Sabtu, 24 September 2022

Pertanyaan Imam Al-Ghozali Terhadap Muridnya

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kepala Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhannya para manusia, malaikat, jin dan seluruh penghuni alam semesta, atas karunia-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat hadir di Masjid ini. Marilah kita banyak bersyukur, mudah-mudaham setiap derap langkah kita menuju masjid di pagi-pagi buta ini membuahkan pahala sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat dimata Allah SWT.  Sholawat teriring salam tercurah dan terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke dalam dunia penuh dengan iman dan Islam, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di akhir zaman. Aaminn Ya Rabbal Alamin.   Pada pertemuan ba’da Subuh ini kita akan bicaarakan sekelumit, dari sekian banyak yang telah dilakukan oleh imam besar As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali yang lebih dikenal sebagai Iman Al-Ghazali. Salah satu tokoh besar Islam di bidang Fiqih, melalui kitabnya yang sangat mashur Ihya’Ulumudin.  Pada pertememua Ahad pagi, akan dibicarakan adalah 6 pertanyaan yang diberikan Iman Al-Ghazali kepada murid-muridnya yang penuh makna, dan menjadi bahan untuk koreksi sekaligus sebagai introspreksi untuk terus memperbaiki keimanan kita agar kita mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Selagi kita masih hidup tetap berhati-hati dengan tetap menjaga iman. Allah Ta’ala berfirman,  مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).  Pada saat murid-muridnya berkumpul dihadapannya dan siap menerima ilmu, Imam Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kepada muridnya:  Pertanyaan Pertama:  Imam Ghazali: “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”  Murid-muridnya menjawab: “orangtua, guru, teman dan kaum kerabat”  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah kematian. Sesuai dengan janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati”. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an:  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ   Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS. Ali Imran: 18)   Setiap dari kita yang hadir, akan mati. Mungkin esok pagi, nanti sore, lusa, minggu besok, tahun depan dan seterusnya, kematian itu pasti akan menghampiri kita. Kematian adalah nasehat bagi setiap orang, kehidupan di dunia tidak abadi, dunia hanya persinggahkan, dunia hanya ladang untuk mengumpulkan amal shaleh. Jika sudah saatnya maka kita akan menghadap-Nya tidak dapat dimajukan atau dimundurkan walaupun hanya sedetik, semua sudah dicatat oleh Allah SWT di Lauhul Mahfuzh . Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr: 5 dan al-Mu’minun: 43) sebagai berikut:   مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ  Artinya: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya” (QS al-Hijr [15]: 5;  Allah SWT, mengetahui semua yang kita lakukan. Segala gerak dan tingkah kita tidak ada yang diperhatikannya. Bahkan tidak selembar daunpun gugur tanpa seizinya-Nya (QS. Al-An’aam: 59)  وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab (QS. An-An’aam: 59)  Kematian adalah masalah besar bagi manusia, sehingga disebut sebagai kiamat kecil. Semua kematian yang terjadi pada manusia atas izin-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran sebagai berikut:  وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا  Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS. Ali Imran: 145).  Kapanpun, dimanapun dengan cara apapun, jika kita mati memang sudah kehendaknya, kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan baik, dan kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan sehat, dalam keadaan sakit, sedang jaya-jayanya, atau bahkan masih bayi.  Menurut orang-orang atheis, atau orang-orang kafir menganggap kematian adalah akhir dari segalanya, sedangkan bagi seorang muslim, kematian adalah gerbang menuju ke alam akhirat, sambal menunggu datangnya kiamat, seorang harus mati dan menunggu di Alam Barsah, menunggu pengadilan Allah di Yaumul Masyar, hari pembalasan dari perbuatan yang kita lakukan di dunia.  Setiap manusia tidak dapat lepas dari kematian, kematian adalah kepastian. Allah SWT menjelasjakan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 8 sebagai berikut:  قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ  Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetap akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah : 8).  Kemana kita akan lari dari kematian, sedangkan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah, semua sisi dunia tidak ada yang lepas dari pengawasannya. Fir’aun ingin hidup abadi, sehingga membangun benteng-benteng yang tinggi untuk mencegah kematiannya, ia mati meskipun ia berada di dalam benteng yang kokoh dan tinggi. Allah SWT menegaskan hal ini di dalam ayat berikut:  أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...  Artinya: Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh… (QS an-Nisa:78).  