Kamis, 29 September 2022

Apa Yang Selayaknya Dilakukan Seorang Muslim Terkait Dengan Wabah Corona?

Apa Yang Selayaknya Dilakukan Seorang Muslim Terkait Dengan Wabah Corona?   Pertanyaan.  Apa yang seharusnya dilakukan seorang Muslim pada hari-hari ini dimana menyebar virus Corona  Covid-19 dan bagaimana Allah Azza wa Jalla mengangkat musibah ini dari kami? Terimakasih  Jawaban  Alhamdulillah  Ketika musibah dan wabah turun, maka obatnya adalah bertaubat kepada Allah Ta’ala dan merendahkan diri dihadapan Allah. Serta mengembalikan kedholiman disertai memperbanyak beristigfar, bertasbih dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Memohon kepada Allah kesehatan, dan mengambil sebab preventif dan pengobatan. Seperti karantina kesehatan, imunisasi dan pengobatan kalau ada.  1. Bertaubat dan merendahkan diri dihadapan (Allah)  Allah Ta’ala berfirman:  وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ ﴿٤٢﴾ فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan” [Al-An’am/6:42-43]  Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya (3/256) : “Firman-Nya ولقد أرسلنا إلى أمم من قبلك فأخذناهم بالبأساء  maksudnya adalah kefakiran dan kesempitan dalam kehidupan والضراء  adalah penyakit, kesulitan, dan kesakitan  لعلهم يتضرعون  maksudnya agar berdoa dan merendahkan diri kepada Allah serta khusyu”.  Allah Ta’ala berfirman : فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا    maksudnya hendaknya ketika kami memberikan cobaan kepada mereka akan hal itu merendahkan diri kepada Kami dan berpegang teguh kepada kami. وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ  maksudnya (hati mereka) tidak tersentuh dan tidak khusyu’ . وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  maksudnya dari kesyirikan dan kemaksiatan.” merendahkan diri kepada Kami dan berpegang teguh kepada kami. maksudnya (hati mereka) tidak tersentuh dan tidak khusyu’ maksudnya dari kesyirikan dan kemaksiatan.”  Allah Ta’ala berfirman:  أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ  Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? [At-Taubah/9: 126]  Cobaan tidak akan turun kecuali karena dosa dan tidak akan diangkat kecuali dengan bertaubat. Sebagaimana yang dikatakan Abbas Radhiyallahu anhu dalam do’anya ketika meminta hujan.  Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam kitab ‘Fathul Bari, (2/497):  “Zubair bin Bakkar telah menjelaskan dalam kitab ‘Al-Ansab’ sifat (tata cara) doanya Abbas dalam peristiwa ini dan waktu ketika terjadi hal itu, maka beliau mengeluarkan dengan sanad darinya bahwa Abbas ketika diminta Umar untuk meminta hujan, maka beliau berdoa:  اللَّهُمَّ إِنَّهُ لَمْ يَنْزِلْ بَلَاءٌ إِلَّا بِذَنْبٍ وَلَمْ يُكْشَفْ إِلَّا بِتَوْبَةٍ  “Ya Allah, sesungguhnya tidak turun suatu musibah melainkan karena dosa. Dan tidak akan dihilangkan kecuali dengan bertaubat.”  2. Sementara Istigfar merupkan sebab sehat, kekuatan, kehidupan yang indah.  Allah Azza wa  Jalla berfirman:  وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ  “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya”[Hud/11:3].  Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.  وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ  “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” [Hud/11: 52]  3. Sementara Tasbih (mengucapkan ‘Subhanallah)  Maka Allah telah memberitahukan bahwa Yunus Alaihissalam selamat dari kesulitan. Hal itu memberikan isyarat keselamatan untuk orang-orang mukmin.  Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman  وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿٨٧﴾ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ  “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim“. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman” [Al-Anbiya/21:87-88]  Allah juga berfirman:  فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ﴿١٤٣﴾ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ  “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit” [As-Shaaffat/37: 143-144].  Diriwayatkan oleh Ahmad, (1462) dan Tirmizi, (3505) dari Sa’ad berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:   دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ   “Doanya Dzun Nun ketika di perut ikan paus ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Maha suci Engkau sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim. Sesunggunya tidaklah seorang muslimpun yang berdoa dengannya kecuali Allah akan mengabulkannya.”