Dosa-dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah Swt di Dunia. Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia.
عَن أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال : كلُّ ذنوبٍ يؤخِرُ اللهُ منها ما شاءَ إلى يومِ القيامةِ إلَّا البَغيَ، وعقوقَ الوالدَينِ، أو قطيعةَ الرَّحمِ، يُعجِلُ لصاحبِها في الدُّنيا قبلَ المَوتِ
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).
Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan.
Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.
Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)
Pada fase tertentu dalam kehidupan, mungkin sebagian orang akan menghadapi berbagai macam masalah ataupun melakukan banyak kesalahan. Kadangkala masalah dan kesalahan tersebut membuat seseorang merasa ingin menyerah dan berputus asa, karena baginya sudah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya dan sudah terlambat untuk menyesal.
Merasa berputus asa dan menyesal bagi mereka yang sedang dirundung masalah atau melakukan kesalahan (dosa) adalah sesuatu yang lumrah dan manusiawi. Bahkan menyesal atas perbuatan dosa yang telah dilakukan merupakan tanda melekatnya keimanan di dalam hati seseorang. Jika seseorang melakukan dosa tanpa rasa penyesalan, maka patut dipertanyakan di mana keimanannya.
Meskipun demikian, penyesalan dan rasa berputus asa ada yang berlebihan tidaklah baik. Karena ini – bisa jadi – merupakan bisikan setan yang memerintahkan manusia untuk tenggelam dalam penyesalan dan keputusasaan, sehingga membuat mereka lupa untuk mengharap kepada Allah swt, bahwa rahmat dan karunia-Nya amat luas, jauh lebih luas dari murka dan siksanya.
Dengan demikian, siapapun, kapanpun dan dimanapun, manakala ia mendapatkan masalah hendaknya ia tidak berputus asa dan tenggelam dalam rasa frustrasi. Ia harus yakin bahwa akan ada jalan keluar dari setiap masalah. Di sisi lain, manakala seseorang melakukan kesalahan seperti berbuat dosa, hendaknya ia menyesali perbuatannya tersebut tanpa berlebih-lebihan apalagi sampai berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah swt.
Tafsir QS. Az-Zumar Ayat 53: Jangan Berputus Asa
Berkenaan dengan hamba yang berlumur dosa dan melampaui batas, Allah Swt berfirman kepada mereka agar jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Mereka hanya perlu menyesali perbuatan dosa, berjanji tidak mengulanginya dan meminta ampunan kepada-Nya. Hal ini termaktub dalam QS. Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar [39]: 53)
Menurut Math‘am bin ‘Addiy, ayat ini turun kepada kamu kafir Quraish, terutama pemuka-pemuka mereka yang masuk Islam pasca penaklukan Mekah (fath makkah). Mereka adalah Suhail bin ‘Amr, Hakim bin Hazm, Safwan bin Umayyah, Abu Sufyan dan lain-lain (Tafsir Al-Qur’an/Tafsir al-Sam‘ani [4]: 475).
Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami bisa masuk Islam? Sesungguhnya nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Barang Siapa yang melakukan perbuatan syirik, berzina atau membunuh, maka dia akan binasa atau celaka.” Dan kami sungguh telah melakukan itu semua, bagaimana keadaan kami?” Kemudian turunlah QS. Az-Zumar Ayat 53.
Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa ayat ini merupakan janji Allah Swt kepada nabi Adam as pasca penurunannya ke dunia. Nabi Adam berkata: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya engkau telah membuat Iblis mampu menguasaiku dan keturunanku, dan aku tidak sanggup membendungnya kecuali atas izin-Mu.”
Allah swt berfirman: “Wahai Adam, sesungguhnya setiap keturunanmu yang lahir akan ditemani oleh malaikat penjaga.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Pintu taubat akan senantiasa terbuka bagi keturunanmu, pintu itu tidak akan tertutup hingga hari kiamat.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Setiap kebaikan yang dilakukan keturunanmu akan dibalas sebanyak sepuluh kali lipat, sedangkan keburukan atau kejahatan hanya dibalas setimpal.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…”
Secara umum ayat di atas mengatakan bahwa sebaiknya manusia – yakni hamba-hamba Allah swt yang telah melakukan dosa – tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Jika mereka menyesali semua dosa tersebut dan mau bertaubat secara sungguh-sungguh, maka Allah swt akan mengampuninya. Karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun terhadap dosa-dosa hamba-Nya dan Maha Penyayang kepada mereka.
Kata la taqnuthu pada ayat ini bermakna la tay‘asu, yakni janganlah berputus asa dari rahmat Allah Swt, karena rahmat-Nya jauh lebih luas dan besar daripada murka-Nya. Tidak berputus asa di sini bermakna bahwa seseorang menyesali semua perbuatan dosanya, bertaubat dengan sungguh-sungguh, dan memohon ampunan dan rahmat-Nya.
Menurut Math‘am bin ‘Addiy, ayat ini turun kepada kamu kafir Quraish, terutama pemuka-pemuka mereka yang masuk Islam pasca penaklukan Mekah (fath makkah). Mereka adalah Suhail bin ‘Amr, Hakim bin Hazm, Safwan bin Umayyah, Abu Sufyan dan lain-lain (Tafsir Al-Qur’an/Tafsir al-Sam‘ani [4]: 475).
Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami bisa masuk Islam? Sesungguhnya nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Barang Siapa yang melakukan perbuatan syirik, berzina atau membunuh, maka dia akan binasa atau celaka.” Dan kami sungguh telah melakukan itu semua, bagaimana keadaan kami?” Kemudian turunlah QS. Az-Zumar Ayat 53.
Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa ayat ini merupakan janji Allah Swt kepada nabi Adam as pasca penurunannya ke dunia. Nabi Adam berkata: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya engkau telah membuat Iblis mampu menguasaiku dan keturunanku, dan aku tidak sanggup membendungnya kecuali atas izin-Mu.”
Allah swt berfirman: “Wahai Adam, sesungguhnya setiap keturunanmu yang lahir akan ditemani oleh malaikat penjaga.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Pintu taubat akan senantiasa terbuka bagi keturunanmu, pintu itu tidak akan tertutup hingga hari kiamat.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Setiap kebaikan yang dilakukan keturunanmu akan dibalas sebanyak sepuluh kali lipat, sedangkan keburukan atau kejahatan hanya dibalas setimpal.”