Dari pertanyaan ini, maka kita harus menjadikan kematian sebagai cermin bagi kita untuk selalu taat kepada Allah, dan berbuat kebaikan karena semua yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah. Kematian adalah sesuatu yang pasti, yang akan mendatangi kita kapan saja. Kita harus mempersiapkan diri kita sebaik mungkin agar kita mendapatkan tempat yang baik sebagaimana yang Allah janjikan.    Iman Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kedua: “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”  Murid-muridnya yang menjawab:” bulan, matahari, bintang-bintang”  Iman Al-Ghazali menanggapi jawaban muridnya dengan bijak dan mengatakan bahwa semua jawaban muridya benar”. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Masa lalu tidak pernah akan pernah kembali lagi, masa lalu hanya akan menjadi kenangan yang tidak dapat diulang. Masa lalu akan menjadi kenangan, maka sudah sewajarnya jika kita para manusia harus mengisi hari-hari dengan ibadah dan perbuatan-perbuatan yang diridho oleh Allah agar masa lalu kita diisi dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Buhari:  “Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” (HR. Bukhari)  Dari hadist ini kita harus belajar tentang pentingnya hari ini, untuk menyongsong hari esok. Dalam hadist ini juga terkandung nasehat, agar manusia selalu berusaha lebih baik dari masa sebelumnya.  وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3  Dari nasehat yang kedua dapat mengambil hikmah, agar selalu memperbaiki diri sehingga kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT selalu bertambah.  Ilman Al-Ghazali melanjutkan pada pertanyaan ketiganya. Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya yang menjawab: Gunung, Matahari, Bumi  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah hawa nafsu. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.” Perhatikan firman Allah dalam Surat Araf berikut ini.  وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ  Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al A’Raf: 179).    Kita harus belajar dari beberapa kisah dimasa lalu, peristiwa setan terusir dari surga bukan karena tidak beriman dengan Allah SWT, tetapi karena kesombongannya yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.  وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْن  Artinya: "Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis, enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (QS. Surat Al-Baqarah: 34).  Bukan karena tidak perncaya atau tidak berimannya setan menjadi ahli neraka karena kesombongannya, karena tidak mau menuruti perintah Allah tetapi lebih menuruti hawa nafsunya yang merasa lebih hebat dari manusia. Karena dia terbuat dari api yang mulia, sedangkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang hitam.  Ada hal yang tidak diketahui baik oleh malaikat maupun oleh jin dan iblis bahwa manusia memiliki keistimewaan yaitu diberikan akal yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan apa yang menjadi pilihannya apakah mau beriman atau mengikuti jalan setan dengan cara membaca ayat-ayat Allah dan mengimaninya. Jika kita mengikutinya berarti kita mengikuti jalan yang lurus, sebaiknya jika kita tidak mau mengikutinya berarti kita mengikuti jalan setan.  Pertanyaan Keempat: Lalu iman Al Ghazali mengajukan pertanyaan ketiga: “Apa yang paling berat di dunia?” Murid-muridnya menjawab: “Baja, Besi,Gajah.  Lalu iman Ghazali menjawab: “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah memegang amanat”. Allah subhanawata’ala berfirman di dalam Surat Al-Ahzab:   إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا    Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS.Al Ahzab: 72).  Dari ayat di atas dapat diambil makna bahwa amanah adalah tugas-tugas agama, yaitu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan seperti shalat dan lainnya. Siap saja yang mengerjakan maka akan mendapatkan pahala, sebalijbya jika manusia meninggalkan maka akan mendapat siksa.  Allah Subhaanahu wa Ta'ala menawarkannya kepada makhluk-makhluk yang besar, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, penawaran pilihan bukan paksaan tetapi bersifat sukarela untuk menerima amanah, Mereka khawatir tidak sanggup memikulnya dan malah mendurhakai Tuhannya. Ketika Allah SWT menawarkannya kepada manusia, manusia menerimanya dan siap memikulnya dengan keadaannya yang zalim lagi jahil (bodoh) karena banyak manusia yang tidak dapat menjaga amanah yang diberikan Allah kepadanya dengan melanggar perintahnya. Perhatikan salah satu hadist berikut:  Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, 'Tunaikanlah amanah kepada orang yang memercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu."(H.R. Abu Daud)  Menjaga amanat disamping amaat dari Allah juga amanat dari manusia dan amanat dari diri sendiri. Bagi manusia maka harus menjaga amanat teman, tetangga, saudara, dan sesame. Menjaga amanat adalah wajib. Jika amanat yang diberikan kepada kita tidak dijaga maka kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, jika tidak dipercaya maka manusia akan banyak kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Demikian juga bagi pemimpin harus menjaga amanat yang diberikan oleh rakyatnya, kita semua adalah pemimpin minimal pemimpin bagi diri sendiri agar menghindari segala yang dilarang Allah. Lebih lanjut di dalam Hadist yang diriwayatkan oleh lbnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya ."(H.R. Bukhari dan Muslim)  Imam Ghazali kembali mengajuman pertanyaan, pertanyaan kelimanya: “Apa yang paling ringan di dunia ini?”  Murid-muridnya ada yang menjawab: “kapas, angin, debu, daun-daun”  Imam Ghazali kembali menjawa: “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah Meninggalkan Sholat. Orang sangat mudah meninggalkan sholat, karena pekerjaan meninggalkan sholat, karena anak meningglkan sholat, karena sakit meninggalkan sholat karena sibu meninggalkan shilat. Manusia dnegan mudah meninggalkan sholat. Sedangkan sholat merupakan ibadah yang pertama kali di hisap di akhirat.  Dar Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,  إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَص مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ  Artinya: “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)  Rasulullah Muhammad SAW bersabda: ASSOLATU 'IMADUDDIN, FA MAN AQOMAHA FAQOD AQOMADDIN, FAMAN TAROKAHA FAQOD HADAMADDIN.  Artinya: Solat itu adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan sholat, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, berarti ia telah meruntuhkan agama.  Menegakan disini bukan saja menjalankan perintah sholat, tetapi juga memaknai sholat. Sholat mengajarkan kita tentang disiplin, kejujuran, dan kepatuhan kepada pemimpin. Sholat juga menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana ayat berikut:  اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  Artinya :“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut ayat : 45)  Artinya dari ayat dan hadist di atas dapat dipahami mengenai pentingnya sholat bagi manusia. Tetapi sholat banyak tinggalkan dengan mudahnya oleh manusia oleh hal-hal sepele. Maka jika mengabaikan sholat akan mendapat celaka di akhirat. Sholat merupakan pembungkus untuk ibadah lainnya, jika sholatnya tidak baik maka pastilah kita akan celaka di akhirat kelak. Inilah kekawatiran iman besar Al-Gazala agar para muridnya tetap menjaga sholatnya.  Lalu Iman Al-Ghazali menyampaikan pertanyaan ke-enam: “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”  Imam Ghazali kembali menjawab: “Itu benar, tapi yang paling tajam di dunia ini adalah Lidah Manusia, karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.  Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Sesama muslim harus saling menghargai satu dengan lainnya, dan menjaga lidah sehingga tidak menyakiti baik sesame muslim maupun dengan muslim lainnya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:  وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا  Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS. Al-Isra': 53)  Semoga kita pengajian di pagi ini memberikan manfaat bagi kita untuk menambah keimanan kita dan sebagai jalan untuk keselamatan di dunia dan akhiran aamiin. Marilah kita berdoa:  سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ  (Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)  Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMuPertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kepala Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhannya para manusia, malaikat, jin dan seluruh penghuni alam semesta, atas karunia-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat hadir di Masjid ini. Marilah kita banyak bersyukur, mudah-mudaham setiap derap langkah kita menuju masjid di pagi-pagi buta ini membuahkan pahala sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat dimata Allah SWT.  Sholawat teriring salam tercurah dan terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke dalam dunia penuh dengan iman dan Islam, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di akhir zaman. Aaminn Ya Rabbal Alamin.   Pada pertemuan ba’da Subuh ini kita akan bicaarakan sekelumit, dari sekian banyak yang telah dilakukan oleh imam besar As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali yang lebih dikenal sebagai Iman Al-Ghazali. Salah satu tokoh besar Islam di bidang Fiqih, melalui kitabnya yang sangat mashur Ihya’Ulumudin.  Pada pertememua Ahad pagi, akan dibicarakan adalah 6 pertanyaan yang diberikan Iman Al-Ghazali kepada murid-muridnya yang penuh makna, dan menjadi bahan untuk koreksi sekaligus sebagai introspreksi untuk terus memperbaiki keimanan kita agar kita mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Selagi kita masih hidup tetap berhati-hati dengan tetap menjaga iman. Allah Ta’ala berfirman,  مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).  