This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Jumat, 05 Agustus 2022

Datangnya Penyakit Berasal Dari Diri Sendiri

Datangnya Penyakit Berasal Dari Diri Sendiri. Kesehatan itu mahal harganya. Apabila tubuh kita ini sehat maka kehidupan kita disadari atau tidak insyaallah senantiasa merasa tenang, senang, lapang dan beraktifitas dengan maksimal. Akan tetapi sebaliknya bila tubuh kita tidak sehat dapat dipastikan kegiatan akan terhambat, tidak bersemangat, mudah sekali emosi atau tersinggung sehingga hari-hari akan kita lalui dengan suram.

Seperti yang kita ketahui, khususnya bagi orang yang beragama muslim sering mendengar bahwa Al-Qur'an adalah penyembuh segala penyakit†dan “Allah Tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak mau merubahnya.

Berbagai cara digali, dikelola dan diklaim berasal dari Al-Qur'an untuk mengupayakan kesembuhan penyakit. Mulai dari membaca satu atau beberapa ayat hingga sekian puluh, ratus bahkan ribuan kali; menuliskan ayat diatas selembar kertas lalu dibakar, abunya dimasukkan kedalam air dan diminum; hingga doa-doa khusus yang dibaca agar penyakit bisa berpindah ketubuh hewan.

Belum lagi yang berikhtiar harus ke -maaf- dukun, melakukan ritual-ritual khusus mohon kesembuhan, pergi kedokter mulai dari dokter umum hingga yang sudah bergelar professor, meminum obat2an hingga operasi sampai keluar negeri dengan biaya yang selangit. Pertanyaannya adalah apakah semua itu benar? Apakah semua itu pasti berhasil?

Wallahualam bishawab.....pada kenyataannya banyak yang berakhir di ritual-ritual sesat atau berakhir di meja operasi, naudzubillahimindzalik.

Semua adalah ikhtiar, semua adalah usaha agar kita menjadi sembuh dan sehat asal tidak bertentangan dengan ajaran agama insyaallah hal itu sah-sah saja. Tapi sebenarnya tahukah kita bahwa segala penyakit itu datangnya dari diri kita sendiri? Bukan berasal dari virus, kuman bakteri, nyamuk, mutasi sel, dan sebagainya. Memang di saat kita sakit ketika diteliti ada yang namanya virus, kuman, bakteri yang merajalela didalam tubuh kita tapi itu bukanlah sebab itu hanya akibat !!

Ya!. semua yang diklaim sebagai sebab sakit sebetulnya adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, tingkah laku kita sehari-hari yang kurang terpuji dihadapan Allah SWT. Dimana perilaku yang kurang terpuji tersebut (baca: akhlak yang kurang baik) menjadikan malaikat Atid terus mencatat dan mencatat serta melaporkannya di hadapan Allah SWT, dimana sudah berjalan bertahun-tahun bahkan mungkin juga sudah berbelas bahkan berpuluh tahun sehingga akhirnya Allah menurunkan suatu musibah berupa penyakit sebagai pengingat kita umat-Nya agar segera kembali kejalan-Nya.

Hal ini mungkin luput dari perhatian kita semua, tapi hal itu sudah terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah berabad-abad lalu tercipta dan sudah dijamin keabsahan, dan kebenarannya serta tak terbantahkan hingga akhir jaman bahkan Allah SWT sendiri yang menjamin.

Coba kita renungkan ayat-ayat berikut, mari kita baca satu-persatu dengan pelan, teliti dan arif.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. QS: As-Syuura 42 :30-31

Nah!. Sudah jelas disini bahwa apapun musibah itu yang menimpa diri kita adalah awalnya karena perbuatan kita sendiri, karena kesalahan-kesalahan kita sendiri, karena dosa-dosa kita sendiri, oleh karenananya kita wajib mengucapkan astaghfirullah!.

Apakah memang benar seperti itu hanya karena dosa dan kesalahan kita saja dan bukan seperti apa yang sudah kita yakini selama ini bahwa penyakit datangnya dari virus, kuman bakteri, pemanasan global, lapizan ozon dan sederet alasan ilmiah lain???? Jawabannya adalah benar!!!

Mengapa terlihat sederhana sekali?? Mengapa hanya karena dosa dan kesalahan kita lalu tiba-tiba kita bisa menderita suatu penyakit bahkan hingga yang parah sekalipun??

