This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Sabtu, 16 Juli 2022

Ciri-Ciri Orang Munafik Menurut Islam

Munafik adalah salah satu jenis sifat yang dilarang dalam agama Islam. Bahkan, terlepas dari narasi keagamaan, sifat munafik bukanlah sifat yang pantas dimiliki oleh manusia dengan latar belakang kepercayaan apapun. Hal ini karena munafik adalah penyakit hati yang dapat merusak diri dan mencemari pribadi dalam hubungan antar sesama manusia.

Munafik adalah orang yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batinnya atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian. Kepercayaan atau perbuatannya itu dalam Islam disebut nifaq. Dalam menjalani realita kehidupan kaum munafik yang selalu berubah karakternya, terutama dalam interaksi sesama manusia, yaitu dalam percakapan atau perbuatan mereka.

Oleh karena itu, manusia yang lainnya dapat mengetahui sosok pribadi mereka melalui sifat bicaranya, yaitu dengan memperhatikan kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang diyakini dalam hatinya. Biasanya dilakukan karena seseorang memiliki suatu kepentingan yang ingin dicapai. Karakter seperti ini, seringkali muncul dalam kehidupan masyarakat.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian sifat dan ciri-ciri orang munafik menurut ajaran Agama Islam. 

Pengertian Munafik
Kemunafikan dalam bahasa Arab disebut al-nifa'q, sering diartikan dengan "pengakuan dengan lidah dan pengingkaran dengan hati." Al-Ra'gib al-Asfaha'ni' mengartikan nifa'q yaitu "masuk ke dalam syariat dari satu pintu dan keluar melalui pintu yang lain." Ungkapan yang lebih sederhana dikemukakan oleh al- Tabataba'i', bahwa nifa'q secara lisan menyatakan iman.
Term nifa'q yang mengandung makna "kemunafikan", muncul dalam al- Qur’an sebanyak 37 kali. Sementara itu, pengertian munafik secara terminologi menurut syariat Islam adalah orang yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batinnya atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian.

Menurut Toshihiko Izutsu, nifa'q atau munafik adalah keyakinan secara lisan sementara dalam hati tidak percaya. Dengan demikian, jelas bahwa ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan dalam berbagai hal yang merupakan keyakinan religius, yang merupakan salah satu gambaran yang karakteristik dari dari fisq (fasik), merupakan unsur yang paling mendasar dalam dalam makna nifa'q.
Awal dari kata munafik juga berarti istilah yang digunakan untuk penduduk Madinah yang masuk Islam tetapi dia juga memelihara sifat kufur dan juga orang yang mengutuk al-Qur’an. Terbentuknya istilah munafik kental pada saat periode Madinah, untuk itulah beberapa ayat tentang munafik berlatar belakang Madaniyyah.

Ciri-Ciri Orang Munafik Sbb : 

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa munafik adalah suatu penyakit rohani (batin) yang sifatnya tak tampak. Oleh karena itu, yang dapat diketahui hanyalah penjelmaan dari batin tersebut dalam bentuk sikap dan tingkah laku sehari-hari. Di dalam al-Qur’an beberapa ayat yang mengemukakan ciri-ciri orang munafik tersebut, baik ciri fisik maupun non fisik, begitu juga dalam hadis Nabi Muhammad saw. Mengutip dari H. Nasrun Haroen dalam Kajian Tematik Al-Qur’an Tentang Ketuhanan, ciri-ciri orang munafik di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bersikap Ragu Terhadap Islam
Ciri-ciri orang munafik yang pertama adalah Bersikap ragu-ragu terhadap Islam. Hal ini dinyatakan Allah SWT dalam QS. al-Hadi'd/57: 13-14 yang artinya;

"Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami! kami ingin mengambil cahayamu". (Kepada mereka) dikatakan, "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab. Orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, "Bukankah kami dahulu bersama kamu?" Mereka menjawab "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan kamu hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah; dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah."

2. Tidak Bisa Dipercaya
Ciri-ciri orang munafik yang kedua adalah tidak dapat dipercaya dalam memegang amanah. Yaitu pembicaraannya mengandung kebohongan, apabila berjanji sering berdusta, dan apabila diserahi amanah, dikhianati. Hal ini diungkap dalam hadis Nabi SAW yang artinya;
"Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu al-Rabi' berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: "Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat"." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Suka Melakukan Tipu Daya
Ciri-ciri orang munafik yang ketiga adalah suka melakukan  tipu daya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dijelaskan Allah dalam QS. al-Baqarah/2: 8-10 yang artinya;

"Dan di antara manusia ada yang berkata "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir," padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapatkan azab yang pedih, karena mereka berdusta."

Tipu daya yang dilakukan orang munafik adalah dalam sikap, dengan menampakkan yang baik ke permukaan sementara dalam hatinya busuk dan rusak. Tipu daya ini mereka lakukan hanya untuk mengejar tujuan-tujuan material dengan menempuh segala cara.

4. Bangga Atas Dosa yang Diperbuat
Ciri-ciri orang munafik yang keempat adalah merasa bangga dengan dosa-dosa yang telah diperbuat. Orang munafik selalu merasa bangga dengan dosa-dosa yang mereka perbuat, sehingga betapa pun kesalahan yang mereka perbuat akan selalu dicarikan jalan keluar yang mengarah kepada pembenaran tindakannya itu.

Untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, mereka tidak segan-segan untuk memfitnah dan melakukan suatu tuduhan yang dapat mengacaukan dan memecah belah masyarakat dan bangsa. Hal ini dinyatakan Allah dalam QS. al-Baqarah/2: 126 dan QS. al-Munafiqu'n/63: 5 yang artinya;

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir dan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”."

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan menyombongkan diri."

5. Bermuka Dua
Ciri-ciri orang munafik yang kelima adalah suka bermuka dua dan tidak memiliki pendirian yang tetap. Hal ini muncul akibat keragu-raguan dan kebingungan mereka terhadap kebenaran yang dibawa Islam. Sifat dan sikap orang bermuka dua ini dipaparkan Allah dalam QS. al-Baqarah/2: 14 yang artinya;

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman”. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan- setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok”."

6. Iri dan Dengki
Ciri-ciri orang munafik yang keenam adalah memiliki sifat iri dan dengki  seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imran/3: 120 yang artinya;

"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun. Sungguh, Allah Maha meliputi segala apa yang mereka kerjakan."
Ayat ini memberikan penjelasan tentang jiwa orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Hati mereka yang busuk demikian, tidak dapat mereka tutupi karena pada dasarnya mereka akan selalu menampakkannya. Wajah orang seperti ini akan selalu keruh bahkan bibirnya dapat berubah-ubah bentuknya disebabkan mulut mereka selalu mencemoh.

7. Menurunkan Semangat Juang Kaum Muslim
Ciri-ciri orang munafik yang ketujuh adalah suka mematahkan semangat kaum muslimin. Seperti firman Allah dalam QS. Ali Imran/3: 156 yang artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, "Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh." (Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

Dengan cara melontarkan berbagai isu yang membuat semangat juang kaum muslimin menurun. Orang-orang seperti ini, Menurut al-Mara'gi', sebenarnya orang yang tidak mengerti agama dan masih ingkar terhadap Allah SWT. itulah sebabnya kaum munafik dalam ayat ini disebut sebagai orang kafir.

8. Benci Hukum Allah dan Rasul-Nya
Ciri-ciri orang munafik yang kedelapan adalah membenci hukum-hukum yang berasal dari Allah SWT dan rasulNya. Orang munafik berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama. Salat dan puasa mereka anggap suatu pekerjaan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Berzakat dan naik haji dianggap membuang-buang uang.


9. Berorientasi Pada Hal Duniawi
Ciri-ciri orang munafik yang kesembilan adalah enggan berjihad di jalan Allah dan cita-citanya hanya untuk dunia. Dalam keadaan situasi umat Islam yang genting, mereka lebih memilih diam daripada memberikan alternatif perbaikan, bahkan mereka berusaha agar umat Islam terpecah belah dengan mengacaubalaukan persatuan kaum muslimin. Dalam posisi umat Islam lemah, mereka mengambil kesempatan tampil sebagai pahlawan, sekalipun sebenarnya yang mereka kejar hanya kesenangan dunia.

Sifat seperti ini digambarkan Allah dalam QS. Ali Imran/3: 157 yang artinya;
"Dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati, sungguh pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) daripada apa (harta rampasan) yang mereka kumpulkan."

10. Egois dan Riya
Ciri-ciri orang munafik yang kesepuluh adalah bersikap egois dan riya’. Sikap egois kaum munafik ini digambarkan Allah dalam QS. al-Taubah/9: 58-59 yang artinya;

"Di antara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian) sedekah (zakat); Jika mereka diberi bagian, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi bagian, tiba-tiba mereka marah. Dan sekiranya mereka benar-benar rida dengan apa yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan berkata: Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami orang-orang yang berharap kepada Allah."

Riya’ adalah melakukan pekerjaan, khususnya yang berkaitan dengan kewajiban agama, karena ingin dilihat dan dipuji orang lain. Dalam hal ini, orang munafik hanya melakukan shalat bila disaksikan orang lain. Sifat mereka ini digambarkan dalam QS. al-Nisa'/4: 142 yang artinya;

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allahlah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali."

11. Suka Menyebar Fitnah dan Kebohongan
Ciri-ciri orang munafik yang terakhir adalah gemar membuat fitnah dan menyebarkan berita- berita bohong dengan tujuan untuk memburuk-burukkan Islam dan umatnya. Fitnah dan penyebaran berita bohong adalah strategi yang dianggap tepat oleh orang-orang munafik untuk mengancurkan umat Islam dari dalam. Sikap seperti ini, merupakan ciri khas orang munafik pada umumnya yang mempunyai watak dasar pengecut. Mereka lebih senang menempuh cara yang lebih aman, yaitu menohok dari belakang, atau lempar sembunyi tangan.

Ciri-ciri orang munafik seperti yang telah diutarakan di atas menggambarkan sebuah bentuk kelemahan jiwa. Maka untuk menutupi kelemahan tersebut, orang-orang munafik senang menggunakan kilah-kilah mental sebagai srategi defensive. Semoga Anda tidak termasuk di dalamnya!