Pada saat murid-muridnya berkumpul dihadapannya dan siap menerima ilmu, Imam Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kepada muridnya:  Pertanyaan Pertama:  Imam Ghazali: “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”  Murid-muridnya menjawab: “orangtua, guru, teman dan kaum kerabat”  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah kematian. Sesuai dengan janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati”. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an:  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ   Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS. Ali Imran: 18)   Setiap dari kita yang hadir, akan mati. Mungkin esok pagi, nanti sore, lusa, minggu besok, tahun depan dan seterusnya, kematian itu pasti akan menghampiri kita. Kematian adalah nasehat bagi setiap orang, kehidupan di dunia tidak abadi, dunia hanya persinggahkan, dunia hanya ladang untuk mengumpulkan amal shaleh. Jika sudah saatnya maka kita akan menghadap-Nya tidak dapat dimajukan atau dimundurkan walaupun hanya sedetik, semua sudah dicatat oleh Allah SWT di Lauhul Mahfuzh . Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr: 5 dan al-Mu’minun: 43) sebagai berikut:   مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ  Artinya: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya” (QS al-Hijr [15]: 5;  Allah SWT, mengetahui semua yang kita lakukan. Segala gerak dan tingkah kita tidak ada yang diperhatikannya. Bahkan tidak selembar daunpun gugur tanpa seizinya-Nya (QS. Al-An’aam: 59)  وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab (QS. An-An’aam: 59)  Kematian adalah masalah besar bagi manusia, sehingga disebut sebagai kiamat kecil. Semua kematian yang terjadi pada manusia atas izin-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran sebagai berikut:  وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا  Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS. Ali Imran: 145).  Kapanpun, dimanapun dengan cara apapun, jika kita mati memang sudah kehendaknya, kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan baik, dan kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan sehat, dalam keadaan sakit, sedang jaya-jayanya, atau bahkan masih bayi.  Menurut orang-orang atheis, atau orang-orang kafir menganggap kematian adalah akhir dari segalanya, sedangkan bagi seorang muslim, kematian adalah gerbang menuju ke alam akhirat, sambal menunggu datangnya kiamat, seorang harus mati dan menunggu di Alam Barsah, menunggu pengadilan Allah di Yaumul Masyar, hari pembalasan dari perbuatan yang kita lakukan di dunia.  Setiap manusia tidak dapat lepas dari kematian, kematian adalah kepastian. Allah SWT menjelasjakan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 8 sebagai berikut:  قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ  Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetap akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah : 8).  Kemana kita akan lari dari kematian, sedangkan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah, semua sisi dunia tidak ada yang lepas dari pengawasannya. Fir’aun ingin hidup abadi, sehingga membangun benteng-benteng yang tinggi untuk mencegah kematiannya, ia mati meskipun ia berada di dalam benteng yang kokoh dan tinggi. Allah SWT menegaskan hal ini di dalam ayat berikut:  أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...  Artinya: Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh… (QS an-Nisa:78).  Dari pertanyaan ini, maka kita harus menjadikan kematian sebagai cermin bagi kita untuk selalu taat kepada Allah, dan berbuat kebaikan karena semua yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah. Kematian adalah sesuatu yang pasti, yang akan mendatangi kita kapan saja. Kita harus mempersiapkan diri kita sebaik mungkin agar kita mendapatkan tempat yang baik sebagaimana yang Allah janjikan.    Iman Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kedua: “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”  Murid-muridnya yang menjawab:” bulan, matahari, bintang-bintang”  Iman Al-Ghazali menanggapi jawaban muridnya dengan bijak dan mengatakan bahwa semua jawaban muridya benar”. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Masa lalu tidak pernah akan pernah kembali lagi, masa lalu hanya akan menjadi kenangan yang tidak dapat diulang. Masa lalu akan menjadi kenangan, maka sudah sewajarnya jika kita para manusia harus mengisi hari-hari dengan ibadah dan perbuatan-perbuatan yang diridho oleh Allah agar masa lalu kita diisi dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Buhari:  “Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” (HR. Bukhari)  Dari hadist ini kita harus belajar tentang pentingnya hari ini, untuk menyongsong hari esok. Dalam hadist ini juga terkandung nasehat, agar manusia selalu berusaha lebih baik dari masa sebelumnya.  وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3  Dari nasehat yang kedua dapat mengambil hikmah, agar selalu memperbaiki diri sehingga kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT selalu bertambah.  Ilman Al-Ghazali melanjutkan pada pertanyaan ketiganya. Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya yang menjawab: Gunung, Matahari, Bumi  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah hawa nafsu. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.” Perhatikan firman Allah dalam Surat Araf berikut ini.  وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ  Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al A’Raf: 179).    Kita harus belajar dari beberapa kisah dimasa lalu, peristiwa setan terusir dari surga bukan karena tidak beriman dengan Allah SWT, tetapi karena kesombongannya yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.  وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْن  Artinya: "Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis, enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (QS. Surat Al-Baqarah: 34).  Bukan karena tidak perncaya atau tidak berimannya setan menjadi ahli neraka karena kesombongannya, karena tidak mau menuruti perintah Allah tetapi lebih menuruti hawa nafsunya yang merasa lebih hebat dari manusia. Karena dia terbuat dari api yang mulia, sedangkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang hitam.  Ada hal yang tidak diketahui baik oleh malaikat maupun oleh jin dan iblis bahwa manusia memiliki keistimewaan yaitu diberikan akal yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan apa yang menjadi pilihannya apakah mau beriman atau mengikuti jalan setan dengan cara membaca ayat-ayat Allah dan mengimaninya. Jika kita mengikutinya berarti kita mengikuti jalan yang lurus, sebaiknya jika kita tidak mau mengikutinya berarti kita mengikuti jalan setan.  Pertanyaan Keempat: Lalu iman Al Ghazali mengajukan pertanyaan ketiga: “Apa yang paling berat di dunia?” Murid-muridnya menjawab: “Baja, Besi,Gajah.  Lalu iman Ghazali menjawab: “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah memegang amanat”. Allah subhanawata’ala berfirman di dalam Surat Al-Ahzab:   إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا    Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS.Al Ahzab: 72).  Dari ayat di atas dapat diambil makna bahwa amanah adalah tugas-tugas agama, yaitu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan seperti shalat dan lainnya. Siap saja yang mengerjakan maka akan mendapatkan pahala, sebalijbya jika manusia meninggalkan maka akan mendapat siksa.  Allah Subhaanahu wa Ta'ala menawarkannya kepada makhluk-makhluk yang besar, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, penawaran pilihan bukan paksaan tetapi bersifat sukarela untuk menerima amanah, Mereka khawatir tidak sanggup memikulnya dan malah mendurhakai Tuhannya. Ketika Allah SWT menawarkannya kepada manusia, manusia menerimanya dan siap memikulnya dengan keadaannya yang zalim lagi jahil (bodoh) karena banyak manusia yang tidak dapat menjaga amanah yang diberikan Allah kepadanya dengan melanggar perintahnya. Perhatikan salah satu hadist berikut:  Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, 'Tunaikanlah amanah kepada orang yang memercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu."(H.R. Abu Daud)  Menjaga amanat disamping amaat dari Allah juga amanat dari manusia dan amanat dari diri sendiri. Bagi manusia maka harus menjaga amanat teman, tetangga, saudara, dan sesame. Menjaga amanat adalah wajib. Jika amanat yang diberikan kepada kita tidak dijaga maka kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, jika tidak dipercaya maka manusia akan banyak kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Demikian juga bagi pemimpin harus menjaga amanat yang diberikan oleh rakyatnya, kita semua adalah pemimpin minimal pemimpin bagi diri sendiri agar menghindari segala yang dilarang Allah. Lebih lanjut di dalam Hadist yang diriwayatkan oleh lbnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya ."(H.R. Bukhari dan Muslim)  Imam Ghazali kembali mengajuman pertanyaan, pertanyaan kelimanya: “Apa yang paling ringan di dunia ini?”  Murid-muridnya ada yang menjawab: “kapas, angin, debu, daun-daun”  Imam Ghazali kembali menjawa: “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah Meninggalkan Sholat. Orang sangat mudah meninggalkan sholat, karena pekerjaan meninggalkan sholat, karena anak meningglkan sholat, karena sakit meninggalkan sholat karena sibu meninggalkan shilat. Manusia dnegan mudah meninggalkan sholat. Sedangkan sholat merupakan ibadah yang pertama kali di hisap di akhirat.  Dar Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,  إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَص مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ  Artinya: “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)  Rasulullah Muhammad SAW bersabda: ASSOLATU 'IMADUDDIN, FA MAN AQOMAHA FAQOD AQOMADDIN, FAMAN TAROKAHA FAQOD HADAMADDIN.  Artinya: Solat itu adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan sholat, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, berarti ia telah meruntuhkan agama.  