Sebenarnya tidak sesederhana itu, pada ayat diatas Allah sudah menerangkan bahwa dosa dan kesalahan kita banyak sekali diampuni olehNya, karena kita sendiripun tidak akan sadar bahkan mungkin tidak bisa menghitung dosa kita setiap harinya. Dosa dan kesalahan itu kita kerjakan terus menerus dari hari kehari, bulan ke bulan bahkan hingga berpuluh tahun barulah Allah akan menurunkan suatu musibah dalam hal ini penyakit semata-mata hanya sebagai hukuman, sebagai peringatan, sebagai sentilan, sebagai jeweran bagi kita agar segera sadar bahwa kita memang banyak salah dan dosa agar kita segera mau kembali ke jalan Allah (..dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah).

Sudah jelas disini disebutkan kata-kata "pelindung dan penolong", berarti kalau kita mau selamat dari musibah, kalau kita mau sembuh dari penyakit, maka kita harus kembali kepada pelindung dan penolong kita yaitu Allah SWT.

Hal ini juga akan diperjelas lagi oleh Allah SWT melalui firmanNya yang lain yang berbunyi: Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS: An-Nissa 4 :111

Semoga ini bisa menjadi bahan renungan buat kita semua dan kami khususnya dan bisa bermanfaat bagi diri kita pribadi dan orang lain (bila kita mau menyampaikannya), juga bagi keluarga kita. Semoga dengan sekelumit bahasan ini bisa membantu kita semua agar bersegera kembali, bersegera meminta ampunan dan perlindungan Allah SWT. Dan jika ada kebenaran yang tertuang di artikel ini semata-mata itu hanyalah karena Rahmat Allah SWT dan jika ada kesalahan yang tertuang semata-mata dikarenakan kekhilafan saya sebagai manusia yang penuh salah dan dosa.

Referensi : Datangnya Penyakit Berasal Dari Diri Sendiri

















Cara Allah Menghapus Dosa Hamba-Nya Melalui Penyakit

Berkat mereka yang jatuh sakit adalah penawar dari perbuatan dosa yang telah dilakukan. Hampir tidak ada yang bisa menebus dosa dari penderitaan yang kita alami.

Allah berfirman dalam surat Asy-Syura ayat 30 yang berbunyi :

 وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

Wa mā aṣābakum mim muṣībatin fa bimā kasabat aidīkum wa ya'fụ 'ang kaṡīr.

Artinya: Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

Setiap orang pasti mendapat musibah atau malapetaka. Seperti kematian orang yang dicintai, kehilangan kerabat, terguncangnya ekonomi finansial, kesusahan fisik, demam, semua jenis rasa sakit, dan penderitaan.

Penyakit sebagai berkah tersembunyi

Suatu saat Nabi Muhammad SAW mengunjungi orang sakit yang menderita demam, dia berkata: “Saya punya kabar baik untuk anda. Karena sesungguhnya Tuhanku telah mengatakan kepadaku demam adalah hukumanku yang aku berikan kepada orang-orang yang beriman agar mereka tidak perlu dihukum di neraka.”

Ini adalah hukuman yang Allah berikan agar anda selamat dari hukuman kehidupan selanjutnya. Berarti menderita suatu penyakit merupakan berkah terselubung.

Suatu ketika Nabi Muhammad SAW mengunjungi seorang teman wanita, Umm Sa'ib. Dia juga menderita demam dan bolak-balik, Rasulullah bertanya ada apa. Lalu dia menjawab, “Saya demam tinggi. Semoga Allah mengutuknya.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Jangan mengutuk demam, karena sesungguhnya itu mengampuni dosa seperti tungku membersihkan kotoran pada besi,”(HR Muslim).

Saat anda memasukkan besi ke dalam tungku, itu dipenuhi dengan kotoran. Namun, ketika anda mengeluarkannya, akan menjadi 100 persen murni. Jadi, Rasulullah membandingkan demam dengan tungku yang merupakan perbandingan sangat baik karena keduanya terbakar.

Dalam hadits lain disebutkan, itu akan menyingkirkan dosa-dosamu seperti pohon di musim gugur. Saat anda menggoyangkan semuanya, daunnya akan jatuh. Begitu juga penyakit akan menyingkirkan dosa-dosamu.

