dengan kita, sehingga kita kalau seenaknya sendiri,” tambahnya.

Orang tua harus menjadi nomor satu di hati anak-anaknya, dan jangan pernah menganggap sepele ridho dari orang tua.

Meskipun sang anak sudah menikah, ridho orang tua akan menjadi kunci kebahagiaan rumah tangganya.

“Yang sudah menikah wahai para suami wahai para istri, jika rumus hidupmu dalam rumah tangga salah maka akan melakukan satu pelanggaran yang terbesar, kau akan hancurkan kunci kebahagiaan,” ungkapnya.

Tidak lupa Buya Yahya mengingatkan kita semua untuk berbakti kepada orang meskipun sudah menikah. Baik itu istri maupun suami harus saling mengingatkan satu sama lain

“Apa itu rumus kebahagiaan dalam rumah tangga? Sederhana, ajarkan istrimu agar semakin hari semakin baik kepada orang tuanya, hey para istri ajari agar suamimu semakin hari semakin baik kepada orang tuanya,” sambungnya.

Referensi : Perbuatan Ini Termasuk Durhaka Halus Menurut (Buya Yahya)













Orang Tua Durhaka Kepada Anak

Orang Tua Durhaka Kepada Anak.Setiap kita adalah anak dari orang tua, tetapi tidak semua dari kita bisa menjadi orang tua. Anak dituntut dalam ajaran agama maupun dalam norma masyarakat untuk berbakti kepada orang tua. Dalam masyarakat dikenal istilah durhaka yang ditujukan kepada seorang anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Lalu adakah konsep orang tua durhaka kepada anak?

Untuk menjawab pertanyaan ini, cariustadz.id menghadirkan Ust. Ahmad Ubaidi Hasbillah dalam program Ruang Tengah. Ubaidi menjelaskan bahwa istilah orang tua durhaka sebenarnya kurang tepat untuk digunakan, baik dari sisi Bahasa Arab maupun Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia kata durhaka adalah sebuah sikap menolak atau tidak patuh terhadap atasan. Contohnya adalah karyawan kepada direktur, anak buah kepada bosnya, dan seterusnya. Tetapi orang tua kepada anak, bukan dalam kapasitas bawahan kepada atas.

“Secara fitrah, posisi orang tua berada di atas anak. Kalau anak tidak patuh kepada orang tua, bisa disebut anak durhaka. Tetapi untuk orang tua, saya kira yang lebih tepat adalah zalim, orang tua zalim kepada anak,” terang Ubaidi.

Ubaidi melanjutkan bahwa dalam Bahasa Arab dikenal istilah ‘uquuqul waalidaiin artinya durhaka kepada orang tua. Bentuk durhaka dalam ayat al-Quran disebutkan wa laa taqul lahumaa uffin, janganlah kalian berkata uff kepada kedua orang tua, yaitu mengatakan ‘ah’ sebagai bentuk keengganan mematuhi orang tua. Memaknai uffin ini, tidak harus berupa kata-kata, tetapi ekspresi penolakan secara umum, sudah bisa dikatakan durhaka.

Dalam konteks hubungan orang tua dan anak ini, kata Ubaidi, adalah sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Anak durhaka kepada orang tua adalah dosa besar, begitu pun orang tua zalim kepada anak merupakan dosa besar.

Kemudian bagaimana cara menghindari “syndrom” orang tua toxic? Agar kita tidak termasuk orang tua zalim.

Dalam menjawab pertanyaan ini, cariustadz.id juga menghadirkan Rena Masri, psikolog klinis dewasa pendiri Cinta Setara. Menurut Rena, Keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama yang dikenal oleh anak. Oleh karenanya pola pengasuhan, pola pendidikan yang diterapkan pada anak menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana perkembangan karakter dan kepribadian anak di kemudian hari

“Orang tua yang tidak pernah menghargai anak,  selalu menyalahkan anak, maka dampaknya akan mempengaruhi self confidence anak dan ini bisa jadi terus berlanjut hingga anak dewasa,” jelas Rena.

Menurut Rena yang penting adalah attachment antara orang tua dengan anak tercipta dengan baik, sehingga anak merasa aman, merasa nyaman dengan orang tua. Ketika anak sudah merasa nyaman, pada akhirnya otomatis anak akan lebih terbuka. Rasa aman dan nyaman menjadi kunci agar kita bisa mempunyai komunikasi yang enak dan saling terbuka.

Referensi : Orang Tua Durhaka Kepada Anak











8 Dosa Orang Tua pada Anak (Syekh Ali Jaber)

Di masa hidupnya, Syekh Ali Jaber telah memberikan banyak nasehat dari sudut pandang Islam mengenai berbagai hal. Salah satunya, bagaimana sikap tepat para orangtua dalam mendidik buah hatinya di masa tumbuh kembang agar tak durhaka di masa depan. Seringkali banyak orang tua yang memberi label durhaka pada anak lantaran sikap yang menyakiti hati. Padahal, banyak yang tanpa sadar telah memicu anak melakukan hal buruk akibat ucapan orang tua itu sendiri.