At Tawba 1-129
  1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
  2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
  3. Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar , bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
  4. kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya . Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
  5. Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu , maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
  7. Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali dengan orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
  8. Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian).
  9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
  10. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mu'min dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
  11. Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
  12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti.
  13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
  14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,
  15. dan menghilangkan panas hati orang-orang mu'min. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
  17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
  18. Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
  19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim .
  20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
  21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal,
  22. mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
  23. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
  24. Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
  25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.
  26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
  27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  28. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis , maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini . Dan jika kamu khawatir menjadi miskin , maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
  30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila'nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?
  31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah , dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
  32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.
  33. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
  34. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
  35. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
  36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram . Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
  37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
  38. Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni'matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
  39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
  40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
  41. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
  42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
  43. Semoga Allah mema'afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?
  44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.
  45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.
  46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
  47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
  48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.
  49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah". Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
  50. Jika kamu mendapat sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
  51. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal."
  52. Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan . Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya, atau (azab) dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu".
  53. Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik."
  54. Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.
  55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
  56. Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).
  57. Jika mereka memperoleh tempat perlindungan atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya.
  58. Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat; jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.
  59. Jika mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
  60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  61. Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya". Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mu'min, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu". Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.
  62. Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mu'min.
  63. Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.
  64. Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
  65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
  66. Tidak usah kamu minta ma'af, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.
  67. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.
  68. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah mela'nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal,
  69. (keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin adalah) seperti keadaan orang-orang yang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah meni'mati bagian mereka, dan kamu telah meni'mati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu meni'mati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang bathil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.
  70. Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, `Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Mad-yan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
  71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
  72. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
  73. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
  74. Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.
  75. Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.
  76. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
  77. Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.
  78. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?
  79. (Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mu'min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.
  80. Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
  81. Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas (nya)", jika mereka mengetahui.
  82. Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.
  83. Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah: "Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang".
  84. Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
  85. Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.
  86. Dan apabila diturunkan sesuatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk".
  87. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad).
  88. Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung.
  89. Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
  90. 90. Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan `uzur, yaitu orang-orang Arab Badwi agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak pergi berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih.
  91. Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
  92. dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
  93. Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).
  94. Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan `uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
  95. Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
  96. Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.
  97. Orang-orang Arab Badwi itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  98. Di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
  99. Dan di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do'a Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
  101. Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
  102. 102. Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  103. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
  104. Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
  105. Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
  106. 106. Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu . Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
  108. Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.
  109. Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
  110. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur . Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
  111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
  112. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.
  113. Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam.
  114. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
  115. Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
  116. Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.
  117. 117. Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka,
  118. dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
  119. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
  120. Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
  121. dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
  122. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
  123. Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
  124. Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.
  125. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.
  126. Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?
  127. Dan apabila diturunkan satu surat sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata): "Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?" Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
  128. Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
  129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".

Referensi Sebagai berikut ini ;















Banyak Maksiat, Banyak Dosa Besar, Bagaimana Bertobatnya?

Banyak Maksiat, Banyak Dosa Besar, Bagaimana Bertobatnya? Pertanyaan : Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Ustad, banyak kali kemaksiatan yang aku lakukan. Kadang aku sendiri udah mau bertobat tapi hati saya ko jadi ragu untuknya. Karena sulit sekali menghilangkan kebiasaanku ini. Bagaimana menghilangkannya? Mohon jawabannya. Terima kasih.

Ilustrasi : Banyak Maksiat, Banyak Dosa Besar, Bagaimana Bertobatnya?

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jawaban : Untuk menjawab pertanyaan antum ada beberapa yang hal yang harus dipahami. Pertama, sebagai manusia pasti pernah dan berpotensi berbuat salah dan dosa. Bahkan para Nabi pun pernah berbuat kekeliruan. Karena manusia bukan malaikat dan senantiasa dihimpit hebatnya godaan setan dan kerasnya dorongan nafsu. Rasulullah saw menegaskan, “Setiap anak Adam (manusia) pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang bertaubat,” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah),

Kedua, Allah swt mencintai hamba-hamba-Nya yang berdosa lalu ia sadar dan mendatangi-Nya dengan penyesalan dan taubatnya. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat,” (HR. Ahmad).

Ketiga, Allah swt maha luas ampunannya, sehingga kita tidak patut berputus asa kepada-Nya. Orang yang telah membunuh 100 jiwa saja Allah ampuni dosa-dosanya. Indah ampunan-Nya, perhatikan hadits qudsi berikut. Allah swt berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula,” (HR Tirmidzi).

Keempat, Subhanallah, sejatinya saat kita disadarkan Allah swt, dan hadir sikap penyesalan itulah karunia dari-Nya, hidayah dari-Nya. Dan penyesalan adalah bagian utama dari hadirnya ampunan Allah swt. Rasulullah saw bersabda, “Penyesalan adalah taubat,” (HR. Abu Daud). Dan saat taubat hadir, maka, “Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa,” (HR. ath-Thabrani).

Ingat Allah swt mengingatkan kita untuk tidak berputus asa, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’,” (QS Az Zumar: 53)

Kelima, Karena itu, setelah hadir penyesalan, selanjutnya terus iringi dengan istighfar dan bertaubat, mengikuti dosa dan perbuatan baik, serta sibuk memperbaiki diri. Dengan izin Allah swt dan keagungan-Nya semoga antum senantiasa raih cinta, ampunan, hidayah, dan kekuatan untuk lebih baik. Rasulullah saw menggambarkan, “Allah berfirman, ‘Dengan keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar’,” (HR. Ahmad).