Nabi Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah lagi.”
Allah Swt berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…”
Secara umum ayat di atas mengatakan bahwa sebaiknya manusia – yakni hamba-hamba Allah swt yang telah melakukan dosa – tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Jika mereka menyesali semua dosa tersebut dan mau bertaubat secara sungguh-sungguh, maka Allah swt akan mengampuninya. Karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun terhadap dosa-dosa hamba-Nya dan Maha Penyayang kepada mereka.
Kata la taqnuthu pada ayat ini bermakna la tay‘asu, yakni janganlah berputus asa dari rahmat Allah Swt, karena rahmat-Nya jauh lebih luas dan besar daripada murka-Nya. Tidak berputus asa di sini bermakna bahwa seseorang menyesali semua perbuatan dosanya, bertaubat dengan sungguh-sungguh, dan memohon ampunan dan rahmat-Nya.
Berdasarkan ayat di atas, semua dosa manusia dapat diampuni seandainya Allah Swt berkehendak. Namun dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ketika QS. Az-Zumar Ayat 53 turun, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, “Ya Rasulullah, bagaimana dengan dosa orang yang syirik?” kemudian nabi Saw diam sejenak dan laki-laki itu bertanya lagi, “bagaimana dengan dosa orang yang syirik?” Beliau menjawab, “Kecuali orang yang menyekutukan Allah Swt.”
Jika seseorang menelaah frasa ayat di atas secara cermat, maka ia dapat menemukan bahwa ada isyarat dari Allah Swt agar manusia tidak mencela pendosa. Karena Allah Swt pada konteks ayat ini memanggil mereka dengan panggilan hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, sebuah panggilan mesra dan penuh kasih dari-Nya, tanpa penindasan apalagi penghujatan.
Melalui panggilan tersebut, Allah seakan-akan berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas, Aku tahu bahwa kalian telah melakukan berbagai perbuatan dosa, baik disengaja ataupun tidak. Dosa-dosa kalian itu sangat banyak, sehingga kalian merasa kalian tidak pantas untuk menerima ampunan dari-Hu. Namun ketahuilah, hal itu tidaklah benar, ampunan dan karunia-Ku jauh lebih besar dari dosa kalian semua.”
“Oleh karena itu, jangan kalian berputus asa dari ramat-Ku dan teruslah memohon ampun kepada-Ku atas kesalahan-kesalahan kalian. Sesungguhnya Aku akan memaafkan segala dosa-dosa manusia sebanyak dan sebesar apapun sesuai keinginan-Ku. Dan ketahuilah bahwa Aku adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua makhluk di alam semesta.”
Dari QS. Az-Zumar Ayat 53 ini, kita juga belajar tentang psikologi dakwah Islam dalam perspektif Al-Qur’an, yakni mendahulukan cinta dan kasih serta kelembutan di atas segalanya. Pada aspek tertentu, kita memang harus ketat dan tegas. Namun di sisi lain, ketegasan tersebut jangan sampai membuat kita lupa bahwa agama Islam adalah agama yang mengutamakan cinta, kedamaian, dan kesejahteraan.
Manusia sangat bangga dengan materi sehingga tidak segan berbuat zalim. Sekali kali tidak boleh demikian! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas apabila melihat dirinya serba cukup dengan harta, jabatan, pengikut, dan semisalnya. Apa yang dimiliki membuatnya mudah mengingkari nikmat Allah dan lupa bahwa semua adalah anugerah-Nya.
Wahai manusia, sungguh hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali-mu. Pada hari kiamat Allah akan menghitung apa saja yang engkau perbuat di dunia. Dia akan membalas orang yang melampaui batas sesuai dengan azab yang setimpal.
Allah Swt menyesali manusia karena banyak mereka yang cenderung lupa diri sehingga melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, yaitu kafir kepada Allah dan sewenang-wenang terhadap manusia. Kecenderungan itu terjadi ketika mereka merasa sudah berkecukupan. Dengan demikian, ia merasa tidak perlu beriman, dan karena itu ia berani melanggar hukum-hukum Allah Swt.
Begitu juga karena sudah merasa berkecukupan, ia merasa tidak butuh orang lain dan merasa berkuasa, dan karena itu ia akan bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain itu.
Allah Swt menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa mereka yang durhaka itu akan kembali kepada-Nya. Mereka pasti mati dan akan berhadapan dengan-Nya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bila mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, berarti mereka nanti akan tahu, bahwa mereka akan diazab dan menyesal. Dalam ayat lain, Allah berfirman mengenai bagaimana keadaan yang akan dialami para pendurhaka itu:
"Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong." (Ibrahim/14: 42-43)
Lima Akibat Berbuat Zalim Menurut Al-Quran dan Hadis. perbuatan zalim adalah meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya. Kata ini juga biasa digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan. Dalam QS. Ali Imran Ayat 192, Allah Swt telah memberikan peringatan berupa ancaman bagi orang zalim. “Orang-orang yang berbuat zalim akan mendapat ancaman yang sangat dahsyat yang mestinya menjadi perhatian kita sebagai orang-orang mukmin, sehingga kita hidupnya senantiasa dalam ridha Allah Swt,” Anggota Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah ini menyampaikan bahwa beberapa poin akibat melakukan perbuatan zalim. Pertama, kezaliman akan mengakibatkan berlakunya azab yang besar bagi pelakunya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Furqan ayat 19 bahwa “barangsiapa yang berbuat zalim, niscaya akan merasakan azab yang sangat besar.”
Kedua, kezaliman akan mendapatkan laknat berupa dijauhkannya dari kenikmatan-kenikmatan dan rahmat Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini ditegaskan dalam QS. Ghafir ayat 52 bahwa “(yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.”
Ketiga, kezaliman akan mendapatkan ancaman doa dari orang yang dizaliminya dan doa orang yang terzalimi akan dikabulkan oleh Allah Swt, sekalipun doa keburukan. Rasulullah Saw pernah bersabda: ”Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, kezaliman akan mengalami kebangkrutan di hari kiamat kelak, bila tidak bertaubat kepada Allah Swt dan memohon maaf kepada orang yang dizalimi ketika di dunia. Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham” (HR. Al-Bukhari).