[1]  Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Ibnu Mas’ud mengatakan, “Tidaklah salah seorang Nabi yang mendapatkan kesulitan melainkan memohon pertolongan dengan bertasbih (mengucapkan subhanallah)”[2].  4. Sementara bersholawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sesungguhnya ia termasuk sebab utama hilangnya kesedihan dan kesulitan.  DIriwayatkan Imam Ahmad, (21242) dan Tirmizi, (2457) dan teksnya darinya dari Ubay bin Ka’ab berkata :  كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ:  يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ ، قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي؟ فَقَالَ: مَا شِئْتَ. قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ، وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ  “Dahulu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ketika telah memasuki sepertiga malam, maka beliau berdiri seraya bersabda:”Wahai manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Telah datang guncangan diikuti dengan guncangan. Dan datang kematian dengan apa yang ada di dalamnya, datang kematian dengan apa yang ada di dalamnya. Ubay mengatakan, saya bertanya, “Wahai Rasulullah, saya memperbanyak bersholawat kepada anda, berapa banyak saya menjadikan shalawatku kepada anda? Maka beliau menjawab, “Terserah anda. Berkata, saya bertanya, seperempat. Berkata, “Terserah anda. Kalau engkau tambah itu lebih baik bagi kamu. Saya bertanya, “setengah. Beliau mengatakan, “Terserah anda, kalau engkau tambah itu lebih baik untuk anda. Berkata, saya bertanya, “Duapertiga. Beliau menjawab, “terserah anda, kalau kamu tambah itu lebih baik untukmu. Saya bertanya, “Saya jadikan shalawatku semua untuk anda. Maka beliau bersabda, “Maka akan menghilangkan kesedihanmu dan akan diampuni dosa anda”.  Sementara riwayat Ahmad, Ubay bin Ka’ab dari ayahnya berkata:  رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ جَعَلْتُ صَلَاتِي كُلَّهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ:  إِذَنْ يَكْفِيَكَ اللهُ مَا أَهَمَّكَ مِنْ دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ   “Seseorang berkata,”Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda, kalau saya menjadikan shalawatku semuanya untuk anda. Maka beliau menjawab, “Kalau begitu Allah akan mencukupkan keinginan dunia dan akhiratmu”[3]  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya, yang dinukil oleh Ibnu Qoyyim dalam kitab ‘Jalaul Afham, hal 79 tentang penafsiran hadits ini seraya mengatakan, “Dahulu Ubay bin Ka’ab mempunyai doa yang digunakan untuk dirinya. Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apakah anda jadikan bagian shalawat kepada beliau, seraya mengatakan, “Kalau engkau tambah itu lebih baik untukmu. Maka (Ka’ab) mengatakan, “Setengahnya? Maka beliau mengatakan, “Kalau engkau tambah itu lebih baik untukmu. Sampai beliau mengatakan, “Saya jadikan shalawat semuanya untuk anda maksudnya adalah saya menjadikan semua doaku adalah bersholawat kepada anda. Maka beliau bersabda, “Kalau begitu cukup keinginanmu, dan akan diampuni dosamu. Karena siapa yang bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam satu shalawat, maka Allah akan bershalawat (mendoakan) kepadanya sepuluh kali. Siapa yang Allah doakan, maka akan tercukupi keinginannya dan akan diampuni dosanya.”  Sementara permintaan kesehatan, itu dianjurkan pagi dan petang hari. Lebih ditekankan ketika wabah telah menyebar. Diriwayatkan oleh Ahmad, (4785) Abu Dawud, (5074) Ibnu Majah, (3871) dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika pagi dan sore hari:    اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ  رَوْعَاتِي، اللهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي   “Ya Allah saya memohon kesehatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan pada agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku, dan beri keamanan dari ketakutanku. Ya Allah, jagalahdiantara diriku, dari belakangku, dari sebelah kananku, dari sebelah kiriku, dari atasku dan saya berlindung dengan keagungan-Mu dibopong dari belakangku. Berkata maksudnya adalah bopongan (serangan)”  Diriwayatkan Ahmad (20430) Abu Dawud (5090) dari Abdurrahman bin Abi Bakrah beliau berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahandaku sesungguhnya saya mendengar dari anda setiap pagi membaca doa :     اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ،    “Ya Allah, berikan kesehatan pada badanku, Ya Allah berikan kesehatan pada pendengaranku, Ya Allah berikan kesehatan pada penglihatanku. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau”.    تُعِيدُهَا ثَلَاثًا، حِينَ تُصْبِحُ، وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي     Engkau mengulangi tiga kali ketika pagi dan sore hari. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa dengannya, dan saya senang mengikuti sunahnya”.    Diantara doa-doa yang bermanfaat dalam kondisi seperti ini apa yang ada dalam beberapa hadits:    Diriwayatkan oleh Tirmizi berkata, biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa seraya membaca:     اللَّهُمَّ مَتِّعْنِي بِسَمْعِي وَبَصَرِي وَاجْعَلْهُمَا الوَارِثَ مِنِّي، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ يَظْلِمُنِي، وَخُذْ مِنْهُ بِثَأْرِي     “Ya Allah, berikanlah kenikmatan pada pendengan dan penglihatanku, dan jadikanlah keduanya warisan dariku. Dan mohon pertolongan dari orang yang berbuat dholim kepadaku. Dan ambillah dendam padanya”.    وَاجْعَلْهُمَا الوَارِثَ مِنِّي  Dan jadikanlah keduanya pewaris dariku”. Maksudnya biarkanlah keduanya sehat dan selamat sampai saya meninggal dunia.    Diriwayatkan Ahmad, (13004) Abu Dawud (1554) Nasa’i (5493) dari Anas, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasanya membaca:    اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ    “Allah, saya berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila dan kusta serta semua penyakit yang jelek”.    Diriwayatkan Ahmad (528) Abu Dawud (5088) Tirmizi (3388) Ibnu Majah (3869) dari Utsman bin Affan berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Siapa yang membaca:    بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ، فِي الْأَرْضِ، وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ    “Dengan Nama Allah yang tidak ada yang bisa mencelakai apapun dengan nama-Nya baik di bumi maupun di langit. Dan Dia yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.    ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ، حَتَّى يُصْبِحَ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثُ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُمْسِيَ     Tiga kali, maka tidak akan terkena bencana mendadak sampai pagi hari. Siapa yang membacanya ketika pagi hari tiga kali, maka tidak akan mengenai bencana mendadak sampai sore hari.    6. Sementara mengambil sebab seperti karantina kesehatan dan berobat. Telah ada petunjuk Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam perintah berobat. Dan memberikan isyarat membentengi dari penyakit serta perintah tidak membawa orang yang sakit kepada orang yang sehat. Serta tidak pergi ke negara (daerah) yang terkena tho’un (epidemi).    Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:     تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ ، الْهَرَمُ     “Berobatlah kalian semua, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit kecuali telah menaruh obatnya kecuali satu yaitu penyakit tua renta”[4]..    Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,     مَنْ تَصَبَّحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ اليَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ    “Siapa yang pagi hari mengkonsumsi tujuh kurma Ajwa, maka hari itu tidak terkena racun maupun sihir.” [HR. Bukhori (5769) Muslim (2057)].    Diriwayatkan Bukhori (5771) dan Muslim (2221) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,    لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ    ”Jangan Memasukkan (Unta) sakit ke (Unta) yang sehat.    Beliau Shallalahu alaiahi wa sallam bersabda,    إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا    “Kalau kamu semua mendengar tho’un (epidemi) masuk di suatu daerah, maka jangan kamu masuk. Dan jika (tho’un) masuk di suatu daerah sementara kamu semua berada di dalamnya, maka jangan keluar darinya”[5].
Apa Yang Selayaknya Dilakukan Seorang Muslim Terkait Dengan Wabah Corona? 