Setiap bencana adalah untuk kebaikan anda

Ini adalah sesuatu berlaku untuk setiap bencana dan kemalangan. Rasulullah SAW bersabda, “Bahkan jika duri menusuk salah satu dari anda, itu akan menebus sebagian dari dosa anda,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Hadist lainnya yang terkenal Rasulullah berkata, “Luar biasa urusan orang beriman, karena segala sesuatu yang terjadi padanya terjadi untuk kebaikannya. Jika sesuatu yang baik terjadi dan dia bahagia, dia bersyukur kepada Allah, dan itu baik untuknya. Dan jika sesuatu yang buruk terjadi, maka dia bersabar, dan Allah membalasnya atas kesabaran itu,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

orang beriman selalu menjadi pemenang, dia tidak pernah menjadi pecundang. Tidak peduli bencana apa yang menimpanya, dia akan selalu berada di atas angin dan menang karena dia memiliki Allah di sisinya. Dan ketika anda memiliki Allah di pihakmu, anda tidak peduli apa yang terjadi pada umat manusia lainnya.

Kita tidak ingin sakit, kami tidak menginginkan bencana, tetapi setiap dari kita akan jatuh sakit dan akan menghadapi malapetaka. Ketika itu terjadi, maka kita bangkit dan menghadapinya. Seraya dengan memperbaharui iman kita kepada Allah, merendahkan diri, serta menyerahkan diri kepada-Nya. Melalui semua ini, kita menghargai berkah bahkan saat jatuh sakit dan mengalami musibah.

Referensi : Cara Allah Menghapus Dosa Hamba-Nya Melalui Penyakit
















Sakit Karena Dosa

Dalam pemahaman keagamaan Timur Dekat kuno, penderitaan, kemiskinan, juga sakit penyakit seringkali dianggap sebagai bagian dari hukuman para dewa akibat kesalahan yang diperbuat oleh manusia tersebut. Meski tidak selalu demikian, namun pemazmur juga mengakui bahwa Tuhan dapat menyatakan hukuman-Nya lewat sakit penyakit.

Daud nampaknya sedang mengalami sakit fisik yang cukup menyiksa. Ada yang menafsirkan bahwa ia menderita sakit kusta, karena dikatakan tubuhnya penuh luka, berbau busuk dan bernanah (6), tapi ada pula yang menduga ia menderita sejenis penyakit kelamin karena bagian pinggangnya meradang dan sekujur tubuh kesakitan (8). Meski tak diketahui secara pasti Daud mengalami sakit apa, namun tampaknya ini bukan sakit biasa.

Dalam kondisi fisik yang penuh derita, ia juga masih harus mengalami penolakan dari orang-orang terdekatnya (12), bahkan para musuhnya pun hendak mencelakakan dia (13). Kondisi sosial ini memperberat penderitaan yang dialami Daud. Dalam kondisi demikianlah Daud sadar dan berseru pada Tuhan. Ia tidak membela diri dihadapan Tuhan, namun justru ia berseru memohon pengampunan dari Tuhan atas kesalahannya (2-5). Ia mengerti bahwa segala penderitaan yang terjadi bukanlah tanpa sebab, karena itu dengan penuh penyesalan ia mengaku dosa pada Tuhan (19). Dan setelah Daud menghantarkan segala keluh kesahnya, ia pun memohon pertolongan pada Tuhan (22-23).

Sikap Daud ini menjadi sebuah contoh kesadaran diri sebagai umat Allah. Sering kali dalam kondisi penderitaan, sakit penyakit, bahkan masalah yang besar kita hanya datang pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya. Renungkan: Ingatlah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak akan Dia pandang hina (Mzm. 51: 17), justru kejujuran kita akan dosa dan pelanggaran yang Tuhan inginkan.

Referensi : Sakit Karena Dosa












Penyakit Akibat Dosa

Menderita suatu penyakit adalah sesuatu hal yang paling tidak diinginkan oleh manusia. Namun yang namanya penyakit, selalu datang menghampiri setiap orang, tidak peduli siapa dia, atau apa status atau kedudukannya di masyarakat. Singkatnya, semua golongan masyarakat: tua-muda, wanita-pria, kaya-miskin, cantik-jelek, semua pasti pernah dihampiri penyakit. Penyakit memang penuh misteri: dia datang tanpa diduga, tanpa diundang. Orang yang selalu telaten merawat kesehatannya pun, tidak dijamin akan steril dari penyakit. Jadi penyakit akan selalu hadir, meski dengan kadar dan jenis yang berbeda-beda.

Kali ini kita akan membahas topik seputar misteri sakit dan penyakit, terutama bagaimana memandang-nya dari sudut Alkitab. Hal ini sangat penting, mengingat di era yang semakin canggih ini, penyakit yang berkembang pun semakin bera-gam dan canggih pula. Di samping itu, masih ada sebagian dari orang Kristen yang terkadang melen-ceng dari Alkitab dalam meman-dang sakit dan penyakit.

