Tantangan Hidup Sebagai Duda Apa yang Terberat. Saat kehilangan pasangan, entah karena bercerai atau meninggal dunia, tentu akan ada yang berubah dalam hidup, dan bisa jadi itu sulit dihadapi. Kehilangan pasangan adalah pengalaman yang sulit bagi janda dan duda.
Hilangnya pasangan adalah hilangnya pendamping, belahan jiwa, atau mungkin penghasilan dan juga lingkaran sosial. Ketika seseorang kehilangan suami atau istri, itu bisa terasa seperti kehilangan identitas diri.
Kehilangan dan proses berduka ini mungkin dialami dengan cara yang berbeda oleh janda dan duda. Jika telah melalui ini, itu bisa menjadi tantangan besar untuk belajar kembali cara hidup dan membangun kembali identitas sebagai satu orang, daripada sebagai bagian dari pasangan.
Respon emosional dari janda dan duda
Mengekspresikan kesedihan terkadang lebih mudah bagi para janda karena wanita terbiasa didorong untuk berbagi dan mengungkapkan perasaan. Pria, di sisi lain, sering dididik untuk tidak boleh menangis atau mencurahkan perasaan.
Karena pengondisian emosional, banyak pria menemukan diri mereka berjuang lebih berat dari wanita saat kehilangan pasangan. Mereka sebenarnya membutuhkan konseling atau konsultasi, tetapi terlanjur percaya membutuhkan bantuan tersebut berarti menunjukkan kelemahan.
Perubahan sosial setelah kehilangan pasangan
Istri biasanya adalah anggota keluarga yang menciptakan lingkaran sosial. Ketika suami meninggal, wanita cenderung memiliki sekelompok teman yang mendukung.
Seorang duda yang bergantung pada istri untuk semua interaksi sosial mungkin akan merasa seperti kehilangan arah dan pegangan. Anda mungkin juga merasa terisolasi dari teman dan keluarga karena tidak tahu cara berinteraksi dengan mereka.
Ketika timbul keinginan untuk memulai hubungan baru pascakehilangan pasangan, janda bisa merasa kesulitan untuk menemukan pria yang seusia. Kebanyakan wanita merasa lebih nyaman berkencan dengan seseorang yang berusia sebaya mereka.
Di sisi lain, pria duda yang lebih tua mungkin lebih mudah menemukan pendamping, hanya karena demografi ada lebih banyak wanita daripada pria. Satu-satunya hambatan mungkin merupakan kesulitan seorang duda dalam bersosialisasi.
Sementara itu, para duda yang berusia muda, terutama dengan anak-anak yang harus dirawat, sering menemukan teman, kenalan, dan komunitas yang lebih banyak untuk membantu. Hal ini seringkali karena persepsi stereotip tentang peran pria dan wanita, tetapi jika seorang pria bukan pengurus utama keluarga dan tiba-tiba harus melakukan peran itu sambil mengelola pekerjaan atau karier, orang-orang dalam hidupnya umumnya simpatik.
Pengalaman keuangan janda dan duda
Janda kadang-kadang bisa memiliki waktu yang lebih sulit secara finansial daripada duda. Seorang janda mungkin mengalami masalah keuangan. Misalnya, jika pasangan sudah pensiun dan istri tidak pernah bekerja, maka dia harus mencapai usia tertentu sebelum dapat menerima tunjangan jaminan sosial di akun suami.
Duda dapat mengalami masalah serupa, tetapi karena istri lebih mungkin hidup lebih lama dari suami, itu tidak biasa. Jenis pensiun tertentu mungkin berhenti setelah kematian, kecuali Anda mengaturnya seperti itu, mungkin tidak tersedia bagi pasangan yang masih hidup.
Mendukung diri sendiri dan menjadi mandiri
Ketika diliputi oleh perasaan sedih dan depresi, sedapat mungkin kita harus bisa bertahan dan melawan perasaan tersebut sendiri. Tidak ada yang lebih penting daripada belajar mengurus diri sendiri dan menemukan kesempatan untuk santai bersama orang-orang yang suportif dan menyenangkan.
Jangan berharap orang-orang bisa membaca pikiran Anda dan jangan berpura-pura semuanya baik-baik saja, padahal tidak. Harus ada setidaknya satu orang di luar sana di mana Anda merasa lebih mudah untuk berbagi dan meminta bantuan. Ada juga konselor atau terapis yang bisa membantu.
Kelangsungan hidup Anda atau keluarga adalah hal yang penting sekarang. Anda mungkin bersedih, tetapi juga memiliki hak untuk menghentikan penderitaan, belajar mengatasi masalah dengan lebih baik, dan merasakan kegembiraan lagi.
referensi : Tantangan Hidup Sebagai Duda, Apa yang Terberat