Pertanyaan.

Apa yang seharusnya dilakukan seorang Muslim pada hari-hari ini dimana menyebar virus Corona  Covid-19 dan bagaimana Allah Azza wa Jalla mengangkat musibah ini dari kami? Terimakasih

Jawaban

Alhamdulillah

Ketika musibah dan wabah turun, maka obatnya adalah bertaubat kepada Allah Ta’ala dan merendahkan diri dihadapan Allah. Serta mengembalikan kedholiman disertai memperbanyak beristigfar, bertasbih dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Memohon kepada Allah kesehatan, dan mengambil sebab preventif dan pengobatan. Seperti karantina kesehatan, imunisasi dan pengobatan kalau ada.

1. Bertaubat dan merendahkan diri dihadapan (Allah)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ ﴿٤٢﴾ فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan” [Al-An’am/6:42-43]

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya (3/256) : “Firman-Nya ولقد أرسلنا إلى أمم من قبلك فأخذناهم بالبأساء  maksudnya adalah kefakiran dan kesempitan dalam kehidupan والضراء  adalah penyakit, kesulitan, dan kesakitan  لعلهم يتضرعون  maksudnya agar berdoa dan merendahkan diri kepada Allah serta khusyu”.

Allah Ta’ala berfirman : فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا    maksudnya hendaknya ketika kami memberikan cobaan kepada mereka akan hal itu merendahkan diri kepada Kami dan berpegang teguh kepada kami. وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ  maksudnya (hati mereka) tidak tersentuh dan tidak khusyu’ . وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  maksudnya dari kesyirikan dan kemaksiatan.” merendahkan diri kepada Kami dan berpegang teguh kepada kami. maksudnya (hati mereka) tidak tersentuh dan tidak khusyu’ maksudnya dari kesyirikan dan kemaksiatan.”

Allah Ta’ala berfirman:

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? [At-Taubah/9: 126]

Cobaan tidak akan turun kecuali karena dosa dan tidak akan diangkat kecuali dengan bertaubat. Sebagaimana yang dikatakan Abbas Radhiyallahu anhu dalam do’anya ketika meminta hujan.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan dalam kitab ‘Fathul Bari, (2/497):  “Zubair bin Bakkar telah menjelaskan dalam kitab ‘Al-Ansab’ sifat (tata cara) doanya Abbas dalam peristiwa ini dan waktu ketika terjadi hal itu, maka beliau mengeluarkan dengan sanad darinya bahwa Abbas ketika diminta Umar untuk meminta hujan, maka beliau berdoa:

اللَّهُمَّ إِنَّهُ لَمْ يَنْزِلْ بَلَاءٌ إِلَّا بِذَنْبٍ وَلَمْ يُكْشَفْ إِلَّا بِتَوْبَةٍ

“Ya Allah, sesungguhnya tidak turun suatu musibah melainkan karena dosa. Dan tidak akan dihilangkan kecuali dengan bertaubat.”

2. Sementara Istigfar merupkan sebab sehat, kekuatan, kehidupan yang indah.

Allah Azza wa  Jalla berfirman:

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya”[Hud/11:3].

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” [Hud/11: 52]

3. Sementara Tasbih (mengucapkan ‘Subhanallah)

Maka Allah telah memberitahukan bahwa Yunus Alaihissalam selamat dari kesulitan. Hal itu memberikan isyarat keselamatan untuk orang-orang mukmin.

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿٨٧﴾ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim“. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman” [Al-Anbiya/21:87-88]

Allah juga berfirman:

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ﴿١٤٣﴾ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit” [As-Shaaffat/37: 143-144].