Sudah seringkali diperingatkan agar para pengkhotbah jangan secara sembarangan memberita-kan soal penyakit dan kesembuhan kepada jemaat. Namun kesalahan ini masih saja terjadi berulang kali. Saat ini masih banyak orang Kristen yang berpandangan sangat picik dalam memandang sakit dan penyakit. Mereka itu percaya dan mengatakan bahwa penyakit itu adalah akibat dari dosa, sehingga dengan demikian, orang yang menderita sesuatu penyakit tidak memerlukan dokter untuk meno-long mengobati atau menyembuh-kannya. Jangan berurusan dengan dokter, cukup dengan duduk, lipat tangan dan berdoa, minta Yesus Kristus, tabib yang agung itu untuk menyembuhkan penyakit, demikian kira-kira bunyi pendapat orang yang sangat keliru itu.

Kita percaya, sakit dan penyakit yang bagaimana pun jenis/ragam dan tingkat keparahannya, pasti dapat disembuhkan oleh Kristus. Kuasa-Nya, dahulu, sekarang dan selamanya, tetap ber-langsung dan berlaku. Namun jika setiap orang Kristen menganut pandangan seperti dikemukakan di atas tadi, hal itu sama saja dengan menghina Alkitab. Dengan pandangan seperti itu, orang Kristen menjadi picik, karena menolak ilmu kedokteran, menolak kemajuan teknologi pengobatan dan penyembuhan, karena seluruh sistem kemajuan yang ada itu pun merupakan anugerah Allah. Jadi, jangan menjadi orang Kristen yang ikut-ikutan kacau, yang akhirnya membuat diri menjadi eksklusif, yang tidak bisa lagi dipahami, tidak bisa lagi dimengerti, seakan-akan ngambang sembarangan. Tuhan menyuruh kita memerintah dunia ini, mengatur dan menguasai dunia ini, bukan lari dari dunia ini.

Jangan lupa, Lukas adalah seorang tabib. Jangan lupa pula, Yesus mengatakan bahwa orang yang sakit memerlukan tabib, orang berdosa memerlukan juru selamat. Lalu bagaimana kita di jaman ini mengatakan kalau kita tidak perlu berurusan dengan dokter, dengan dalih Tuhan akan menyembuhkan kita? Pandangan seperti ini menjadi saru, bahkan merupakan suatu kesalahan yang fatal. Pendapat semacam ini menghina Alkitab karena seringkali kita tidak mau belajar serius dari firman Tuhan itu.

Ada beberapa kemungkinan yang membuat seseorang sering sakit. Salah satu di antaranya karena kurang berolahraga. Seseorang yang sering sakit karena kurang berolahraga, dapat dikatakan bahwa fisiknya lemah. Jika dia banyak melakukan pergerakan, kemungkinan besar fisiknya akan semakin kuat dan tubuhnya menjadi sehat. Jadi, jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa sakit dan penyakit itu karena dosa, atau karena Tuhan punya rencana dalam diri kita. Jangan mengukur Tuhan berdasarkan pikiran dan ukuran manusia yang serba terbatas. Karena itu pelajari Alkitab baik-baik supaya jangan sampai salah konsep akibat kurang mengerti.

Alkitab mengelompokkan penyakit dalam tiga jenis yaitu: penyakit fisik, penyakit jiwa, dan penyakit karena dirasuk setan. Ketiga jenis penyakit ini, secara umum bisa dipahami dalam dunia modern dan kedokteran, walau-pun memang masih ada beberapa hal yang tidak jelas. Soal kerasukan setan misalnya, menjadi suatu masalah yang serius. Orang-orang modern yang menolak pengertian tentang keimanan, akan menga-takan bahwa sakit karena dirasuk setan itu tidak lebih dari sakit jiwa. Padahal ada perbedaan antara sakit jiwa dengan kerasukan setan.

Selain karena faktor fisik yang lemah tadi, menurut Alkitab masih ada beberapa penyebab sehingga timbul suatu penyakit. Salah satunya memang adalah penyakit yang timbul karena dosa. Di samping itu ada pula penyakit karena iblis. Ada juga orang yang menderita sesuatu penyakit akibat hukuman Tuhan, atau mendapat teguran dari Tuhan. Tidak jarang pula penyakit itu timbul untuk mendidik penderitanya. Dalam kitab Korintus diceritakan tentang Rasul Paulus yang di dalam dagingnya ada duri. Paulus sudah berdoa supaya duri itu lepas dari dirinya, namun Tuhan membiarkannya, supaya dia jangan menjadi sombong. Ada pula penyakit untuk kemuliaan Tuhan.

