Senin, 12 September 2022

Siklus Move On Pria yang Perlu Diketahui

Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian. Pria lebih pandai menyembunyikan perasaannya. Mengakhiri sebuah hubungan adalah perkara besar, terlepas dari gender yang melakukannya. Pria maupun wanita, sama-sama bisa bucin dan perlu waktu demi bisa move on. Bedanya, pria lebih jarang menunjukkannya secara langsung. Sebagai pencerahan, pahami dulu siklus move on pria. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap bagaimana pria move on. Mulai dari durasi hubungan, pasangan, kedekatan, dan banyak lagi.  Memahami siklus move on pria Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian.  Meski sekuat tenaga menyangkal, pria tetaplah makhluk sosial yang tergantung pada orang lain. Sama seperti perempuan, pria juga perlu sosok teman hidup.  Hanya saja, mereka lebih piawai menutupi perasaan. Konstruksi sosial juga berperan dalam membentuk hal ini. Lihat saja bagaimana anak laki-laki sejak kecil dituntut tidak boleh cengeng, dilarang menangis, dan dituntut selalu tegar.  Padahal, begini sebenarnya siklus move on pria setelah sebuah hubungan berakhir:  Tahap 1: Ego mendominasi Pada tahap pertama, ego akan mendominasi. Terlebih, jika selama berada dalam hubungan ego cenderung tertekan karena pasangan lebih dominan. Ego inilah yang menimbulkan kesan pria lebih cepat move on karena bisa tampak bahagia dan baik-baik saja.  Tahapan pertama ini sangat krusial dalam proses berdamai dengan proses berakhirnya sebuah hubungan.  Tahap 2: Makhluk sosial Pria sangat bisa menyimpan trauma dan kesedihannya seakan tidak terjadi apa-apa. Bahkan ini bisa menimbulkan kekecewaan bagi mantannya yang merasa si pria sama sekali tidak merasa sedih.  Padahal, sebenarnya pria belum benar-benar move on. Aktif sebagai makhluk sosial adalah strateginya untuk melupakan rasa sakit. Selain itu, pada fase ini mungkin juga pria mulai mencari teman perempuan untuk berinteraksi intens. Namun, bukan untuk dijadikan kekasih.  Tahap 3: Realistis Inilah fase ketika pria menyadari betul bahwa setelah putus, mereka benar-benar sendiri. Dari situ, mereka mulai mencari cara untuk menemukan kebahagiaan. Mulai dari bertemu teman-teman, mencoba kencan dengan perempuan lain, atau asyik bekerja.  Di saat yang sama, mereka bisa saja menyadari terlalu sibuk tenggelam dalam kesibukan. Luka akibat berakhirnya hubungan belum benar-benar sembuh. Mereka pun akan realistis mulai berdamai dengan keadaan.  Tahap 4: Marah dan sedih Ketika sudah sadar dengan realita, pria akan mulai mempertanyakan seputar berakhirnya hubungan. Akan muncul rasa marah dan sedih di waktu bersamaan sebab selama ini cenderung mengabaikan emosi yang muncul. Fase ini tak kalah penting karena di sinilah terjadi validasi emosi.  Tahap 5: Penerimaan awal Siklus move on pria selanjutnya adalah menerima bahwa hubungan telah benar-benar berakhir. Semacam kesadaran yang datang terlambat. Fase menutupi emosi dengan topeng kebahagiaan sudah berakhir.  Bisa saja, ini menjadi fase ketika seorang pria ingin memulai kembali hubungan dengan mantan. Sebab, sudah terdeteksi apa saja masalah yang menjadi pemicunya. Namun ketika hal ini tidak berhasil, mereka sadar bahwa hubungan sudah tidak mungkin dipertahankan.  Tahap 6: Optimistis Rasa percaya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain mulai bangkit. Seseorang mulai bisa mengenali apa keinginan dan kebutuhannya. Ada rasa optimistis juga dalam menjalani kehidupan yang baru tanpa mantan.  Terkadang, perlu waktu hingga siklus move on pria terlewati sepenuhnya. Setiap orang memiliki fase dan waktu yang berbeda. Kesabaran adalah kunci untuk melewatinya.  Pria move on lebih cepat dibandingkan dengan perempuan adalah hal yang sejak dulu diyakini. Hanya selang sehari, mereka bisa tampak bahagia berkumpul tertawa-tawa bersama teman-temannya. Atau bahkan, sudah jalan bersama perempuan baru lagi hanya selang sepekan.  Sebenarnya, ini bukan berarti pria lebih cepat move on. Justru, pria cenderung menekan kesedihannya dan bertindak seolah-olah semua baik-baik saja.  Berbeda dengan perempuan yang bisa lebih total dalam mengekspresikan emosinya setelah putus, pria tidak demikian. Mereka akan menyibukkan diri dengan hal lain, mulai dari kehidupan sosial bersama teman-teman hingga tenggelam dalam pekerjaan. Ada siklus move on pria yang harus dilewati hingga akhirnya mereka melakukan validasi terhadap emosi setelah berakhirnya hubungan. Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian. Pria lebih pandai menyembunyikan perasaannya. Mengakhiri sebuah hubungan adalah perkara besar, terlepas dari gender yang melakukannya. Pria maupun wanita, sama-sama bisa bucin dan perlu waktu demi bisa move on. Bedanya, pria lebih jarang menunjukkannya secara langsung. Sebagai pencerahan, pahami dulu siklus move on pria. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap bagaimana pria move on. Mulai dari durasi hubungan, pasangan, kedekatan, dan banyak lagi.  Memahami siklus move on pria Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian.  Meski sekuat tenaga menyangkal, pria tetaplah makhluk sosial yang tergantung pada orang lain. Sama seperti perempuan, pria juga perlu sosok teman hidup.  Hanya saja, mereka lebih piawai menutupi perasaan. Konstruksi sosial juga berperan dalam membentuk hal ini. Lihat saja bagaimana anak laki-laki sejak kecil dituntut tidak boleh cengeng, dilarang menangis, dan dituntut selalu tegar.  Padahal, begini sebenarnya siklus move on pria setelah sebuah hubungan berakhir:  Tahap 1: Ego mendominasi Pada tahap pertama, ego akan mendominasi. Terlebih, jika selama berada dalam hubungan ego cenderung tertekan karena pasangan lebih dominan. Ego inilah yang menimbulkan kesan pria lebih cepat move on karena bisa tampak bahagia dan baik-baik saja.  Tahapan pertama ini sangat krusial dalam proses berdamai dengan proses berakhirnya sebuah hubungan.  Tahap 2: Makhluk sosial Pria sangat bisa menyimpan trauma dan kesedihannya seakan tidak terjadi apa-apa. Bahkan ini bisa menimbulkan kekecewaan bagi mantannya yang merasa si pria sama sekali tidak merasa sedih.  Padahal, sebenarnya pria belum benar-benar move on. Aktif sebagai makhluk sosial adalah strateginya untuk melupakan rasa sakit. Selain itu, pada fase ini mungkin juga pria mulai mencari teman perempuan untuk berinteraksi intens. Namun, bukan untuk dijadikan kekasih.  Tahap 3: Realistis Inilah fase ketika pria menyadari betul bahwa setelah putus, mereka benar-benar sendiri. Dari situ, mereka mulai mencari cara untuk menemukan kebahagiaan. Mulai dari bertemu teman-teman, mencoba kencan dengan perempuan lain, atau asyik bekerja.  Di saat yang sama, mereka bisa saja menyadari terlalu sibuk tenggelam dalam kesibukan. Luka akibat berakhirnya hubungan belum benar-benar sembuh. Mereka pun akan realistis mulai berdamai dengan keadaan.  Tahap 4: Marah dan sedih Ketika sudah sadar dengan realita, pria akan mulai mempertanyakan seputar berakhirnya hubungan. Akan muncul rasa marah dan sedih di waktu bersamaan sebab selama ini cenderung mengabaikan emosi yang muncul. Fase ini tak kalah penting karena di sinilah terjadi validasi emosi.  Tahap 5: Penerimaan awal Siklus move on pria selanjutnya adalah menerima bahwa hubungan telah benar-benar berakhir. Semacam kesadaran yang datang terlambat. Fase menutupi emosi dengan topeng kebahagiaan sudah berakhir.  Bisa saja, ini menjadi fase ketika seorang pria ingin memulai kembali hubungan dengan mantan. Sebab, sudah terdeteksi apa saja masalah yang menjadi pemicunya. Namun ketika hal ini tidak berhasil, mereka sadar bahwa hubungan sudah tidak mungkin dipertahankan.  Tahap 6: Optimistis Rasa percaya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain mulai bangkit. Seseorang mulai bisa mengenali apa keinginan dan kebutuhannya. Ada rasa optimistis juga dalam menjalani kehidupan yang baru tanpa mantan.  Terkadang, perlu waktu hingga siklus move on pria terlewati sepenuhnya. Setiap orang memiliki fase dan waktu yang berbeda. Kesabaran adalah kunci untuk melewatinya.  Pria move on lebih cepat dibandingkan dengan perempuan adalah hal yang sejak dulu diyakini. Hanya selang sehari, mereka bisa tampak bahagia berkumpul tertawa-tawa bersama teman-temannya. Atau bahkan, sudah jalan bersama perempuan baru lagi hanya selang sepekan.  Sebenarnya, ini bukan berarti pria lebih cepat move on. Justru, pria cenderung menekan kesedihannya dan bertindak seolah-olah semua baik-baik saja.  Berbeda dengan perempuan yang bisa lebih total dalam mengekspresikan emosinya setelah putus, pria tidak demikian. Mereka akan menyibukkan diri dengan hal lain, mulai dari kehidupan sosial bersama teman-teman hingga tenggelam dalam pekerjaan. Ada siklus move on pria yang harus dilewati hingga akhirnya mereka melakukan validasi terhadap emosi setelah berakhirnya hubungan.    referensi : Siklus Move On Pria yang Perlu Diketahui

Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian. Pria lebih pandai menyembunyikan perasaannya. Mengakhiri sebuah hubungan adalah perkara besar, terlepas dari gender yang melakukannya. Pria maupun wanita, sama-sama bisa bucin dan perlu waktu demi bisa move on. Bedanya, pria lebih jarang menunjukkannya secara langsung. Sebagai pencerahan, pahami dulu siklus move on pria. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap bagaimana pria move on. Mulai dari durasi hubungan, pasangan, kedekatan, dan banyak lagi.

Memahami siklus move on pria

Sekilas kerap muncul anggapan pria lebih cepat move on dari perempuan karena mereka bisa langsung seakan-akan melanjutkan hidup dengan normal. Namun, realitanya tidak demikian.

Meski sekuat tenaga menyangkal, pria tetaplah makhluk sosial yang tergantung pada orang lain. Sama seperti perempuan, pria juga perlu sosok teman hidup.

Hanya saja, mereka lebih piawai menutupi perasaan. Konstruksi sosial juga berperan dalam membentuk hal ini. Lihat saja bagaimana anak laki-laki sejak kecil dituntut tidak boleh cengeng, dilarang menangis, dan dituntut selalu tegar.

Padahal, begini sebenarnya siklus move on pria setelah sebuah hubungan berakhir:

Tahap 1: Ego mendominasi

Pada tahap pertama, ego akan mendominasi. Terlebih, jika selama berada dalam hubungan ego cenderung tertekan karena pasangan lebih dominan. Ego inilah yang menimbulkan kesan pria lebih cepat move on karena bisa tampak bahagia dan baik-baik saja.

Tahapan pertama ini sangat krusial dalam proses berdamai dengan proses berakhirnya sebuah hubungan.

Tahap 2: Makhluk sosial

Pria sangat bisa menyimpan trauma dan kesedihannya seakan tidak terjadi apa-apa. Bahkan ini bisa menimbulkan kekecewaan bagi mantannya yang merasa si pria sama sekali tidak merasa sedih.

Padahal, sebenarnya pria belum benar-benar move on. Aktif sebagai makhluk sosial adalah strateginya untuk melupakan rasa sakit. Selain itu, pada fase ini mungkin juga pria mulai mencari teman perempuan untuk berinteraksi intens. Namun, bukan untuk dijadikan kekasih.

Tahap 3: Realistis

Inilah fase ketika pria menyadari betul bahwa setelah putus, mereka benar-benar sendiri. Dari situ, mereka mulai mencari cara untuk menemukan kebahagiaan. Mulai dari bertemu teman-teman, mencoba kencan dengan perempuan lain, atau asyik bekerja.

Di saat yang sama, mereka bisa saja menyadari terlalu sibuk tenggelam dalam kesibukan. Luka akibat berakhirnya hubungan belum benar-benar sembuh. Mereka pun akan realistis mulai berdamai dengan keadaan.

Tahap 4: Marah dan sedih

Ketika sudah sadar dengan realita, pria akan mulai mempertanyakan seputar berakhirnya hubungan. Akan muncul rasa marah dan sedih di waktu bersamaan sebab selama ini cenderung mengabaikan emosi yang muncul. Fase ini tak kalah penting karena di sinilah terjadi validasi emosi.

Tahap 5: Penerimaan awal

Siklus move on pria selanjutnya adalah menerima bahwa hubungan telah benar-benar berakhir. Semacam kesadaran yang datang terlambat. Fase menutupi emosi dengan topeng kebahagiaan sudah berakhir.

Bisa saja, ini menjadi fase ketika seorang pria ingin memulai kembali hubungan dengan mantan. Sebab, sudah terdeteksi apa saja masalah yang menjadi pemicunya. Namun ketika hal ini tidak berhasil, mereka sadar bahwa hubungan sudah tidak mungkin dipertahankan.

Tahap 6: Optimistis

Rasa percaya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain mulai bangkit. Seseorang mulai bisa mengenali apa keinginan dan kebutuhannya. Ada rasa optimistis juga dalam menjalani kehidupan yang baru tanpa mantan.

Terkadang, perlu waktu hingga siklus move on pria terlewati sepenuhnya. Setiap orang memiliki fase dan waktu yang berbeda. Kesabaran adalah kunci untuk melewatinya.

Pria move on lebih cepat dibandingkan dengan perempuan adalah hal yang sejak dulu diyakini. Hanya selang sehari, mereka bisa tampak bahagia berkumpul tertawa-tawa bersama teman-temannya. Atau bahkan, sudah jalan bersama perempuan baru lagi hanya selang sepekan.

Sebenarnya, ini bukan berarti pria lebih cepat move on. Justru, pria cenderung menekan kesedihannya dan bertindak seolah-olah semua baik-baik saja.

Berbeda dengan perempuan yang bisa lebih total dalam mengekspresikan emosinya setelah putus, pria tidak demikian. Mereka akan menyibukkan diri dengan hal lain, mulai dari kehidupan sosial bersama teman-teman hingga tenggelam dalam pekerjaan. Ada siklus move on pria yang harus dilewati hingga akhirnya mereka melakukan validasi terhadap emosi setelah berakhirnya hubungan.


referensi : Siklus Move On Pria yang Perlu Diketahui