Keenam, untuk menghilangkan kebiasan dosa, yang pertama adalah keyakinan bersama Allah bahwa kita dapat meninggalkan perbuatan itu, dan diiringi dengan berdoa kepada-Nya. Selanjutnya berusaha bertakwa dimanapun berada, mengikuti kesalahan dengan kebaikan, dan berteman, bergaul dengan orang-orang shaleh.


Referensi sebagai berikut ini :








Bergegas/Segeralah Bertaubat


Taubat menurut bahasa diambil dari kata “at-taubah” bentuk “isim masdar” berarti ar-rujuu’ (kembali). Sedangkan menurut istilah, taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari Allah swt menuju kedekatan kepada-Nya. Atau : pengakuan atas dosa, penyesalan, berhenti, dan tekad untuk tidak mengulanginya kembali di masa yang akan datang. Mengapa kita harus bertaubat?

Pertama, karena manusia pasti berdosa.Karena dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah swt), maka lari dari hal yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian. Dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti segera menjauh darinya. Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah berkeinginan untuk melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan melakukan dosa, pasti ia pernah lalai dari mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah lalai mengingat Allah, pastilah ia tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah kekurangan yang harus ditutupi dengan taubat.

Kedua, karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At Tahrim:8)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur:31)

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” Hud:3

Ketiga, karena Allah mencintai orang yang bertaubat,

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Al Baqarah:222

Keempat, karena Rasulullah saw senantiasa bertaubat

Padahal beliau seorang nabi yang ma’shum (terjaga dari dosa). Beliau bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari). Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar seratus kali dalam sehari.

Syarat-Syarat Taubat

  1. Penyesalan dari dosa karena Allah.
  2. Berhenti melakukannya.
  3. Bertekad untuk tidak mengulanginya di masa datang.
  4. Dilakukan sebelum nyawa sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut, atau sebelum matahari terbit dari barat.
  5. Jika dosa berkaitan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu: melunasi hak orang tersebut, atau meminta kerelaannya, atau memperbanyak amal kebaikan.

Dosa Kecil Menjadi Besar di Sisi Allah Swt,  Pertama, jika dilakukan terus menerus,

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” (Ali Imran:135)

Dosa besar yang hanya dilakukan sekali lebih bisa diharapkan pengampunannya dari pada dosa kecil yang dilakukan terus menerus. Kedua, jika seorang hamba meremehkannya. Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya akan kecil di sisi Allah, dan setiap kali ia menganggap remeh sebuah dosa niscaya akan menjadi besar di sisi-Nya.

Abdullah bin Mas’ud ra berkata : “Seorang mukmin memandang dosanya bagaikan gunung yang akan runtuh menimpa dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap dosanya seperti seekor lalat yang menclok di hidungnya, cukup diusir dengan tangannya.” (Bukhari-Muslim).

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata : “Jangan kamu memandang kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa kamu berbuat dosa itu”

Ketiga, jika dilakukan dengan bangga atau minta dipuji,

Seperti seseorang yang mengatakan : “Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan orang itu di depan umum!?” Atau seperti ucapan seorang pedagang : “Lihat, bagaimana saya bisa menipu pembeli itu!?”

Keempat, jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain lalu ia menceritakannya dengan bangga kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda : “Setiap ummatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berlaku dosa. Dan diantara perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika seseorang berdosa di malam hari sementara Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi hari ia merobek tirai penutup itu sambil berkata : “Hai Fulan, semalam aku melakukan ini dan itu.” (Bukhari-Muslim).

Kelima, jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan.

Karena apa yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa, maka ia juga mendapatkan dosa orang yang mencontohnya. Rasulullah bersabda : “…dan barang siapa memberi contoh keburukan dalam Islam maka baginya dosa perbuatan itu dan juga dosa orang yang mencontohnya setelah itu tanpa dikurangi sedikitpun dosa itu dari pelakunya.” (Muslim).

Jangan Menunda-Nunda Taubat

Bersegera bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu, namun karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau minggu depan, atau … tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin menghunjam di tanah, sedangkan ia semakin tua dan lemah.

Jangan menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt. Orang seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh hartanya dengan sia-sia dan meninggalkan keluarganya dalam kefakiran, lalu ia mengharapkan harta karun datang kepadanya tanpa bekerja. Mungkin harta karun itu ada, tapi orang ini jelas kurang sehat akalnya.

Referensi sebagai berikut ini ;














Sangat Berbahaya Harta Haram

Ilustrasi Gambar : Ceramah Sangat Berbahaya Harta Haram

Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, “Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, aku mohonkan perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan orang-orang bo doh.’ Ka’ab pun bertanya, ‘Apakah itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Setelahku akan ada para penguasa di mana siapa yang ikut mereka dan membenarkan ucapannya serta mendukung kezalimannya, maka mereka bukanlah golonganku dan aku tidak termasuk golongannya dan mereka tidak akan masuk dalam telagaku (telaga Rasulullah SAW di surga)".