Menegakan disini bukan saja menjalankan perintah sholat, tetapi juga memaknai sholat. Sholat mengajarkan kita tentang disiplin, kejujuran, dan kepatuhan kepada pemimpin. Sholat juga menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana ayat berikut:  اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  Artinya :“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut ayat : 45)  Artinya dari ayat dan hadist di atas dapat dipahami mengenai pentingnya sholat bagi manusia. Tetapi sholat banyak tinggalkan dengan mudahnya oleh manusia oleh hal-hal sepele. Maka jika mengabaikan sholat akan mendapat celaka di akhirat. Sholat merupakan pembungkus untuk ibadah lainnya, jika sholatnya tidak baik maka pastilah kita akan celaka di akhirat kelak. Inilah kekawatiran iman besar Al-Gazala agar para muridnya tetap menjaga sholatnya.  Lalu Iman Al-Ghazali menyampaikan pertanyaan ke-enam: “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”  Imam Ghazali kembali menjawab: “Itu benar, tapi yang paling tajam di dunia ini adalah Lidah Manusia, karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.  Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Sesama muslim harus saling menghargai satu dengan lainnya, dan menjaga lidah sehingga tidak menyakiti baik sesame muslim maupun dengan muslim lainnya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:  وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا  Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS. Al-Isra': 53)  Semoga kita pengajian di pagi ini memberikan manfaat bagi kita untuk menambah keimanan kita dan sebagai jalan untuk keselamatan di dunia dan akhiran aamiin. Marilah kita berdoa:  سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ  (Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)  Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu, Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kepala Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhannya para manusia, malaikat, jin dan seluruh penghuni alam semesta, atas karunia-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat hadir di Masjid ini. Marilah kita banyak bersyukur, mudah-mudaham setiap derap langkah kita menuju masjid di pagi-pagi buta ini membuahkan pahala sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat dimata Allah SWT.  Sholawat teriring salam tercurah dan terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke dalam dunia penuh dengan iman dan Islam, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di akhir zaman. Aaminn Ya Rabbal Alamin.   Pada pertemuan ba’da Subuh ini kita akan bicaarakan sekelumit, dari sekian banyak yang telah dilakukan oleh imam besar As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali yang lebih dikenal sebagai Iman Al-Ghazali. Salah satu tokoh besar Islam di bidang Fiqih, melalui kitabnya yang sangat mashur Ihya’Ulumudin.  Pada pertememua Ahad pagi, akan dibicarakan adalah 6 pertanyaan yang diberikan Iman Al-Ghazali kepada murid-muridnya yang penuh makna, dan menjadi bahan untuk koreksi sekaligus sebagai introspreksi untuk terus memperbaiki keimanan kita agar kita mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Selagi kita masih hidup tetap berhati-hati dengan tetap menjaga iman. Allah Ta’ala berfirman,  مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).  Pada saat murid-muridnya berkumpul dihadapannya dan siap menerima ilmu, Imam Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kepada muridnya:  Pertanyaan Pertama:  Imam Ghazali: “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”  Murid-muridnya menjawab: “orangtua, guru, teman dan kaum kerabat”  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah kematian. Sesuai dengan janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati”. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an:  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ   Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS. Ali Imran: 18)   Setiap dari kita yang hadir, akan mati. Mungkin esok pagi, nanti sore, lusa, minggu besok, tahun depan dan seterusnya, kematian itu pasti akan menghampiri kita. Kematian adalah nasehat bagi setiap orang, kehidupan di dunia tidak abadi, dunia hanya persinggahkan, dunia hanya ladang untuk mengumpulkan amal shaleh. Jika sudah saatnya maka kita akan menghadap-Nya tidak dapat dimajukan atau dimundurkan walaupun hanya sedetik, semua sudah dicatat oleh Allah SWT di Lauhul Mahfuzh . Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr: 5 dan al-Mu’minun: 43) sebagai berikut:   مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ  Artinya: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya” (QS al-Hijr [15]: 5;  Allah SWT, mengetahui semua yang kita lakukan. Segala gerak dan tingkah kita tidak ada yang diperhatikannya. Bahkan tidak selembar daunpun gugur tanpa seizinya-Nya (QS. Al-An’aam: 59)  وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab (QS. An-An’aam: 59)  Kematian adalah masalah besar bagi manusia, sehingga disebut sebagai kiamat kecil. Semua kematian yang terjadi pada manusia atas izin-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran sebagai berikut:  وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا  Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS. Ali Imran: 145).  