Menyikapi Perbedaan dalam Ajaran Islam. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang sudah Allah tentukan di dalam kehidupan ini. Yang bermakna bahwa suatu perbedaan yang ada di kehidupan manusia merupakan kehendak Tuhan yang pasti terjadi dan manusia tidak mungkin dapat menghindarinya. Hal ini tertuang dalam firman Allah swt,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat: 13)
Ayat diatas menjelaskan Firman Allah bahwa manusia diciptakan memiliki keragaman. Salah satu contoh keragaman tersebut adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku dan bangsa. Bahkan di dalam ayat lain Allah kembali menerangkan perbedaan atau keragaman dalam bahasa dan warna kulit,
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفُ أَلۡسِنَتِكُمۡ وَأَلۡوَٰنِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّلۡعَٰلِمِينَ ٢٢
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. ar-Rum: 22)
Maka dua ayat diatas adalah dua petunjuk yang membuktikan bahwa perbedaan sudah menjadi sunatullah sejak awal penciptaan langit dan bumi. Termasuk juga perbedaan dalam hal berpendapat atau beropini, status sosial, perbedaan penentuan hukum dan lain-lain.
Lalu bagaimana manusia menyikapi dan menghadapi tantangan perbedaan tersebut? Bagaimana Islam memberikan ujaran dalam hal ini? Karena tidak sedikit kita temukan manusia bertengkar hanya karena perbedaan. Di dalam Al-Qur’an, ujaran yang pertama dalam menyikapi perbedaan adalah manusia diperintahkan agar saling memahami dan saling mengenal. Hal ini terdapat dalam firman-Nya surat yang sama yaitu surat al-Hujurat ayat 13,
Terjemah: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Kata yang perlu digaris bawahi pada ayat diatas adalah pada kalimat “untuk saling kenal-mengenal”, dimana sebelumnya Allah SWT menerangkan perbedaan yang terdapat di dalam kehidupan manusia. Kalimat “saling kenal-mengenal” ini secara umum bermakna dikarenakan adanya perbedaan maka manusia dianjurkan untuk saling mengetahui hal tersebut, saling mengenal satu sama lain, lalu memahami perbedaan dengan baik. Selain itu tidak lupa untuk saling belajar dan mempelajari. Karena sejatinya perbedaan adalah agar manusia semakin belajar dan meluaskan ilmu. Inilah salah satu alasan mengapa perbedaan sering disebut rahmat. Karena justru kehidupan lebih terlihat indah karena adanya keragaman. Bayangkan saja, jika Allah menciptakan semuanya sama. Maka kehidupan akan terlihat monoton. Dan tentunya, perbedaan bukan alasan untuk saling mencaci dan merendahkan satu sama lain.
Selain diperintahkan untuk saling mengetahui, saling mengenal dan saling belajar, ujaran kedua dalam hal menyikapi perbedaan adalah utamakan persatuan dan tidak berpecah belah. Hal ini terdapat dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 103,
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
Terjemah: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: 103)
Ayat diatas memberikan petunjuk agar dalam menghadapi perbedaan dalam hal apapun harus mengutamakan berpegang teguh pada tali persatuan dan mengingat nikmatnya yang pernah menyatukan manusia ketika masa perselisihan dan peperangan yang membuat manusia akhirnya bersaudara, saling mencintai, hidup rukun dan damai dengan datangnya Islam. Dan tali persatuan ini harus dipegang terus menerus sampai kapanpun, tidak terkecuali dalam hal perbedaan yang telah diciptakan Tuhan.
Inilah ajaran Islam yang sama sekali tidak memberi celah untuk bertengkar, saling menyalahkan dan saling mendiskriminasi hanya karena psebuah keragaman. Maka dengan ini menghasilkan suatu ungkapan “maslahat dan kerukunan umat lebih penting dari pada benar tetapi hanya pada diri sendiri saja”. Mari pahami perbedaan demi terwujudnya Islam yang Rahmatallill ‘alamin dan berbudaya wasatiyah.
Referensi : Menyikapi Perbedaan dalam Ajaran Islam