“Dan barang siapa yang tidak mau ikut mereka, tidak membenarkan ucapannya dan tidak mendukung kezalimannya, maka mereka termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya serta mereka akan dapat ke telagaku,' kata Nabi SAW lagi. 'Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, shalat adalah taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah), puasa adalah benteng, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api. Hai Ka’ab, tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan haram karena neraka lebih dekat dengannya'” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami).

Di antara hikmah dari hadis di atas adalah peringatan Nabi SAW tentang bahaya harta haram. Allah memerintahkan kita agar selalu makan makanan halal dan menjauhi yang haram sebagai bentuk syukur untuk menambah keberkahan hidup. (QS al-Baqarah [2]: 172). Orang yang memakan makanan halal akan dilindungi dari api neraka.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata, “Seseorang di bawah tanggungan Rasulullah SAW bernama Kirkiroh, kemudian ia meninggal. Namun Rasul berkata, ia akan masuk ke neraka. Maka, para sahabat pergi memeriksanya, ternyata mereka menemukan sebuah baju jubah hasil tipuan.” (Shahih Bukhari, hadis No 2845).

Di antara bahaya memakan harta haram, pertama, pelakunya akan masuk neraka. Ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW. “Barang siapa yang mengambil hak milik orang Muslim dengan menggunakan sumpah, maka Allah akan mewajibkannya masuk neraka dan diharamkan masuk surga. Seorang bertanya, Walaupun barang yang kecil, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Walaupun sepotong kayu arok.” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami dari Abu Umamah).

Kedua, pemakan haram tidak akan mencapai derajat takwa. Orang bertakwa adalah ahli surga. Dari Atiyyah as- Sa’di, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang hamba tidak akan mencapai derajat muttaqin (bertakwa) sampai meninggalkan sebagian yang halal karena khawatir terperosok pada yang haram.”

Ketiga, orang yang makan makan an haram kesadaran beragamanya sem pit, artinya tidak banyak beramal yang mendapat pahala sehingga mu dah masuk neraka. “Seorang mukmin akan berada dalam kelapangan aga ma nya selama tidak makan yang ha ram. (HR Bukhari).

Keempat, pemakan harta haram tidak diterima amalnya dan ditolak doanya. “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seorang yang memasukkan sekerat daging haram ke perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, maka neraka lebih utama untuk membakarnya.” (HR Muslim, Tirmidzi). Orang yang makan harta haram sama dengan berusaha menghancurkan dirinya, merusak ibadahnya, mempermainkan doanya dan menghancurkan keluarga serta keturunannya.


Referensi sebagai berikut ini ;







Terlanjur Punya Harta Haram, Bagaimana Sikap Kita

Ilustrasi : Terlanjur Punya Harta Haram, Bagaimana Sikap Kita

Sebagian orang barang kali menghasilkan uang dari pekerjaan yang haram. Bagaimana hukum menggunakan uang hasil pekerjaan haram itu? Anggota Komisi Fatwa Lembaga Fatwa Darul Ifta  Mesir, Syekh, Dr Muhammad Abdul Sami, memberi pemaparan tentang apakah boleh menggunakan uang haram. Hal ini berdasarkan pertanyaan terkait apa hukum menggunakan uang hasil jual barang selundupan. 

Syekh Sami menyampaikan, segala sesuatu yang berasal dari sesuatu yang dilarang, maka tidak dibolehkan untuk menggunakannya. Namun, uang tersebut harus diberikan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, dengan niat karena Allah SWT sambil bertaubat kepada-Nya. Dalam riwayat hadits, Rasulullah SAW bersabda:  

إنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى الْجَنَّةِ كُلَّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ -مِنْ حَرَامٍ- فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

"Allah SWT melarang ke Surga bagi setiap daging yang tumbuh dari yang tidak halal, dan neraka yang lebih utama baginya." (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibbân, dan Thabrani)

Hadits tersebut menekankan pentingnya menelusuri kehalalan makanan di warung-warung, restoran, di manapun berada. Sementara itu, Syekh Dr Abla Al-Kahlawi menjelaskan, menggunakan uang haram adalah salah satu faktor utama kerusakan tatanan masyarakat. Karena itu, menurut Syekh Al-Kahlawi, ini salah satu dosa yang membuat seorang hamba sulit bertaubat darinya, kecuali mereka yang dirahmati Allah SWT. 

Syekh Al-Kahlawi juga menguraikan macam-macam dosa terkait harta. Di antaranya adalah suap, pencurian, perampokan, memakan hak warisan orang lain, memakan harta anak yatim piati, dan riba. "Muslim yang cerdas harus segera menyingkirkan sifat-sifat tercela ini dan bertaubat darinya serta kembali kepada Allah SWT, karena hidup ini sementara," tuturnya. 


Referensi sebagai berikut  ini ;












Orang Pertama Yang akan Merasakan Neraka

Ilustrasi : Orang Pertama Yang akan Merasakan Neraka

Orang Pertama Yang akan Merasakan Neraka, Dikisahkan dalam Kitab Sunan Tirmidzi, Abu Hurairah sedang dikerumuni oleh banyak orang di Kota Madinah. Abu Hurairah mengatakan bahwa akan memberitahu sebuah hadis yang pernah diucapkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Hadis tersebut disampaikan Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah saat tidak ada orang lain lagi bersama mereka. Namun saat hendak menyampaikan hadis itu, Abu Hurairah beberapa kali menangis sangat keras hingga akhirnya tersungkur.