Penyakit itu seringkali ada untuk kebaikan. Karena itu kita harus mengerti dan memahami Alkitab. Jangan kita terjebak pada pemikiran yang sempit mengenai sakit dan penyakit, tetapi biarlah kasih Allah membuat kita betul-betul mengerti apa yang sedang Dia kerjakan dalam diri kita. Kalau sedang sakit, berdoalah dan evaluasi diri dan pikirkan baik-baik baru menyimpulkan yang tepat sehingga kita dapat memahami kehendak Allah dalam hidup kita, supaya kehidupan kita semakin indah, dan kita pun semakin memahami betapa manisnya persekutuan dengan Dia.

Referensi : Penyakit Akibat Dosa















Apakah Sakit itu Takdir Atau Karena Dosa di Dunia? (Begini Jawaban : Buya Yahya)

Bisa dikatakan jika sakit merupakan salah satu kondisi terlemah manusia. Banyak kesulitan dan kesakitan yang harus dirasakan ketika mengalami sebuah penyakit. Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya mengenai penyebab penyakit yang sesungguhnya.  Padahal orang beriman sudah tidak punya dosa di dunia, bahkan rajin beribadah kepada Allah. Dalam salah satu pengajiannya, Buya Yahya menjawab pertanyaan dari seorang jamaah terkait topik tersebut. “Ada pun sakit, atau musibah, atau bencana yang Allah timpakan kepada seorang mukmin semua ketentuan dari Allah,” kata Buya Yahya.

Buya Yahya mengatakan bahwa tidak ada yang terjadi di alam semesta ini melainkan karena ketentuan Allah SWT. Namun bagaimana jika seseorang yang beriman dan rajin beribadah kepada Allah terkena busibah atau sakit? “Tidak ada ketentuan musibah yang Allah timpakan kepada seorang beriman kecuali ada sesuatu yang Allah kehendaki,” ujar Buya Yahya. Beliau kemudian memperjelas maksud dari pernyataannya tentang seorang yang beriman yang tertimpa musibah atau sakit.

“Allah akan mengampuni segala kesalahan kita yang pasti ada. Karena Allah sayang, ini hamba-Ku dan aku sayang tapi dia punya dosa. Aku tidak mau menyiksa nanti di akhirat, maka Aku timpakan saat ini di dunia,” sambung Buya Yahya. Artinya, orang beriman yang sakit atau kena musibah merupakan tanda kasih saya Allah kepadanya.

Allah tidak ingin menghukumnya di akhirat, maka Allah datangkan hukumannya langsung di dunia. Namun bagaimana jika ada orang beriman yang bersih dari dosa dan sakit? “Maka di sini kalau Anda sudah tidak ada dosa maka karena Allah akan mengangkat derajat Anda,” ungkap Buya Yahya.

Menurut Buya Yahya, Allah mengangkat derajat seorang hamba di sini maksudnya adalah jika hamba tersebut berada di level surga terendah, maka dengan diangkat derajatnya, dia masuk ke surga level tertinggi. “Inikan surga derajatnya tinggi, pangkatnya tinggi, cuman kalau dilihat dari amalnya levelnya surga terendah, lalu Allah menghendaki dia naik pangkat surga tertinggi,” kata Buya Yahya. Itulah jawaban Buya Yahya terkait pertanyaan apakah sakit takdir atau karena dosa di dunia.

Referensi : Apakah Sakit itu Takdir Atau Karena Dosa di Dunia? (Begini Jawaban : Buya Yahya)

















Zakat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya

Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Kedudukan zakat dalam Islam sudah banyak diketahui oleh kaum Muslimin secara garis besarnya, namun untuk menegaskan pentingnya masalah zakat ini perlu dirinci kembali permasalahan ini dalam bentuk yang lebih jelas dan gamblang.

KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang agung berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهاَدَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقاَمِ الصَّلاَةِ وَإِيْتاَءِ الزَّكَاةِ وَصَومِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ لِمَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلأ

Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.[1] Ini menunjukkan betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam. Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal perbuatan pertama yang dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang merupakan ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu, setelah ajakan kepada iman didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam lainnya. Ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

إِنَّكَ تَأتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ فاَدْعُهُمْ إِلىَ شَهاَدَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ فإَِنْ هُمْ أَطاَعُوكَ لِذلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ اِفْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلواتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَليَلْةٍ فإَِنْ هُمْ أَطاَعُوكَ لِذلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ اِفْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِياَئِهِمْ فَتُرَدُّ عَلىَ فُقَرَائِهِمْ

Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab, ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka [2]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat (dalam hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan keduanya didahulukan sbelumnya selainnya dalam berdakwah kepada Islam. Juga dalam rangka mengikuti prinsip at-tadarruj (bertahap fase demi fase) dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.[3]

Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari al-Qur’an maupun al-hadits yang menunjukkan kedudukan zakat yang tinggi dalam Islam.

TUJUAN-TUJUAN SYAR’I DIBALIK KEWAJIBAN ZAKAT[4]
Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan Menjalankan Perintah-Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [al-Baqarah/2:43]

Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat kaum Mukminin yang taat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allâh, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [at-Taubah/9:18]

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syari’at.

Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].

Juga firman-Nya.

لَٰكِنِ الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُونَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَالْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ ۚ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالْمُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أُولَٰئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang Mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allâh dan hari Kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” [an-Nisa`/4:162]

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah Allâh Azza wa Jalla Limpahkan Sebagai Karunia Kepada Manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrâhim/14:7]

Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim, dengannya nikmat akan langgeng dan bertambah. Imam as-Subki rahimahullah mengatakan, “Diantara makna yang terkandung dalam zakat adalah mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ini berlaku umum pada seluruh taklief (beban) agama, baik yang berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allâh Azza wa Jalla telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta. Mereka wajib mensyukuri nikmat-nikmat tersebut, mensyukuri nikmat badan dan nikmat harta. Hanya saja, meski sudah kita tahu itu merupakan wujud syukur atas nikmat badan atau nikmat harta, namun terkadang kita masih bimbang. Zakat masuk kategori ini.” [5]

Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh, mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .

3.Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103].

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kewajiban membayar zakat dalam ayat di atas berkaitan dengan hikmah pembersihan dari dosa-dosa.”[6]

Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئ ُالمَاءُ النَّارَ

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.”[HR. Ahmad 5/231 dan at-tirmidzi no. 2616 dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]

Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”

4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.
Al-Kâsâni rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya zakat membersihkan jiwa orang yang menunaikannya dari kotoran dosa dan menghiasi akhlaknya dengan sifat dermawan dan pemurah. Juga membuang kekikiran dan kebakhilan, karena tabiat jiwa sangat menyukai harta benda. Zakat dapat membiasakan orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan menyampaikan hak-hak kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.[7]

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap semua. Tentang hakikat ini, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا

Dan manusia itu sangat kikir. [al-Isrâ`/17:100]

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ

Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. [an-Nisâ`/4:128]

Sifat kikir ini merupakan faktor terbesar yang menyebabkan manusia sangat tergantung kepada dunia dan berpaling dari akhirat. Sifat ini menjadi sebab kesengsaraan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِوَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الخَمِيْصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيْكَ فَلاَ اْنَتقَشَ

Sengsara hamba dinar, sengsara hamba dirham, sengsara hamba khamishah ! Bila dia diberi maka dia rela, bila tidak maka dia murka, sengsara dan tersungkurlah dia, bila dia tertusuk duri maka dia tidak akan mencabutnya. [8]

Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan. Bila seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia akan sukses, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” [al-Hasyr/59:9]

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allâh berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali Imrân/3:180]

al-Fakhrurrazi rahimahullah berkata, “Kecintaan mendalam terhadap harta bisa melalaikan jiwa dari kecintaan kepada Allâh dan persiapan menghadapi kehidupan akhirat. Hikmah Allâh Azza wa Jalla menuntut agr pemilik harta mengeluarkan sebagian harta yang dipegangnya; Agar apa yang dikeluarkan itu menjadi alat penghancur ketamakan terhadap harta, pencegah agar jiwa tidak berpaling kepada harta secara total dan sebagai pengingat agar jiwa sadar bahwa kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai dengan sibuk menumpuk harta. Akan tetapi kebahagian itu akan terwujud dengan menginfakkan harta untuk mencari ridha Allâh Azza wa Jalla . Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk melenyapkan kecintaan kepada dunia dari hati. Allâh Azza wa Jalla mewajibkan zakat untuk hikmah mulia ini. Inilah yang dimaksud oleh firman-Nya, yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.” Yakni membersihkan dan mensucikan mereka dari sikap berlebih-lebihan dalam menuntut dunia.” [9]

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.
Karena harta yang masih ada keterkaitan dengan hak orang lain berarti masih kotor dan keruh. Jika hak-hak orang itu sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan. Permasalahan ini diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.