Berikut 8 kata dari orang tua yang merusak hati anak berdasarkan paparan Syekh Ali Jaber

Caci maki Orang tua suka mencaci maki anak. Ini sebuah bahaya, tegas Syekh Ali Jaber, apalagi kalau orangtua lagi emosi.  "Kalau lagi emosi jauh daripada anak. Jangan jadikan anak korban," saran Syekh Ali Jaber.

Banyak orangtua yang sering menghina anak di depan kawan-kawannya. Hal ini bukan saja membuat anak menjadi berkecil hati, namun mengeras hatinya yang akhirnya menimbulkan kedurhakaan di masa mendatang. "Bisa anak kita saat itu nggak nangis tapi mati rasa. Akhirnya jadi hati kecil, susah kita bina, itu namanya orang tua durhaka pada anak sebelum anak durhaka. Bisa kita nasehati dengan baik dan bukan di depan orang lain," ungkapnya.

Membandingkan Tak sedikit orangtua yang membandingkan anaknya dengan orang lain yang terlihat kemampuannya lebih hebat. Bahkan, beberapa orangtua juga membandingkan antar saudara yang bisa menimbulkan benih-benih kebencian. "Selalu membandingkan dengan orang lain. 'Ini lihat anak itu luar biasa'. Itu bahaya. Itu akibatkan kecil hati lalu benci pada orang itu," tutur Syekh. Cinta dengan syarat Menurut Syekh Ali Jaber, beberapa orangtua kerap meminta anak untuk bersikap baik dengan dalih agar dicintai oleh ayah atau ibunya. Padahal, itu perkataan yang salah lantaran mencintai anak adalah kewajiban orangtua.

"Seolah-olah kita tunjukan kalau ibu cinta kalau anak diam dan solat. Itu cinta dengan syarat. Kalau mau cinta ya cinta, nggak usah pakai syarat. Cinta yang wajar dan wajib bagi kita ke anak. Kalo kita tidam tunjukan cinta, dia lama-lama cari orang lain yang memberi perhatian," tuturnya. Informasi yang salah

Informasi yang salah

Banyak orang tua memberikan informasi yang salah seperti melarang anak laki-laki untuk nangis. Bahayanya memang bukan saat itu, namun tangisan yang dipendam bisa membuat jiwanya rusak di kemudian hari.

"Eh laki-laki enggak boleh nangis. Siapa bilang? Bapak-bapak nangis enggak? Nangis kan? Salah kita berkata begitu. Biarin dia nangis, kalau dia nangis, ayo nangis lagi sayang. Itu akibatkan apa? Sakit jiwa. Karena dia tahan jadi beban lama-lama sakit jiwa," jelasnya. Ancaman Untuk membuat anak bisa bersikap sesuai kemauan, beberapa orang tua kerap memberikan ancaman. Padahal, di usia yang masih kanak-kanak itu, ancaman bisa berdampak mengecilkan potensinya. "Ini lebih bahaya, kita selalu memberi ancaman. Ayo makan habisin, kalau enggak datang hantu. Mau tidur enggak, kalau nggak tidur datang hantu. Itu niat kita supaya cepat tidur tapi akibatkan hal tidak bagus di perasaannya. Padahal anak dari usia 2-6 tahun dia mampu kuasai 7 bahasa, kalau diberi sisi psikis yang baik. Kenapa kita sia-siakan kesempatan ini yang luar biasa?" tegas Syekh Ali.

Melarang Larangan dengan maksud yang baik, sangat dianjurkan agar membuat anak mampu memahami hal-hal yang sesuai norma dan agama. Hanya saja, orang tua harus memberikan larangan disertai penjelasan agar nantinya anak lebih paham.

"Selalu larang anak berlaku sesuatu tanpa sebab. Artinya tanpa jelaskan kenapa. Dia minta sesuatu, tidak ada, tidak boleh," ungkap Syekh.

Hancurkan perasaan Senada dengan caci maki, namun menghancurkan perasaan dan kepercayaan dirinya ini disertai doa yang buruk. Padahal, doa buruk itu bisa saja akan menimpa anak dan orang tua akan menyesal seumur hidup. "Kita berdoa pada anak doa yang buruk saking kesal perasaan kita. Dia keluar dari rumah lalu kita doakan mudah-mudahan kamu celaka. Rasul melarang orang tua mendoakan hal buruk. Biarpun orangtua sakit hati, begitu mendoakan celaka, terjadi kecelakaan itu? pasti dia menyesal dan sedih. Kalau tidak bisa mendoakan baik, lebih baik diam," tegas Syekh Ali.

Referensi : 8 Dosa Orang Tua pada Anak (Syekh Ali Jaber)