Pada akhirnya Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepadanya:

Sesungguhnya pada hari kiamat Allah akan turun kepada hamba-hamba-Nya untuk menetapkan keputusan di antara mereka. Setiap umat datang dengan membungkuk. Orang pertama yang dipanggil adalah orang yang menghafal Alquran, orang yang berjihad di jalan Allah, dan orang yang memiliki banyak harta.

Allah lalu bertanya kepada orang yang membaca atau menghafal Alquran: Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang telah Aku turunkan kepada utusan-Ku? Orang itu menjawab: Benar wahai Allah. Allah kembali bertanya: Lantas apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah kamu ketahui? Orang itu menjawab: Aku bangun di waktu malam dan siang hari.

Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata: Kamu telah berdusta. Allah berfirman: Kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan adalah seorang pembaca Alquran yang baik. Dan sebutan itu sudah didapatkan. Lalu dihadapkan kepada Allah orang yang diberikan harta. Allah berfirman kepadanya: Bukankah Aku telah melapangkan rezeki bagimu hingga Aku tidak membiarkan dirimu membutuhkan (meminta) kepada orang lain? Orang itu menjawab: Benar, wahai Allah.

Allah bertanya: Apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah Aku anugerahkan kepadamu? Orang itu menjawab: Aku menyambung silaturahim dan bersedekah.Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata kepadanya: Kamu telah berdusta. Allah berfirman: Akan tetapi dirimu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan (dirimu) adalah orang yang dermawan. Sebutan itu pun telah didapatkan.

Lalu dihadapkan orang yang terbunuh di jalan Allah. Allah lalu bertanya kepadanya: Karena apa dirimu terbunuh? Orang itu menjawab: Aku diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu. Aku lalu berperang hingga terbunuh. Allah berfirman kepadanya: Kamu telah berdusta. Malaikat berkata kepadanya: Kamu telah berdusta. Allah berkata kepadanya: Akan tetapi kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan (dirimu) adalah orang yang pemberani. Sebutan itu telah didapatkan.

Rasulullah lalu memukul lututku dan bersabda: Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Allah pertama yang merasakan api neraka pada hari kiamat nanti. Kisah pengadilan akhirat tersebut terdapat dalam hadis Rasulullah SAW dari Abu Hurairah. Hadis tersebut diriwayatkan Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Kisah yang sama dalam teks hadis yang berbeda juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa-i, Imam Ahmad dan Baihaqy.


Referensi sebagai berikut ini ;







Malu kepada Allah Swt

Ilustrasi : Malu kepada Allah Swt

Malu kepada Allah Swt, Malu merupakan akhlak mulia yang membawa pemiliknya menjauhi maksiat dan mendorong untuk melakukan ketaatan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, "Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan." (HR Bukhari dan Muslim).

Seorang perempuan datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meminta agar beliau berdoa memohon kepada Allah agar aurat perempuan itu tidak terbuka saat pingsan ketika sakit epilepsinya kambuh. Padahal, terbukanya aurat perempuan karena tidak disengaja tidaklah berdosa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita tidak malu kepada Allah jika kita memperlihatkan aurat kita kepada orang yang bukan mahram kita?

Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian." (QS an-Nisa: 1). "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada." (QS Ghafir: 19).

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Al Bidayah Wan Nihayah menyebutkan, Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma memiliki budak yang melakukan pelanggaran. Ibnu Umar hendak menghukumnya. Budaknya berkata, "Wahai Tuanku, apakah Anda memiliki dosa? Apakah Anda takut kepada Allah dari dosa tersebut?" Ibnu Umar: "Iya." Budak itu kembali berkata, "Demi Allah, aku berharap Anda memaafkanku."

Ibnu Umar pun memaafkannya. Budak itu melakukan pelanggaran lagi. Ibnu Umar hendak menghukumnya, budak itu berkata lagi seperti ucapan sebelumnya. Ibnu Umar memaafkannya lagi. Untuk ketiga kalinya, budak tersebut melanggar lagi, maka Ibnu Umar menghukumnya dan budak itu menerimanya tanpa meminta pengampunan.

Ibnu Umar bertanya, "Mengapa Anda tidak berbicara seperti sebelumnya?" Budak itu menjawab, "Saya malu kepadamu karena saya melanggar berulang kali." Ibnu Umar menangis dan berkata, "Saya lebih berhak untuk malu kepada Allah. Pergilah! Anda saya merdekakan karena mengharap ridha Allah."

Syekh Shalih bin Awad Al Maghamisi, Imam Masjid Quba di Madinah, berkata, "Seorang yang berakal selalu berusaha menyempurnakan dirinya. Engkau tidak akan mendapatkan kebaikan lahiriah sebelum memperbaiki hatimu. Seorang yang takut kepada Allah, dia malu kepada Allah saat sendirian."

Barang siapa yang menghindari maksiat, padahal tidak ada manusia yang tahu, maka Allah akan memuliakannya di dunia dan akhirat. Malu kepada Allah tidak terbatas dalam hal menutup aurat dari pandangan orang lain. Orang yang beriman malu kepada Allah jika ia makan, padahal tetangganya lapar.