6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang Kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan.

Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat. [10]

Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan ditinggikan derajatnya. Ini termasuk tujuan syar’i yang penting. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allâh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allâh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allâh Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” [al-Baqarah/2:261]

7. Menghibur Dan Membantu Orang Miskin.
Al-Kâsâni rahimahullah berkata, “Pembayaran zakat termasuk bantuan kepada orang lemah dan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Zakat membuat orang lemah menjadi mampu dan kuat untuk melaksanakan tauhid dan ibadah yang Allâh wajibkan, sementara sarana menuju pelaksanaan kewajiban adalah wajib.” [11]

8. Pertumbuhan Harta Yang Dizakati.
Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa Arab adalah pertumbuhan. Kemudian syariat telah menetapkan makna ini dan menetapkannya pada kewajiban zakat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allâh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allâh tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (al-Baqarah/2:276). Yakni menumbuhkan dan memperbanyak. [12]

Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allâh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” (Saba`/34:39). Yakni Allâh menggantinya di dunia dengan yang semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan. [13]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ إِلاَّ وَمَلكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اَللهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقاً خَلَفاً وَيَقُولُ الآخَرُ اللهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاً

Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua malaikat turun, salah satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidak mengurangi harta. [HR Muslim]

9. Mewujudkan Solidaritas Dan Kesetiakawanan Sosial.
Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

مَثَلُ المُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الجَسَدِ الوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ باِلسَهْرِ وَالحُمَّى

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling menyayangi, mengasihi dan melindungi adalah seperti jasad yang satu, bila ada satu anggota jasad yang sakit maka anggota lainnya akan ikut merasakannya dengan tidak tidur dan demam. [HR Muslim]

10. Menumbuhkan Perekonomian Islam.
Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat. Sebagaimana juga zakat dapat menghalangi penumpukan harta di tangan orang-orang kaya saja. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh amat keras hukumanNya.” [al-Hasyr/59:7]

Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat mendorong pemiliknya untuk membeli keperluan hidup, sehingga daya beli terhadap barang meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan produksi yang menyerap tenaga kerja dan membunuh pengangguran. [14]

11. Dakwah Kepada Allâh Azza wa Jalla .
Di antara tujuan mendasar zakat adalah berdakwah kepada Allâh dan menyebarkan agama serta menutup hajat fakir-miskin. Semua ini mendorong mereka untuk lebih lapang dada dalam menerima agama dan menaati Allâh Azza wa Jalla .

Demikian banyaknya faedah dan hikmah pensyariatan zakat lainnya yang belum disampaikan, namun semua yang telah disampaikan diatas sudah cukup menunjukkan betapa penting dan bergunanya zakat dalam kehidupan individu dan masyarakat Islam.

Referensi sbb ini : Zakat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya















5 Alasan untuk Selalu Mengkonsumsi Makanan Halal

5 Alasan untuk Selalu Mengkonsumsi Makanan Halal. Mengonsumsi makanan halal tak hanya baik bagi kesehatan, melainkan dapat mendatangkan rezeki. Berikut ini 5 manfaat makanan halal dan penjelasannya.

Seperti yang kita ketahui sendiri, makanan dan minuman adalah sebuah kebutuhan bagi manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Makanan dan minuman yang masuk ke tubuh kita tentu saja akan berpengaruh bagi kesehatan tubuh. Contohnya saja jika kamu memakan makanan bergizi yang banyak mengandung vitamin dan mineral, tentunya akan menghasilkan output berupa sehatnya organ-organ tubuh, sedangkan ketika kita memakan makanan yang tak sehat, pastinya akan membuat kesehatan menurun. Bicara mengenai makanan, Al Qur’an merupakan kitab suci yang banyak memuat tentang pedoman hidup. Termasuk di dalamnya pedoman tentang makanan halal dan haram yang wajib maupun yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi umat Islam.