Diriwayatkan oleh Ahmad, (1462) dan Tirmizi, (3505) dari Sa’ad berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ 

“Doanya Dzun Nun ketika di perut ikan paus ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Maha suci Engkau sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim. Sesunggunya tidaklah seorang muslimpun yang berdoa dengannya kecuali Allah akan mengabulkannya.”[1]

Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Ibnu Mas’ud mengatakan, “Tidaklah salah seorang Nabi yang mendapatkan kesulitan melainkan memohon pertolongan dengan bertasbih (mengucapkan subhanallah)”[2].

4. Sementara bersholawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sesungguhnya ia termasuk sebab utama hilangnya kesedihan dan kesulitan.

DIriwayatkan Imam Ahmad, (21242) dan Tirmizi, (2457) dan teksnya darinya dari Ubay bin Ka’ab berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ:  يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ ، قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي؟ فَقَالَ: مَا شِئْتَ. قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ، وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

“Dahulu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ketika telah memasuki sepertiga malam, maka beliau berdiri seraya bersabda:”Wahai manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Telah datang guncangan diikuti dengan guncangan. Dan datang kematian dengan apa yang ada di dalamnya, datang kematian dengan apa yang ada di dalamnya. Ubay mengatakan, saya bertanya, “Wahai Rasulullah, saya memperbanyak bersholawat kepada anda, berapa banyak saya menjadikan shalawatku kepada anda? Maka beliau menjawab, “Terserah anda. Berkata, saya bertanya, seperempat. Berkata, “Terserah anda. Kalau engkau tambah itu lebih baik bagi kamu. Saya bertanya, “setengah. Beliau mengatakan, “Terserah anda, kalau engkau tambah itu lebih baik untuk anda. Berkata, saya bertanya, “Duapertiga. Beliau menjawab, “terserah anda, kalau kamu tambah itu lebih baik untukmu. Saya bertanya, “Saya jadikan shalawatku semua untuk anda. Maka beliau bersabda, “Maka akan menghilangkan kesedihanmu dan akan diampuni dosa anda”.

Sementara riwayat Ahmad, Ubay bin Ka’ab dari ayahnya berkata:

رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ جَعَلْتُ صَلَاتِي كُلَّهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ:  إِذَنْ يَكْفِيَكَ اللهُ مَا أَهَمَّكَ مِنْ دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ 

“Seseorang berkata,”Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda, kalau saya menjadikan shalawatku semuanya untuk anda. Maka beliau menjawab, “Kalau begitu Allah akan mencukupkan keinginan dunia dan akhiratmu”[3]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya, yang dinukil oleh Ibnu Qoyyim dalam kitab ‘Jalaul Afham, hal 79 tentang penafsiran hadits ini seraya mengatakan, “Dahulu Ubay bin Ka’ab mempunyai doa yang digunakan untuk dirinya. Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apakah anda jadikan bagian shalawat kepada beliau, seraya mengatakan, “Kalau engkau tambah itu lebih baik untukmu. Maka (Ka’ab) mengatakan, “Setengahnya? Maka beliau mengatakan, “Kalau engkau tambah itu lebih baik untukmu. Sampai beliau mengatakan, “Saya jadikan shalawat semuanya untuk anda maksudnya adalah saya menjadikan semua doaku adalah bersholawat kepada anda. Maka beliau bersabda, “Kalau begitu cukup keinginanmu, dan akan diampuni dosamu. Karena siapa yang bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam satu shalawat, maka Allah akan bershalawat (mendoakan) kepadanya sepuluh kali. Siapa yang Allah doakan, maka akan tercukupi keinginannya dan akan diampuni dosanya.”