Kelima, kezaliman akan mendatangkan bencana dan malapetaka. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 45 bahwa “Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya).”
“Bagaimana sikap kita ini? Hendaklah kita sendiri untuk menjauhi perbuatan zalim yang ancamannya begitu dahsyat. Terutama zalim kepada Allah dalam bentuk kekufuran dan membuat kerusakan di dunia ini,” tutur Imran tersebut dalam ceramahnya.
Ancaman untuk Orang yang Berbuat Dzalim Kelak di Akhirat. وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ “Dan janganlah sekali-kali engkau menyangka Allah lalai dari apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari di mana pandangan-pandangan terbelalak.” (QS Ibrahim: 42)
Dari ayat tersebut jelas dinyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan balasan kepada setiap pelaku kezaliman kelak di hari kiamat di mana setiap mata manusia akan terbelalak menyaksikan berbagai hal yang terjadi di hari kiamat. Syekh Nawawi Banten dalam kitab tafsirnya Marâh Labîd menjelaskan ada sejumlah kemungkinan dari ayat di atas yaitu pertama bahwa apabila Allah SWT tidak membalaskan bagi orang yang dizalimi atas kezaliman yang dilakukan seorang hamba-Nya yang menzalimi, maka ada salah satu kemungkinan yang terjadi pada zat Allah, namun hal itu mustahil terjadi pada-Nya.
Kedua, kemungkinan itu bisa jadi Allah lalai dan lupa akan orang yang bertindak zalim tersebut. Jelas hal ini tidak mungkin terjadi pada Allah SWT. Tak mungkin Dia memiliki sifat lalai atau lupa pada apa dan siapa pun. Ketiga, bisa jadi Allah SWT lemah tak mampu untuk melakukan pembalasan. Hal ini juga jelas mustahil. Tak mungkin Allah SWT tidak mampu melakukan pembalasan kepada hamba-Nya sendiri.
Keempat, Allah ridha dengan tindak kezaliman yang dilakukan sang hamba. Ini juga tidak mungkin mengingat Allah SWT sendiri yang mengharamkan para hamba-Nya melakukan tindak kezaliman di antara sesama hamba. Bahkan dalam berbagai ayat Allah juga menyatakan tidak akan berbuat zalim kepada para hamba-Nya. Karenanya tidak mungkin bila Allah SWT ridha terhadap suatu kezaliman sehingga tak melakukan pembalasan. Ketiga, kemungkinan tersebut semuanya adalah hal yang tak mungkin terjadi pada Allah SWT.
Kemungkinan-kemungkinan di atas mustahil bagi Allah SWT, maka bisa dipastikan setiap tindak kezaliman yang dilakukan seorang hamba kelak akan dibalas Allah. Hanya saja balasan tersebut tidak segera dilakukan di dunia. Allah menangguhkannya sampai kelak datangnya hari kiamat di mana setiap mata akan terbelalak menyaksikan kedahsyatan yang terjadi di sana. Imam Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi di dalam kitab tafsirnya Ma’âlimut Tanzîl menuturkan bahwa ayat di atas merupakan pelipur bagi orang-orang yang dizalimi dan juga ancaman bagi siapa saja yang berbuat zalim.
Mereka yang menerima perlakuan yang tidak semestinya tak perlu risau karena pada hari kiamat kelak Allah akan memberikan pahala berlipat baginya dan membalas pelakunya dengan balasan setimpal. Sementara setiap orang yang berlaku zalim mesti segera meminta maaf kepada yang dizaliminya karena balasan dari Allah pasti adanya. Di era digital sekarang ini ayat ini juga menjadi alarm bagi kita untuk berhati-hati dalam berinteraksi melalui dunia maya. Menggunakan media sosial secara baik, benar dan cerdas adalah satu pilihan yang menjadikan kita bisa terhindar dari ancaman ayat tersebut.
Kedzaliman Sumber Kebangkrutan Dunia Bahkan Diakherat, “Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (QS. Az Zumar: 51)
Sungguh mengerikan akibat perbuatan zalim itu. Tak hanya mendapat balasan setimpal di dunia, di akhirat pun pelaku kezaliman akan mengalami kebangkrutan sekalipun telah banyak berbuat amalan shaleh. Dari Abi Hurairah radiyallaahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?“ Mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang.” (Kemudian) Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk diberikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim). Ya Allah Ampuni dosa-dosa hambamu ini, semoga Allah Swt mengampuni sebagian besar dari dosa-dosa hambanya tersebut.
Sahabat, sudah semestinya setiap kita menjauhi perbuatan zalim. Kezaliman itu sendiri terbagi menjadi 3 macam sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Kezaliman itu ada 3: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah Swt, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah Swt. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan Allah Swt adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang amat besar!”
Adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah Swt, Tuhannya (Allah Swt).
"DAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA, KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI." (HR. al-Bazaar & ath-Thayaalisy)
1. Zalim terhadap Allah Swt
Berbuat zalim pada Allah misalnya dengan menyembah sesuatu selain Allah, atau menjadikan sesuatu lebih prioritas daripada Allah Swt. Padahal jelas Allah yang paling berhak atas diri kita. Termasuk kezaliman pada Allah adalah menuduhkan Allah memiliki anak, mempercayai ramalan dari tukang tenung, dan meminta pertolongan pada kekuatan selain Allah Swt. Zalim terhadap Allah dengan menyekutukannya dengan makhlukNya merupakan perbuatan yang tidak diampuni.
2. Zalim terhadap diri sendiri
Contoh perbuatan zalim terhadap diri sendiri misalnya menyakiti diri sendiri, membiarkan diri tetap dalam keadaan bodoh dan tak berilmu, mengonsumsi makanan dan minuman haram, memakan uang riba, mengubah bentuk ciptaan Allah Swt, dan lainnya. Meskipun Allah Swt dapat mengampuni dosa kezaliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri jika ia mau bertaubat, namun tentu saja kita perlu menghindari berbuat zalim pada diri sendiri karena amat merugikan dunia akhirat.