Seorang pemimpin yang malu kepada Allah tidak akan berbuat zalim kepada orang yang lemah atau bawahannya. Seorang suami yang malu kepada Allah tak akan menghinakan atau menyakiti hati istrinya. Kalau dia akan menasihati istrinya, menasihatinya tidak di hadapan anak-anaknya. Seorang guru yang malu kepada Allah tidak akan mempermalukan muridnya di hadapan teman-temannya.

Allah akan memberi kebaikan dan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat baik kepada sesama makhluk. Ketika seorang hamba berbuat baik kepada saudaranya, jangan sekali-kali berharap saudaranya membalas kebaikannya. Hendaknya ia hanya berharap balasan dari Allah. Kebaikan-kebaikannya untuk bekal saat ia sangat membutuhkan pertolongan Allah di alam kubur dan akhirat nanti."

Seseorang ulama berkata, "Jika Anda menyendiri dalam kegelapan, jiwamu mengajak kepada kemaksiatan, malulah Anda dari penglihatan Allah, katakan kepada jiwa, 'Sesungguhnya Allah yang menciptakan kegelapan, Dia melihatku!'"

Ya Allah, sesungguhnya kami selalu dalam pengawasan-Mu. Karuniakanlah untuk kami sifat malu yang dapat menghindarkan diri kami dari bermaksiat kepada-Mu.


Referensi sebagai berikut ini ;







Koreksi diri untuk mewaspadai karakter “Firaun” dalam diri kita

Ilustrasi : Koreksi diri untuk mewaspadai karakter “Firaun” dalam diri kita
Secara historis, kata ‘Firaun’ merupakan gelar bagi penguasa Mesir di era Nabi Musa. Namun, secara hakikat, Firaun ini bisa juga menjelma menjadi suatu sifat yang jika tidak diwaspadai bisa merasuk kedalam diri siapapun, terutama para pemegang kebijakan alias penguasa, tidak terkecuali penguasa dalam skala kecil, yakni kepala rumah tangga atau bahkan siapa pun yang membiarkan kesombongan bersarang dalam hati.

Oleh karena itu, memahami Al-Qur’an dengan senantiasa mentadabburinya merupakan satu hal pokok yang setiap Muslim mesti memprioritaskannya.

Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS. Mukmin [40]: 37).

Di antara keburukan perilaku Firaun adalah kegemarannya menyiksa orang lemah.

فَأۡتِيَاهُ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَلَا تُعَذِّبۡهُمۡۖ قَدۡ جِئۡنَٰكَ بِ‍َٔايَةٖ مِّن رَّبِّكَۖ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىٰ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلۡهُدَىٰٓ ٤٧

“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.” (QS. Thahaa [20]: 47).

وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَنَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡ وَإِنَّا فَوۡقَهُمۡ قَٰهِرُونَ ١٢٧

Firaun bahkan melakukan tindakan tidak manusiawi secara membabi buta. “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka.” (QS. Al-A’raaf [7]: 127).

Andaikata Firaun ini hidup di abad modern, maka bukan saja dia telah melanggar Hak Azasi Manusia, tetapi dia juga telah menjadi manusia biadab. Bagaimana mungkin bayi pun mesti dihukum mati hanya karena bayi itu keturunan Bani Israil.

Ayat ini menggambarkan kepada umat Islam bahwa Firaun itu orangnya ringan berbuat jahat. Dan, parahnya ia menganggap kejahatannya itu sebagai kebaikan dan keindahan yang tentu saja diyakininya benar.

Firaun merupakan gelar bagi penguasa Mesir di era Nabi Musa. Namun, secara hakikat, Firaun ini bisa juga menjelma menjadi suatu sifat yang jika tidak diwaspadai bisa merasuk kedalam diri siapapun, terutama para pemegang kebijakan alias penguasa, tidak terkecuali penguasa dalam skala kecil, yakni kepala rumah tangga atau bahkan siapa pun yang membiarkan kesombongan bersarang dalam hati.

Oleh karena itu, memahami Al-Qur’an dengan senantiasa mentadabburinya merupakan satu hal pokok yang setiap Muslim mesti memprioritaskannya.

أَسۡبَٰبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِبٗاۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَصُدَّ عَنِ ٱلسَّبِيلِۚ وَمَا كَيۡدُ فِرۡعَوۡنَ إِلَّا فِي تَبَابٖ ٣٧

“Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS. Mukmin [40]: 37).

Di antara keburukan perilaku Firaun adalah kegemarannya menyiksa orang lemah.

فَأۡتِيَاهُ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ وَلَا تُعَذِّبۡهُمۡۖ قَدۡ جِئۡنَٰكَ بِ‍َٔايَةٖ مِّن رَّبِّكَۖ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىٰ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلۡهُدَىٰٓ ٤٧

“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.” (QS. Thahaa [20]: 47).

وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَنَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡ وَإِنَّا فَوۡقَهُمۡ قَٰهِرُونَ ١٢٧

Firaun bahkan melakukan tindakan tidak manusiawi secara membabi buta. “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka.” (QS. Al-A’raaf [7]: 127).