Makanan dan minuman halal tak hanya berarti sekadar makanan yang dibeli dengan rezeki yang halal. Upaya pemerolehan sebuah makanan yang berhukum halal haruslah didapatkan karena perbuatan yang baik pula. Tidak boleh didapatkan atas hasil merampas, mencuri, korupsi atau menganiaya saudara kita yang lain untuk mendapatkan sebuah makanan. Selain itu, seperti yang terkandung dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 173. Makanan yang halal juga berarti makanan yang tidak mengandung darah, daging babi, bangkai dan tidak disembelih atas nama Allah S.W.T Umat muslim juga diwajibkan untuk membaca doa sebelum makan dan mengucap bismilah sebelum meminum minuman agar dalam setiap suapan makanan yang masuk ke tubuh kita mendapat ridho dan berkah dari Allah S.W.T.  

Hikmah Makan Makanan Halal

Makanan halal

Setiap larangan dan perintah dari Allah pastilah mengandung hikmah yang baik bagi umat manusia. Maka dari itu, simak ulasan hikmah luar biasa dibalik mengkonsumsi makanan dan minuman halal berikut ini.

1. Menghindarkan Diri dari Penyakit

Menurut beberapa penelitian yang telah diterbitkan, makanan haram seperti darah ternyata mengandung bakteri jahat yang malah akan membuat fungsi tubuh menurun. Bahkan, ditemukan juga beberapa fakta lainnya seperti tidak adanya kandungan gizi apapun di dalam darah. Selain itu, darah juga merupakan media yang tepat untuk perkembangan bakteri bila kamu tetap memaksa untuk mengkonsumsinya organ lambungmu bisa saja akan memuntahkannya. Di kasus lainnya, mengkonsumsi olahan dengan campuran darah di dalamnya juga dapat meningkatkan resiko keguguran. Begitu pula halnya ketika kamu memakan daging hewan bangkai. Dengan bakteri serta kuman yang mengelilinginya tentu saja akan sangat beresiko bagi tubuh kamu dan bahkan bisa membuat keracunan. Untuk itulah, Islam menganjurkan umatnya agar mengkonsumsi makanan halal yang segar dan terhindar dari najis, kuman, bakteri serta virus yang dapat membahayakan tubuh.

2. Meningkatkan Iman dan Mendapatkan Perlindungan

Sebagaimana yang kita ketahui, Allah S.W.T sangatlah menyayangi hamba-hambanya yang senantiasa bertakwa menjauhi semua larangan-Nya. Maka dari itu, bila selama hidup kamu di dunia selalu senantiasa berupaya memakanan makanan dan minuman halal. Allah S.W.T pasti akan memberikan ganjaran dan menempatkanmu di tempat yang terpuji. Dengan mengkonsumsi makanan halal dan minuman halal juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keimanan serta sebagai bentuk ungkapan rasa cintamu kepada Allah S.W.T yang maha pencipta.

3. Menjaga akhlak

Makanan dan minuman yang kita konsumsi akan masuk ke dalam tubuh serta menjadi sumber tenaga. Kamu tentunya tidak ingin bukan jika setiap makanan yang masuk ke dalam tubuhmu nantinya malah mencemari diri dengan hal-hal negatif yang terkandung di dalamnya

4. Menjaga Kekhusyukan Salat

Salah satu syarat shalat adalah berakal dalam artian kamu tidak boleh melakukan sholat ketika sedang mabuk karena alkohol maupun minuman keras lainnya. Di sebuah hadist shahih juga menyebutkan bahwa:

“Orang yang meminum khamar (Alkohol) tidak diterima sholatnya selama 40 hari. Siapa yang bertaubat, maka Allah memberi taubat untuknya. Namun bila kembali, hak Allah untuk memberinya minum dari sungai Khabal.” Menjadi sebuah petunjuk bagi kita agar senantiasa menghindari meminum minuman keras agar sholat kita diterima.

5. Mendatangkan Rezeki yang Baik

Saat kamu memakan makanan halal yang diperoleh dari rezeki yang baik. Tentu saja hal ini akan membiasakan kamu untuk mencari rezeki dengan cara yang baik pula di esok harinya.

Selain itu, Allah S. W.T menjamin bagi hamba-hambanya yang senantiasa sabar dan beriman dengan dicukupkan rezekinya selama di dunia. 

Itulah sejumlah manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal. Kita diwajibkan untuk selalu mengamalkan perintah dan larangan Alquran selama hidup di dunia guna menggapai ridho Allah. Nah, bagi kamu yang masih kebingungan mencari aneka produk makanan dan minuman halal yang sudah memiliki sertifikasi halal

Referensi : 5 Alasan untuk Selalu Mengkonsumsi Makanan Halal