3. Zalim terhadap sesama manusia
Inilah bentuk kezaliman yang takkan dibiarkan Allah dan dapat menjadikan kita sebagai orang yang mengalami kebangkrutan di akhirat meskipun sudah banyak menabung amal shaleh. Dosa berbuat zalim terhadap manusia hanya bisa dimaafkan oleh manusia yang dizalimi, sedangkan Allah akan membela hambaNya yang terzalimi. Kezaliman yang bisa dilakukan seseorang terhadap orang lain misalnya tidak membayar utang, melakukan penghinaan, ghibah, fitnah, atau adu domba terhadap sesama, dan lain sebagainya.
Bahkan dalam sebuah hadits dinyatakan seorang yang mati syahid sekalipun bisa terhenti langkahnya di depan pintu surga dikarenakan belum melunasi utangnya pada orang lain semasa hidup. Sahabat, semoga Allah menjauhkan kita dari segala bentuk perilaku kezaliman, baik zalim terhadap Allah, diri sendiri, maupun zalim terhadap sesama manusia. Juga dari kezaliman yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dosa-dosa Penyebab Datangnya Bencana di Suatu Negeri/Bangsa. Sahabat, tahukah penyebab datangnya bencana tersebut, Pernahkah memikirkan apa penyebab datangnya bencana yang Allah Swt timpakan pada suatu kaum atau negeri, Adakah kita meyakini bahwa bencana hadir dikarenakan ulah tangan kita sendiri, yakni disebabkan banyaknya dosa yang kita lakukan? Ataukah kita mengikuti prasangka buruk bahwa Allah Swt menzalimi hamba-Nya dengan bencana kekeringan atau kelaparan atau banjir dan tananh longsor yang ditimpakan pada suatu kaum tersebut.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu,” (QS. As Syura: 30)
Masih banyak orang yang belum menyadari bahwa ada korelasi antara perbuatan dosa dengan penyebab datangnya bencana. Padahal Allah dan RasulNya telah menjelaskan hal ini, di dalam banyak ayat dan hadits, berikut beberapa di antaranya:
Penyebab Datangnya Bencana
1. Dosa karena mengingkari nikmat Allah Swt.
Sungguh dahsyat dosa mengingkari nikmat yang diberikan Allah, padahal segala hal yang ada dalam hidup kita merupakan karuniaNya, tapi kita justru menyatakan nikmat tersebut sebagai hasil dari kecerdasan kita sendiri, atau hasil dari usaha keras yang kita lakukan. Maka tak heran jika Allah menimpakan bencana pada orang-orang yang kufur nikmat seperti ini.
“Mereka mengetahui nikmat-nikmat Allah, (tetapi) kemudian mereka meningkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir,” (QS. An Nahl: 83)
Dosa akibat kufur ini bisa mengakibatkan Allah menurunkan kelaparan dan ketakutan pada sebuah negeri:
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat,” (QS. An-Nahl: 112).
2. Dosa berbuat zalim penyebab datangnya bencana
Allah telah berjanji takkan pernah membinasakan sebuah kota melainkan disebabkan penduduk kota tersebut dalam keadaan melakukan perbuatan zalim yang sifatnya masif.
“Dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman,” (QS. Al Qhashash: 59)
Demikian pula sebuah negeri yang penduduknya banyak berbuat zalim, maka Allah akan menimpakan azab yang pedih dan keras, entah berupa bencana alam ataupun bentuk azab lainnya.
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras,” (QS Huud:102)
3. Dosa orang-orang yang hidup mewah namun melakukan kedurhakaan
Berhati-hatilah jika kita termasuk ke dalam golongan yang Allah berikan kesempatan untuk merasakan hidup mewah di sebuah negeri, karena jika kita melakukan kedurhakaan pada Allah, maka hal tersebut dapat menjadi alasan bagi Allah untuk menghancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (QS. Al Isra’ : 16)
Inilah salah satu penyebab datangnya bencana. Hal ini dikarenakan Allah menjanjikan untuk melimpahkan rezeki dari langit dan bumi untuk penduduk negeri yang beriman dan bertaqwa padaNya. Namun Allah juga telah memperingatkan akan membalas dengan siksa atas perbuatan buruk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,“ (QS. Al-A’raaf : 96)
4. Dosa melakukan perbuatan zina dan memakan riba secara terang-terangan
Saat ini perbuatan zina sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan, di mana perempuan-perempuan menjajakan dirinya di sosial media, auratnya disingkap untuk menarik perhatian laki-laki.
Juga makin maraknya foto dan video porno yang direkam sendiri oleh para pelaku zina, dengan tujuan disebarluaskan ke khalayak ramai. Naudzubillah. Padahal zina secara terang-terangan merupakan perbuatan keji dan penyebab datangnya bencana untuk suatu kaum.
“Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya –dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menjumpainya- (niscaya akan turun kepada kalian bencana): (1)Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya,“ (HR. Ibnu Majah)
Demikian juga dengan suburnya riba, seolah-olah kaum di negeri tersebut telah rela diazab jika mereka berzina dan memakan riba secara terang-terangan.
“Apabila perbuatan zina dan riba sudah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah rela terhadap datangnya adzab Allah untuk diri mereka,“ (HR. Hakim)
5. Dosa berbuat curang dengan mengurangi takaran dan timbangan
Banyak pedagang yang berbuat curang atas barang dagangannya. Mereka mengurangi takaran atau timbangan sehingga bisa mengambil untung lebih dari perbuatan tersebut.
Tanpa disadari, mencurangi timbangan dapat mendatangkan bencana berupa kekeringan dan gagal panen, serta susahnya penghidupan di suatu negeri.
“Tidaklah (suatu kaum) mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka,“ (HR. Ibnu Majah)
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam,“ (QS. al-Muthaffifîn:1-6).
6. Dosa karena tidak membayarkan zakat
Orang-orang yang menahan hartanya dari berzakat, maka hujan akan tertahan pula dari mereka, sehingga negeri mereka akan mengalami kekeringan.
“Tidaklah (suatu kaum) menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan,“ (HR. Ibnu Majah).
7. Dosa karena membiarkan kemaksiatan terjadi padahal mampu mencegahnya
Bencana juga akan hadir di negeri yang penduduknya tidak melakukan kewajiban nahi mungkar, serta membiarkan perbuatan keji dilakukan tanpa mencoba mencegahnya sama sekali meskipun mereka memiliki kemampuan untuk mencegahnya.