Andaikata Firaun ini hidup di abad modern, maka bukan saja dia telah melanggar Hak Azasi Manusia, tetapi dia juga telah menjadi manusia biadab. Bagaimana mungkin bayi pun mesti dihukum mati hanya karena bayi itu keturunan Bani Israil.

Ayat ini menggambarkan kepada umat Islam bahwa Firaun itu orangnya ringan berbuat jahat. Dan, parahnya ia menganggap kejahatannya itu sebagai kebaikan dan keindahan yang tentu saja diyakininya benar.

Dalam konteks lebih spesifik, kisah ini seakan memberikan peringatan secara tidak langsung, jangan sampai seorang Muslim memiliki sifat seperti ini, yakni memandang baik keburukan atau kesalahan yang dilakukan.

“Ah, gapapa ambil saja, toh cuman 100 juta. Dari miliaran rupiah itu, 100 juta gak ada apa-apanya,” demikian mungkin mereka yang pada awalnya terseret pada praktik korupsi, hingga pada akhirnya dianggaplah korupsi itu tidak apa-apa asal tidak banyak.

Dalam konteks kaum remaja, keburukan yang dipandang baik di antaranya adalah menjustifikasi dirinya tetap baik, meski tidak bisa lepas dari praktik pacaran yang secara hukum jelas haramnya.

“Ah…gakpapa pacaran, toh aku kan cuman jalan berdua saja, gak pernah pegang-pegang atau macam-macam. Lagian aku tau kok batasannya.” Argumen tersebut membuat seorang remaja terus saja berpacaran.

Na’udzubillahi min dzalik, kita mesti berusaha mawas diri dari sifat diri yang seperti itu. Memandang baik, aman dan pantas apa yang dalam pandangan Allah itu tidak main-main dosanya.

Kemudian, sifat Firaun berikutnya adalah gemar membuat tipu daya. Kejahatan atau keburukan yang dipandang indah di atas sebenarnya terjadi karena kebiasaannya suka membuat tipu daya.

إِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلَ أَهۡلَهَا شِيَعٗا يَسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَةٗ مِّنۡهُمۡ يُذَبِّحُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٤

“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash [28]: 4).

Dalam keseharian, kita mesti mawas diri, jangan sampai menjadi sosok manusia yang memandang remeh orang lain, sehingga terseret pada kesombongan dan kesewenang-wenangan.

Dalam keseharian, kita mesti mawas diri, jangan sampai menjadi sosok manusia yang memandang remeh orang lain, sehingga terseret pada kesombongan dan kesewenang-wenangan.

Kemudian, pastikan bahwa keberadaan kita dalam keluarga, kantor (tempat bekerja), dan masyarakat bahkan pemerintahan adalah sebagai pemersatu, bukan pemecah belah, pengadu domba dan pengompor suasana (provokator kerusakan), sehingga menimbulkan gejolak sosial dan perpecahan yang bisa menelan korban.

Dari sini dapat kita pahami dengan mudah, hikmah diperintahkannya umat Islam untuk saling berkasih sayang, mencintai sesama laksana mencintai diri sendiri dan tidak membiarkan siappaun hidup dalam kelaparan.

Lantas, bagaimana jika kebanyakan orang berbuat jahat dan suka membuat tipu daya yang menyebabkan kerugian hidup kita?

Biarkan saja. Toh Allah pasti akan mengawasi dan membalas tipu daya mereka. Seperti yang Allah tegaskan;

وَإِذۡ يَمۡكُرُ بِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثۡبِتُوكَ أَوۡ يَقۡتُلُوكَ أَوۡ يُخۡرِجُوكَۚ وَيَمۡكُرُونَ وَيَمۡكُرُ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ ٣٠

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal [8]: 30).

La haula wala quwwata illa billah, maka jangan sekali-kali terbesit dalam hati untuk melakukan intrik (tipu daya). Karena pada akhirnya, semua intrik hanya membuat diri seseorang sibuk untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya hanya mengantarkan dirinya pada kerugian dan kehinaan.

فَأَرَادُواْ بِهِۦ كَيۡدٗا فَجَعَلۡنَٰهُمُ ٱلۡأَسۡفَلِينَ ٩٨

“Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 98).

Oleh karena itu, mari benahi diri, buang sifat iri-dengki. Kalau memang ada orang lebih baik dalam suatu bidang dan kita merasa kalah, jangan membenci orang tersebut. Belajar kepadanya jauh akan membuat kita terhormat. Karena kelebihan orang itu didapat dengan usahanya yang konsisten dan sabar. Jadi, lebih baik cek diri sendiri apakah sudah konsisten dan sabar?

Jika diamanahi sebagai penguasa, maka jangan main marketing tanpa bukti. Lebih baik bersikap sebagaimana mestinya dalam memimpin, seperti mensejahterakan rakyat, mencerdaksan mereka dan memudahkan akses kesehatan mereka.

Insha Allah tanpa harus sikut sana sikut sini, tuduh sana tuduh sini, rakyat akan memilih kembali dengan suka hati. Dengan demikian untuk apa menjadi manusia yang hidup di zaman modern, tapi perilaku kayak Firaun di zaman baheula, yang pada akhirnya lihai membuat intrik tapi tidak mampu membuat karya bermanfaat bagi rakyat.

Referensi sebagai berikut ini ;