Kita berusaha untuk melanjutkan apa yang disampaikan pada perjumpaan pekan yang lalu berkenaan dengan kondisi dimana seorang mendapatkan istrinya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan, apa yang ia harapkan dalam keshalihah agama sang istri.
Demikian juga kita lihat ini banyak terjadi mungkin karena desakan orang tua atau keluarga atau ketidaktahuan sang laki-laki terhadap kriteria wanita yang shalihah atau sebab yang lainnya.
Telah kita sampaikan pada perjumpaan kemarin bahwa kita harus membinanya, tidak membiarkannya hancur dan tidak juga melepasnya dengan begitu saja.
Cuma masalah yang kita hadapi adalah bagaimana kita bisa mengajak mereka untuk kembali kepada agama ini, untuk melihat kembali agama yang kita sodorkan kepada sang istri tersebut?
Kita sudah sepakati bahwa hidayah ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun Allah juga yang menyampaikan:
Sederhana Dalam Berpakaian
إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Allah tidak merubah nasib sebuah kaum sampai kaum itu merubah dirinya sendiri.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 11)
Demikian juga kita tidak bisa berpangku tangan membiarkan istri menunggu takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, menunggu hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa usaha memperbaikinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan contoh yang sangat konkret tentang sosok Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan istri beliau Khadijah binti Khuwailid yang demikian mudahnya menerima ajaran Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam padahal sebelumnya Khadijah tidak pernah mendengar laa ilaaha illallah.
Bahkan sebelumnya yang ada dibenak mereka (kaum Quraisy) -dan Khadijah dari kaum Quraisy- adalah apa yang sudah mereka dapatkan dari warisan nenek moyang mereka berupa penyembahan berhala, berupa kebid’ahan-kebid’ahan dan kemungkaran-kemungkaran. Walaupun kita sampaikan bahwa Khadijah adalah wanita yang terkenal menjaga kehormatannya dan termasuk wanita yang sangat menjaga kebersihan dan kesucian jiwa mereka.
Tidak mudah untuk menerima sebuah keyakinan yang disampaikan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dimana Nabi kita menyampaikan tentang suatu fakta yang terbalik dari pada apa yang mereka ketahui sebelumnya. Dari mulai menyembah banyak berhala di sekeliling mereka sampai diminta untuk menyembah satu yang Maha Kuasa, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akibat Lisan Yang Tidak Dijaga Bagian 4
Tentunya di sana ada rahasia mengapa demikian mudahnya Khadijah menerima. Demikian mudahnya beliau menerima Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan ketika Nabi kita mengisahkan tentang kisahnya berjumpa dengan Jibril ‘Alaihissalam di Gua Hira. Beliau bukan heran, namun malah menjadi pendukung beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan menyakinkan Nabi kita bahwa Allah tidak akan menghinakan suaminya.
Artinya Khadijah berkeyakinan bahwa suaminya tidak mungkin akan dihinakan dengan sebab itu semua. Karena dalam benak beliau -dibangun daripada pergaulan suami istri yang demikian lamanya sampai memperoleh anak dari suami tersebut- mendapatkan bahwa Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam -dimata beliau- adalah sosok yang sempurna, sosok suami, sosok pemimpin yang dapat dipercaya, sosok pribadi yang menjadi panutan baginya, yang bisa ia gantung harapannya, yang bisa ia gantungkan asanya, yang dia harapkan akan menjadi pembawa kebahagiaan ia di dunia dan akhiratnya.
Maka beliau tonjolkan bahwa Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang pertama kali tampil sebagai perintis kebaikan, yang pertama kali membantu orang yang lemah dan orang yang paling hebat dalam membela kebenaran dan mengingkari kemungkaran yang ada.
Dari itu semua beliau membawa Rasulullah kepada pamannya, yaitu Waraqah bin Naufal. Dimana Waraqah bin Naufal ini adalah orang yang beliau lihat sebagai orang yang memiliki pemahaman agama, yang mempunyai kejujuran, yang punya sifat-sifat keshalihah ketika itu. Dan ketika mendengar jawaban dari Waraqah yang demikian berat untuk didengar oleh Khadijah dan juga oleh kita semua yang mendengarnya. Bahwa tidaklah orang menerima hal itu kecuali akan diusir oleh kaumnya.
Menunjukkan Loyalitas Terhadap Sunnah dan Ahlus Sunnah
Lalu Nabi kita mengatakan, “Apakah mungkin mereka akan mengusir aku dari kota Mekah?” Nabi saja sampai tidak percaya bahwa kaum Quraisy bisa mengusir Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dan kemudian dibuktikan dengan imannya beliau Radhiyallahu Ta’ala Anha. Beliau adalah orang pertama yang mendengarkan wahyu dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Juga orang pertama yang menerima Islam langsung dari beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Tentunya tidak akan muncul semuanya tanpa ada hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam membina istri kita agar mau kembali memahami agama, mau kembali melaksanakan semua ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Berusaha mempunyai akhlak yang mulia
Bila kita melihat kepada itu semua, didapatkan sosok Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang Allah siapkan sebagai Nabi, sebagai Rasul, sebagai guru bagi semua umat manusia. Dan Allah siapkan semua akhlak yang mulia bersama beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan Allah puji dengan:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)
Sehingga kita akan mengatakan bahwa wajar bila itu mudah. Karena kemuliaan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan satu hal yang perlu kita sampaikan disini bahwa itu tidak menutup kemungkinan orang lain mampu untuk bisa membuat sang istri mau merubah kondisi yang ada sehingga mengikuti suaminya.