“Tidaklah suatu kaum yang di tengah-tengah mereka dilakukan kemaksiatan, sedang mereka mampu mencegahnya, tetapi tidak mau mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada mereka,“ (HR. Abu Dawud)
Mengapa hal ini terjadi? Mengapa kita sebagai muslim tidak diperbolehkan membiarkan saudara kita yang lain berbuat kemungkaran?
“Perumpamaan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang-orang yang melanggarnya bagaikan suatu kaum yang berbagi-bagi tempat di sebuah kapal, sebagian dari mereka ada yang mendapatkan bagian atas kapal, dan sebagian lainnya mendapatkan bagian bawahnya. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal, jika hendak mengambil air, melewati orang-orang yang berada di atas mereka. Mereka berkata, “Seandainya kita melubangi bagian kita dari kapal ini, niscaya kita tidak akan mengganggu orang-orang yang berada di atas kita.” Apabila mereka semua membiarkan orang-orang tersebut melaksanakan keinginannya, niscaya mereka semua akan binasa; jika mereka mencegah orang-orang tersebut, niscaya mereka selamat dan menyelamatkan semuanya,“ (HR al-Bukhari).
8. Dosa mengumpulkan harta haram penyebab datangnya bencana.
Selanjutnya, bencana banjir dan longsor akan datang pada orang-orang yang sibuk mengumpulkan harta haram yang diperoleh dengan cara yang tidak benar.
“Barangsiapa mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya (tidak benar) maka Allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah (longsor),“ (HR. Al-Baihaqi)
Sahabat, semoga kita tersadar bahwa bencana yang menimpa suatu kaum sangat mungkin disebabkan dosa-dosa yang dikerjakan oleh kaum itu sendiri. Maka semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menjadi penyebab turunnya bencana di negeri ini. Di saat yang lain bekerja, belajar, dan beraktivitas dengan nyaman di tengah pandemi Covid-19, ada saudara kita yang kehilangan orang terkasih karena musibah dan bencana di Indonesia. Ternyata, perahu setiap manusia berbeda-beda. Tumbuhkan empati, mari berwakaf digital untuk saling bantu ringankan beban korban bencana.
Keajaiban Istighfar, Allah Berikan Ampunan dan Kabulkan Doa dari Arah yang Tak Terduga, Istighfar adalah kegiatan dzikir untuk memohon ampunan kepada Allah. Ibadah yang satu ini merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan.
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdzikir mengingat-Nya siang dan malam baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.
Ada banyak hikmah dan keutamaan mengapa seorang muslim diperintahkan untuk banyak beristighfar.
Selain membuat seorang hamba akan lebih sering bahkan selalu mengingat Rabb-Nya, istighfar juga bisa melindungi seseorang dari perbuatan buruk dan maksiat karena ia selalu ingat dengan Tuhannya.
Istighfar tidak hanya akan mendatangkan ampunan namun juga kemudahan atas azzam dan doa seseorang dari arah dan cara yang tak terduga.
Bahkan jika sesseorang merasa sangat sibuk dan doanya sangat banyak untuk dipanjatkan, seseorang dianjurkan untuk tidak sampai melupakan istighfar.
Karena ampunan-Nya bisa melapangkan jalan yang tiada berbatas antara seorang hamba dan Tuhannya. Kedekatan terbangun dengan limpahan rahmat tiada tara.
Bahkan, karena ampunan Tuhan (istighfar) itu pula seseorang bisa dikaruniai keturunan; Allah menurunkan hujan yang lebat dari langit; menghidupkan lahan pertanian yang kering kerontang dan melimpahkan banyak harta dan anak (QS. Nuh: 10-12).
Bagitu banyak kisah tentang bagaimana keajaiban istighfar bagi seorang Muslim. Keajaiban istighfar juga pernah dialami secara langsung dalam penggalan hidup Imam Ahmad ibn Hanbal sebagaimana dikutip dari laman suaramuhammadiyah.
Alkisah, suatu hari di masa tuanya, sang Imam ingin jalan-jalan ke luar kota. Beliau sendiri tidak tahu mengapa beliau ingin sekali pergi ke kota Bashrah. Beliau tidak ada janji dan keperluan yang cukup mendesak.
Beliau sampai di kota itu ketika waktu Isya’ tiba. Beliau pun ikut shalat berjamaah di sebuah masjid. Selesai shalat, ia beristirahat dan ingin merebahkan badan.
Belum sampai tertidur di sana, seorang pekerja masjid mengusirnya. “Wahai orang tua (syekh), mengapa kamu tidur di sini?” Rupanya si marbot tidak tahu jika orang yang ada di hadapannya adalah seorang ulama besar yang disegani.
Menariknya, sang Imam sendiri tidak memperkenalkan dirinya. Padahal, hampir semua kalangan di dataran Irak tahu, setidaknya pernah mendengar nama, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama ahli hadis dan zahid.
Imam Ahmad menjawab, “Ijinkan saya istirahat di sini. Saya ini seorang musafir.”
Si marbot itu menjawab tegas, “Tidak boleh. Orang tua tidak boleh tidur di masjid.”
Bukan hanya diusir dengan kata-kata, sang Imam juga didorong-dorong oleh si marbot agar keluar dari masjid. Setelah itu, si marbot pun menutup mengunci pintu masjid.
Sang Imam pun lalu ingin tidur di teras masjid. Saat mengetahui si orang tua itu tidur di teras, si marbot pun mengusirnya kembali. Dengan terpaksa sang imam pun keluar dari masjid tanpa tahu harus menginap di mana.
Secara kebetulan di samping masjid ada seorang penjual roti. Rumahnya kecil. Di rumah itu pula si pembuat roti itu membuat dan menjual rotinya. Penjual roti itu sedang membuat adonan.
Melihat dan mendengar ada orang tua yang diusir dari masjid, si penjual roti itu pun memanggil sang imam, “Wahai orang tua, Anda boleh menginap di tempat saya. saya punya tempat, meskipun kecil.”