Sementara permintaan kesehatan, itu dianjurkan pagi dan petang hari. Lebih ditekankan ketika wabah telah menyebar. Diriwayatkan oleh Ahmad, (4785) Abu Dawud, (5074) Ibnu Majah, (3871) dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika pagi dan sore hari:

  اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ  رَوْعَاتِي، اللهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي 

“Ya Allah saya memohon kesehatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan pada agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku, dan beri keamanan dari ketakutanku. Ya Allah, jagalahdiantara diriku, dari belakangku, dari sebelah kananku, dari sebelah kiriku, dari atasku dan saya berlindung dengan keagungan-Mu dibopong dari belakangku. Berkata maksudnya adalah bopongan (serangan)”

Diriwayatkan Ahmad (20430) Abu Dawud (5090) dari Abdurrahman bin Abi Bakrah beliau berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahandaku sesungguhnya saya mendengar dari anda setiap pagi membaca doa :


 اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ،


“Ya Allah, berikan kesehatan pada badanku, Ya Allah berikan kesehatan pada pendengaranku, Ya Allah berikan kesehatan pada penglihatanku. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau”.


تُعِيدُهَا ثَلَاثًا، حِينَ تُصْبِحُ، وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي 


Engkau mengulangi tiga kali ketika pagi dan sore hari. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa dengannya, dan saya senang mengikuti sunahnya”.


Diantara doa-doa yang bermanfaat dalam kondisi seperti ini apa yang ada dalam beberapa hadits:


Diriwayatkan oleh Tirmizi berkata, biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa seraya membaca:


 اللَّهُمَّ مَتِّعْنِي بِسَمْعِي وَبَصَرِي وَاجْعَلْهُمَا الوَارِثَ مِنِّي، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ يَظْلِمُنِي، وَخُذْ مِنْهُ بِثَأْرِي


 “Ya Allah, berikanlah kenikmatan pada pendengan dan penglihatanku, dan jadikanlah keduanya warisan dariku. Dan mohon pertolongan dari orang yang berbuat dholim kepadaku. Dan ambillah dendam padanya”.


وَاجْعَلْهُمَا الوَارِثَ مِنِّي  Dan jadikanlah keduanya pewaris dariku”. Maksudnya biarkanlah keduanya sehat dan selamat sampai saya meninggal dunia.


Diriwayatkan Ahmad, (13004) Abu Dawud (1554) Nasa’i (5493) dari Anas, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasanya membaca:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ


“Allah, saya berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila dan kusta serta semua penyakit yang jelek”.


Diriwayatkan Ahmad (528) Abu Dawud (5088) Tirmizi (3388) Ibnu Majah (3869) dari Utsman bin Affan berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Siapa yang membaca:


بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ، فِي الْأَرْضِ، وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


“Dengan Nama Allah yang tidak ada yang bisa mencelakai apapun dengan nama-Nya baik di bumi maupun di langit. Dan Dia yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.


ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ، حَتَّى يُصْبِحَ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثُ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُمْسِيَ 


Tiga kali, maka tidak akan terkena bencana mendadak sampai pagi hari. Siapa yang membacanya ketika pagi hari tiga kali, maka tidak akan mengenai bencana mendadak sampai sore hari.


6. Sementara mengambil sebab seperti karantina kesehatan dan berobat. Telah ada petunjuk Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam perintah berobat. Dan memberikan isyarat membentengi dari penyakit serta perintah tidak membawa orang yang sakit kepada orang yang sehat. Serta tidak pergi ke negara (daerah) yang terkena tho’un (epidemi).


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


 تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ ، الْهَرَمُ 


“Berobatlah kalian semua, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit kecuali telah menaruh obatnya kecuali satu yaitu penyakit tua renta”[4]..


Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,


 مَنْ تَصَبَّحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ اليَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ


“Siapa yang pagi hari mengkonsumsi tujuh kurma Ajwa, maka hari itu tidak terkena racun maupun sihir.” [HR. Bukhori (5769) Muslim (2057)].


Diriwayatkan Bukhori (5771) dan Muslim (2221) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ


”Jangan Memasukkan (Unta) sakit ke (Unta) yang sehat.


Beliau Shallalahu alaiahi wa sallam bersabda,


إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا


“Kalau kamu semua mendengar tho’un (epidemi) masuk di suatu daerah, maka jangan kamu masuk. Dan jika (tho’un) masuk di suatu daerah sementara kamu semua berada di dalamnya, maka jangan keluar darinya”[5].