Pentingnya Mengajarkan Al-Quran kepada Anak (Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.)
Kuasailah hatinya maka kamu bisa mengaturnya
Ada pepatah mengatakan, “Kuasailah hatinya maka kamu bisa mengaturnya.” Ambil hatinya, nanti akan bisa mengaturnya. Bahwa seorang akan bisa diatur bila hatinya terikat dengan kita. Ada sebuah kepercayaan yang penuh, bahwa sang suami adalah orang yang mampu membawa dirinya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kita ketahui bersama bahwa wanita itu mau menikah dengan kita, meninggalkan orang tuanya, meninggalkan ibunya, meninggalkan bapaknya, meninggalkan kakaknya, adiknya, yang semuanya telah terbukti mencintai dia dan hidup bersamanya puluhan tahun. Ada yang 20 tahun, 19 tahun, 18 tahun, tergantung pada usianya. Mereka sanggup membiarkan semuanya lepas dan tinggal bersama suaminya di sebuah rumah yang mungkin hanya berdua di sana. Bahkan sebagiannya tinggal di kontrakan yang tidak jelas apakah akan tinggal dua tahun atau hanya tinggal beberapa bulan saja disana untuk lalu pindah ke tempat yang lainnya.
Kenapa semua itu terjadi?
Jawabannya adalah karena adanya sebuah kepercayaan dari hati sang perempuan bahwa nanti dia akan bahagia bersama sang suaminya tersebut.
Nah, bila kita sebagai suami mampu menampilkan sosok orang yang betul-betul bisa mencintai istri tersebut dan istri merasakan cinta suami sehingga istri akhirnya mencintai suami, insyaAllah ketika suaminya berbicara tentang sesuatu, dia akan memperhatikan, menyimak, melihat, mempelajari, menghayati. Kemudian bila sesuai dengan kebenaran, ia akan mengikutinya.
Cinta Itu Buta
Ada pepatah mengatakan, “cinta itu buta” artinya cinta itu bisa membuat orang tidak melihat kanan dan kiri. Kemana yang dicintai itu pergi, ia juga akan pergi. Sehingga inilah tugas seorang suami yang ingin memperbaiki istrinya yang sudah didapatkannya dan ternyata agamanya kurang atau jauh daripada baik atau mungkin dapat dikatakan tidak punya perhatian dengan agama sejak kecilnya (dan ini banyak di Indonesia).
Maka butuh kemampuan ekstra untuk bisa merubah hal tersebut. Tampilkan diri kita sebagai pemimpin yang baik di rumah tangga kita dan terus membimbing istri kita untuk ikut menjalankan semua yang kita ajarkan, yang kita amalkan, agar mereka bisa hidup bersama kita dengan satu fiqrah, satu ilmu, satu amalah. Sehingga akan ada persatuan dalam rumah tangga kita dan satu keputusan bersama, saling pengertian yang akan membuat sang istri mau belajar dengan baik dan bahkan sang istri bisa mengalahkan suami bila suaminya merasa aman, merasa nyaman dengan yang sudah dimilikinya tersebut.
Buktikan cinta Anda
Pesan saya pada hari ini adalah buktikan cinta Anda kepada sang istri, tampakkan bahwa Anda adalah suami yang bertanggung jawab akan kebahagiaan istri di dunia dan akhirat. Maka insyaAllah istri akan melihat itu dan bila muncul cinta di hatinya akan muncul juga di sana mengikuti jejak suami yang berakhlak mulia, yang menampakkan bahwa orang yang beragama baik itu orang yang terbaik dalam akhlak dan pergaulannya.
Semoga tips ini bisa membantu kita semua untuk mengarahkan istri kita kepada agama yang kita inginkan sesuai dengan tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ingatlah bagaimana Khadijah mudah untuk menerima itu semua lantaran Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam banyak mengajari mereka untuk berpengetahuan agama dengan baik.
Dan kita lihat bagaimana Nabi kita mendidik istri yang banyak dan mampu membuat mereka semua bahagia di dunia ini sebelum mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti. Dan mereka bukanlah dipenuhi dengan kekayaan, bukan juga dipenuhi dengan harta benda, namun dipenuhi dengan iman, ketaqwaan dan pengetahuan agama yang baik.
Referensi : Untuk Para Suami (Jangan menjadi Suami yang Durhaka kepada Anak dan Istri)