Mendapat tawaran itu, sang imam langsung mengiyakan. Setelah masuk dan duduk, beliau memandangi dan bertanya banyak hal pada si penjual roti itu. Beliau tidak memperkenalkan diri dan hanya mengatakan dirinya musafir.
Ada yang menraik dari penjual roti ini. Ia memiliki perilaku khas. Saat Imam Ahmad mengajak bicara, ia menjawabnya. Namun, jika tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar dengan pelan –meski tetap terdengar.
Saat memberi garam, memecah telur, mencampur gandum dan saat bekerja itu pula ia senantiasa mengucapkan istighfar.
Melihat perilaku itu Imam Ahmad lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini? Dan apa yang engkau dapatkan dari kebiasaan membaca istighfar ini?”
Si penjual roti itu menjawab, “Sudah lama sekali, ya syaikh. Saya menjual roti sudah 30 tahun. Jadi semenjak itu saya lakukan. Saya merasakan betapa tidak ada keinginan yang saya minta kepada Allah, kecuali selalu dikabulkan oleh Allah. Hanya satu yang belum dikabulkan oleh Allah.”
“Apa itu?” Imam Ahmad bertanya spontan.
“Sejak beberapa tahun yang lalu, saya ingin bertemu dengan seorang ulama di Baghdad. Saya ingin dipertemukan dengan Imam Ahmad ibn Hanbal. Sayangnya, Baghdad terlalu jauh bagi saya untuk menjangkaunya.” Tukang roti itu menjawab tanpa tahu bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Imam Ahmad ibn Hanbal dimaksud.
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh-jauh dari Baghdad ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid ke jalanan, ternyata karena istighfarmu.”
Betapa terperanjat si penjual roti itu. Ia memuji Allah sambil bersujud syukur. Lalu ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad. Inilah kisah keajaiban istighfar sebagaimana yang diceritakan dalam Kitab Manakib Imam Ahmad
Manfaat istighfar jika diamalkan rutin setiap hari ternyata sangat baik. Istighfar atau Astaghfirullah (أستغفر الله dalam bahasa Arab) merupakan kalimat istimewa dalam ajaran agama Islam.
Membaca istighfar secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab berupa kalimat 'astaghfirullah', yang artinya "Saya memohon ampunan kepada Allah".
Beristighfar dalam filosofi Islam, bermakna sebagai seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya.
Manusia merupakan makhluk yang tak pernah luput dari salah dan dosa. Dengan rutin membaca istighfar untuk memohon ampunan, maka Allah juga senantiasa akan memberikan balasan.
1. Menghapus Dosa
Membaca istighfar ini biasanya memang dilakukan oleh umat Islam untuk memohon ampun kepada Allah. Dengan rutin membaca Istighfar maka juga akan menghapus dosa-dosa. Seperti firman Allah SWT:
"Allah Ta'ala mengabarkan, bahwa Allah Ta'ala tidak akan mengazab orang yang beristighfar (memohon ampun dari dosa). Karena istighfar itu akan menghapus dosa yang dosa itu sendiri merupakan penyebab datangnya adzab, sehingga adzab itupun sirna dengan cepat."
2. Mengabulkan Doa
keistimewaan membaca istighfar selanjutnya ialah dikabulkannya doa-doa. Allah SWT berfirman:
Wa ilaa Samuuda akhaahum Saalihaa; qoola yaa qawmi' budul laaha maa lakum min ilaahim ghairuhuu Huwa ansha akum minal ardi wasta' marakum fiihaa fastaghfiruuhu summa tuubuuu ilaih; inna Rabbii Qariibum Mujiib
Artinya: “Shaleh berkata : ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya. Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat rahmat-Nya, dan maha mengabulkan doa-doa hamba-Nya.” (Hud: 61)
3. Membuka Pintu Rezeki
Manfaat istighfar tidak hanya akan diberi ampunan atas dosa-dosa. Namun, juga bisa membukakan pintu rezeki bagi si pembacanya. Hal itu dijelaskan Allah SWT dalam firmannya di Surat Nuh ayat 10-12.
Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa; Yursilis samaaa'a 'alaikum midraaraa; Wa yumdidkum bi am waalinw wa baniina wa yaj'al lakum Jannaatinw wa yaj'al lakum anhaaraa.
"Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.'' (QS Nuh : 10-12).
4. Dimudahkan Segala Urusan
Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa manfaat istighfar dapat memberikan jalan keluar dari setiap kesedihan. Tidak hanya itu, manfaat istighfar juga dapat melapangkan setiap kesempitan yang dialami seorang muslim.
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
5. Mendapatkan Kebaikan di Dunia
Rutin membaca kalimat istighfar dengan niat tulus dan ikhlas juga bisa mendapatkan ganjaran berupa kebaikan di dunia. Seperti firman Allah SWT:
Waanistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yumatti'kum matā'an ḥasanan ilā ajalim musamman wa yu`ti kulla żī faḍlin faḍlah, wa in tawallau fa innī akhāfu 'alaikum 'ażāba yauming kabīr.
Artinya: "Dan minta ampunlah kepada Robb kalian, dan bertaubatlah. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai kepada waktu yang sudah ditentukan, dan Dia akan memberikan kepada hambanya yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat" (Hud: 3)
6. Terhindar dari Musibah
Manfaat istighfar juga dapat menghindari seorang muslim dari musibah. Allah SWT berfirman:
"Dan Allah tidak akan menyiksa mereka sedang mereka dalam keadaan beristighfar" [Al-Anfal: 33]
Allah SWT juga pernah menjelaskan melalui firmannya, bahwa yang menyelamatkan nabi Yunus dari dalam perut ikan paus ialah kalimat istighfar salah satunya.
"Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk sebagai orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari kebangkitan" [Ash-Shaffat: 143-144]
Pada ayat lain, juga menjelaskan bentuk tasbih Nabi Yunus yang merupakan salah satu makna istighfar, yaitu dalam firman-Nya,
"Tiada sembahan (yang hak), kecuali Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya termasuk ke dalam golongan orang-orang zhalim" [Al-Anbiya`: 87]
7. Menurunkan Hujan Pembawa Berkah
Seorang muslim yang senantiasa mengucap Istighfar akan diberikan keberkahan berupa hujan. Sebab, sesuai dengan isi kandungan surah Qaaf ayat 9, menyatakan bahwa hujan merupakan berkah yang diturunkan Allah. Firman Allah SWT:
Wa yaa qawmis taghfiruu Rabbakum summa tuubuuu ilaihi yursilis samaa'a 'alaikum midraaranw wa yazidkum quwwatan ilaa quwwatikum wa laa tatawallaw mujrimiin.
Artinya: "Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Lalu bertaubat lah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang deras untukmu. Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa" (Hud: 52).
ISTIGHFAR atau membaca Astaghfirullah adalah salah satu bentuk memohon ampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam . Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam Islam .
Dalam Islam Astaghfirullah berarti "Aku memohon ampunan kepada Allah". Membaca Istighfar merupakan salah satu cara umat Islam agar terhindar dari perbuatan dosa. Tidak ada batasan kapan dan dimana umat Islam harus membaca Istighfar, Kapanpun kalimat Astaghfirullah bisa dibaca agar terhindar dari segala hal yang berbuntut dosa.
Tahukah Anda ada berbagai keutamaan membaca Istighfar bagi umat Islam.
1. Orang yang beristighfar dicintai oleh Allah SWT
Membaca Istighfar bagi umat muslim juga berarti bertaubat kepada Allah SWT. Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat kepadanya. Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah SWT. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah).
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh : 222).
Membaca istighfar
2. Beristighfar akan menghapus dosa
Semua orang pastinya pernah berbuat salah dan berdosa maka cobalah untuk beristghfar dan bertaubatlah niscaya Allah akan menghapus dosa umatnya yang bertaubat kepada Allah. Rasulullah pernah bersabda, “Allah telah berkata, “Wahai hamba-hamba Ku, setiap dari kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosa nya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak perduli berapa banyak dosanya.” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
3. Mendapat balasan surga
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan suatu perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah SWT ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135 – 136).
Selain itu masih ada lagi keutamaan membaca istighfar, klik halaman selanjutnya.
4. Memberi kebahagiaan bagi yang sedih dan mendatangkan rezeki
Apapun Allah Akan berikan bagi hambanya yang mengingat Allah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikannya kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
5. Kesejahteraan bagi orang yang beristighfar
Allah SWT berfirman , “Maka aku katakan kepada mereka : “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan deras, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untuk mu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
6. Menjadi orang yang beruntung
Aisyah pernah berkata, “Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.” (HR. Bukhari).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah SWT, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
7. Memberi kelegaan hati
Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, pastilah kesalahan yang dilakukan bisa tersimpan di hati dan menjadi beban pikiran tersendiri. Ketika pada akhirnya orang itu mengucapkan kalimat istighfar, maka secara tidak langsung orang tersebut berusaha untuk menghilangkan beban pikiran yang mengganggu tersebut, dan akhirnya pikiran dan hati akan terasa lebih lega
Manfaat istighfar jika diamalkan rutin setiap hari ternyata sangat baik. Istighfar atau Astaghfirullah (أستغفر الله dalam bahasa Arab) merupakan kalimat istimewa dalam ajaran agama Islam.
Membaca istighfar secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab berupa kalimat 'astaghfirullah', yang artinya "Saya memohon ampunan kepada Allah".
Beristighfar dalam filosofi Islam, bermakna sebagai seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya.
Manusia merupakan makhluk yang tak pernah luput dari salah dan dosa. Dengan rutin membaca istighfar untuk memohon ampunan, maka Allah juga senantiasa akan memberikan balasan.
1. Menghapus Dosa
Membaca istighfar ini biasanya memang dilakukan oleh umat Islam untuk memohon ampun kepada Allah. Dengan rutin membaca Istighfar maka juga akan menghapus dosa-dosa. Seperti firman Allah SWT:
"Allah Ta'ala mengabarkan, bahwa Allah Ta'ala tidak akan mengazab orang yang beristighfar (memohon ampun dari dosa). Karena istighfar itu akan menghapus dosa yang dosa itu sendiri merupakan penyebab datangnya adzab, sehingga adzab itupun sirna dengan cepat."
2. Mengabulkan Doa
keistimewaan membaca istighfar selanjutnya ialah dikabulkannya doa-doa. Allah SWT berfirman:
Wa ilaa Samuuda akhaahum Saalihaa; qoola yaa qawmi' budul laaha maa lakum min ilaahim ghairuhuu Huwa ansha akum minal ardi wasta' marakum fiihaa fastaghfiruuhu summa tuubuuu ilaih; inna Rabbii Qariibum Mujiib
Artinya: “Shaleh berkata : ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya. Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat rahmat-Nya, dan maha mengabulkan doa-doa hamba-Nya.” (Hud: 61)
3. Membuka Pintu Rezeki
Manfaat istighfar tidak hanya akan diberi ampunan atas dosa-dosa. Namun, juga bisa membukakan pintu rezeki bagi si pembacanya. Hal itu dijelaskan Allah SWT dalam firmannya di Surat Nuh ayat 10-12.
Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa; Yursilis samaaa'a 'alaikum midraaraa; Wa yumdidkum bi am waalinw wa baniina wa yaj'al lakum Jannaatinw wa yaj'al lakum anhaaraa.
"Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.'' (QS Nuh : 10-12).
4. Dimudahkan Segala Urusan
Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa manfaat istighfar dapat memberikan jalan keluar dari setiap kesedihan. Tidak hanya itu, manfaat istighfar juga dapat melapangkan setiap kesempitan yang dialami seorang muslim.
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
5. Mendapatkan Kebaikan di Dunia
Rutin membaca kalimat istighfar dengan niat tulus dan ikhlas juga bisa mendapatkan ganjaran berupa kebaikan di dunia. Seperti firman Allah SWT:
Waanistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yumatti'kum matā'an ḥasanan ilā ajalim musamman wa yu`ti kulla żī faḍlin faḍlah, wa in tawallau fa innī akhāfu 'alaikum 'ażāba yauming kabīr.
Artinya: "Dan minta ampunlah kepada Robb kalian, dan bertaubatlah. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai kepada waktu yang sudah ditentukan, dan Dia akan memberikan kepada hambanya yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat" (Hud: 3)
6. Terhindar dari Musibah
Manfaat istighfar juga dapat menghindari seorang muslim dari musibah. Allah SWT berfirman:
"Dan Allah tidak akan menyiksa mereka sedang mereka dalam keadaan beristighfar" [Al-Anfal: 33]
Allah SWT juga pernah menjelaskan melalui firmannya, bahwa yang menyelamatkan nabi Yunus dari dalam perut ikan paus ialah kalimat istighfar salah satunya.
"Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk sebagai orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari kebangkitan" [Ash-Shaffat: 143-144]
Pada ayat lain, juga menjelaskan bentuk tasbih Nabi Yunus yang merupakan salah satu makna istighfar, yaitu dalam firman-Nya,
"Tiada sembahan (yang hak), kecuali Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya termasuk ke dalam golongan orang-orang zhalim" [Al-Anbiya`: 87]
7. Menurunkan Hujan Pembawa Berkah
Seorang muslim yang senantiasa mengucap Istighfar akan diberikan keberkahan berupa hujan. Sebab, sesuai dengan isi kandungan surah Qaaf ayat 9, menyatakan bahwa hujan merupakan berkah yang diturunkan Allah. Firman Allah SWT:
Wa yaa qawmis taghfiruu Rabbakum summa tuubuuu ilaihi yursilis samaa'a 'alaikum midraaranw wa yazidkum quwwatan ilaa quwwatikum wa laa tatawallaw mujrimiin.
Artinya: "Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Lalu bertaubat lah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang deras untukmu. Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa" (Hud: 52).
ISTIGHFAR atau membaca Astaghfirullah adalah salah satu bentuk memohon ampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam . Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam Islam .
Dalam Islam Astaghfirullah berarti "Aku memohon ampunan kepada Allah". Membaca Istighfar merupakan salah satu cara umat Islam agar terhindar dari perbuatan dosa. Tidak ada batasan kapan dan dimana umat Islam harus membaca Istighfar, Kapanpun kalimat Astaghfirullah bisa dibaca agar terhindar dari segala hal yang berbuntut dosa.
Tahukah Anda ada berbagai keutamaan membaca Istighfar bagi umat Islam.
1. Orang yang beristighfar dicintai oleh Allah SWT
Membaca Istighfar bagi umat muslim juga berarti bertaubat kepada Allah SWT. Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat kepadanya. Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah SWT. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah).
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh : 222).
Membaca istighfar
2. Beristighfar akan menghapus dosa
Semua orang pastinya pernah berbuat salah dan berdosa maka cobalah untuk beristghfar dan bertaubatlah niscaya Allah akan menghapus dosa umatnya yang bertaubat kepada Allah. Rasulullah pernah bersabda, “Allah telah berkata, “Wahai hamba-hamba Ku, setiap dari kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosa nya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak perduli berapa banyak dosanya.” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
3. Mendapat balasan surga
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan suatu perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah SWT ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135 – 136).
Selain itu masih ada lagi keutamaan membaca istighfar, klik halaman selanjutnya.
4. Memberi kebahagiaan bagi yang sedih dan mendatangkan rezeki
Apapun Allah Akan berikan bagi hambanya yang mengingat Allah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikannya kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
5. Kesejahteraan bagi orang yang beristighfar
Allah SWT berfirman , “Maka aku katakan kepada mereka : “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan deras, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untuk mu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
6. Menjadi orang yang beruntung
Aisyah pernah berkata, “Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.” (HR. Bukhari).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah SWT, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
7. Memberi kelegaan hati
Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, pastilah kesalahan yang dilakukan bisa tersimpan di hati dan menjadi beban pikiran tersendiri. Ketika pada akhirnya orang itu mengucapkan kalimat istighfar, maka secara tidak langsung orang tersebut berusaha untuk menghilangkan beban pikiran yang mengganggu tersebut, dan akhirnya pikiran dan hati akan terasa lebih lega
Hikmah yang Didapat ketika Sering Mengucap Istighfar. ISTIGHFAR atau membaca Astaghfirullah adalah salah satu bentuk memohon ampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam . Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam Islam .
Dalam Islam Astaghfirullah berarti "Aku memohon ampunan kepada Allah". Membaca Istighfar merupakan salah satu cara umat Islam agar terhindar dari perbuatan dosa. Tidak ada batasan kapan dan dimana umat Islam harus membaca Istighfar, Kapanpun kalimat Astaghfirullah bisa dibaca agar terhindar dari segala hal yang berbuntut dosa.
Tahukah Anda ada berbagai keutamaan membaca Istighfar bagi umat Islam.
1. Orang yang beristighfar dicintai oleh Allah SWT
Membaca Istighfar bagi umat muslim juga berarti bertaubat kepada Allah SWT. Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat kepadanya. Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah SWT. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah).
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh : 222).
Membaca istighfar
2. Beristighfar akan menghapus dosa
Semua orang pastinya pernah berbuat salah dan berdosa maka cobalah untuk beristghfar dan bertaubatlah niscaya Allah akan menghapus dosa umatnya yang bertaubat kepada Allah. Rasulullah pernah bersabda, “Allah telah berkata, “Wahai hamba-hamba Ku, setiap dari kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosa nya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak perduli berapa banyak dosanya.” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
3. Mendapat balasan surga
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan suatu perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah SWT ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135 – 136).
Selain itu masih ada lagi keutamaan membaca istighfar, klik halaman selanjutnya.
4. Memberi kebahagiaan bagi yang sedih dan mendatangkan rezeki
Apapun Allah Akan berikan bagi hambanya yang mengingat Allah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikannya kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
5. Kesejahteraan bagi orang yang beristighfar
Allah SWT berfirman , “Maka aku katakan kepada mereka : “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan deras, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untuk mu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
6. Menjadi orang yang beruntung
Aisyah pernah berkata, “Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.” (HR. Bukhari).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah SWT, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
7. Memberi kelegaan hati
Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, pastilah kesalahan yang dilakukan bisa tersimpan di hati dan menjadi beban pikiran tersendiri. Ketika pada akhirnya orang itu mengucapkan kalimat istighfar, maka secara tidak langsung orang tersebut berusaha untuk menghilangkan beban pikiran yang mengganggu tersebut, dan akhirnya pikiran dan hati akan terasa lebih lega