Kapanpun, dimanapun dengan cara apapun, jika kita mati memang sudah kehendaknya, kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan baik, dan kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan sehat, dalam keadaan sakit, sedang jaya-jayanya, atau bahkan masih bayi.  Menurut orang-orang atheis, atau orang-orang kafir menganggap kematian adalah akhir dari segalanya, sedangkan bagi seorang muslim, kematian adalah gerbang menuju ke alam akhirat, sambal menunggu datangnya kiamat, seorang harus mati dan menunggu di Alam Barsah, menunggu pengadilan Allah di Yaumul Masyar, hari pembalasan dari perbuatan yang kita lakukan di dunia.  Setiap manusia tidak dapat lepas dari kematian, kematian adalah kepastian. Allah SWT menjelasjakan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 8 sebagai berikut:  قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ  Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetap akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah : 8).  Kemana kita akan lari dari kematian, sedangkan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah, semua sisi dunia tidak ada yang lepas dari pengawasannya. Fir’aun ingin hidup abadi, sehingga membangun benteng-benteng yang tinggi untuk mencegah kematiannya, ia mati meskipun ia berada di dalam benteng yang kokoh dan tinggi. Allah SWT menegaskan hal ini di dalam ayat berikut:  أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...  Artinya: Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh… (QS an-Nisa:78).  Dari pertanyaan ini, maka kita harus menjadikan kematian sebagai cermin bagi kita untuk selalu taat kepada Allah, dan berbuat kebaikan karena semua yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah. Kematian adalah sesuatu yang pasti, yang akan mendatangi kita kapan saja. Kita harus mempersiapkan diri kita sebaik mungkin agar kita mendapatkan tempat yang baik sebagaimana yang Allah janjikan.    Iman Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kedua: “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”  Murid-muridnya yang menjawab:” bulan, matahari, bintang-bintang”  Iman Al-Ghazali menanggapi jawaban muridnya dengan bijak dan mengatakan bahwa semua jawaban muridya benar”. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Masa lalu tidak pernah akan pernah kembali lagi, masa lalu hanya akan menjadi kenangan yang tidak dapat diulang. Masa lalu akan menjadi kenangan, maka sudah sewajarnya jika kita para manusia harus mengisi hari-hari dengan ibadah dan perbuatan-perbuatan yang diridho oleh Allah agar masa lalu kita diisi dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Buhari:  “Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” (HR. Bukhari)  Dari hadist ini kita harus belajar tentang pentingnya hari ini, untuk menyongsong hari esok. Dalam hadist ini juga terkandung nasehat, agar manusia selalu berusaha lebih baik dari masa sebelumnya.  وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3  Dari nasehat yang kedua dapat mengambil hikmah, agar selalu memperbaiki diri sehingga kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT selalu bertambah.  Ilman Al-Ghazali melanjutkan pada pertanyaan ketiganya. Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya yang menjawab: Gunung, Matahari, Bumi  Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah hawa nafsu. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.” Perhatikan firman Allah dalam Surat Araf berikut ini.  وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ  Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al A’Raf: 179).    Kita harus belajar dari beberapa kisah dimasa lalu, peristiwa setan terusir dari surga bukan karena tidak beriman dengan Allah SWT, tetapi karena kesombongannya yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.  وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْن  Artinya: "Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis, enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (QS. Surat Al-Baqarah: 34).  Bukan karena tidak perncaya atau tidak berimannya setan menjadi ahli neraka karena kesombongannya, karena tidak mau menuruti perintah Allah tetapi lebih menuruti hawa nafsunya yang merasa lebih hebat dari manusia. Karena dia terbuat dari api yang mulia, sedangkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang hitam.  Ada hal yang tidak diketahui baik oleh malaikat maupun oleh jin dan iblis bahwa manusia memiliki keistimewaan yaitu diberikan akal yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan apa yang menjadi pilihannya apakah mau beriman atau mengikuti jalan setan dengan cara membaca ayat-ayat Allah dan mengimaninya. Jika kita mengikutinya berarti kita mengikuti jalan yang lurus, sebaiknya jika kita tidak mau mengikutinya berarti kita mengikuti jalan setan.  Pertanyaan Keempat: Lalu iman Al Ghazali mengajukan pertanyaan ketiga: “Apa yang paling berat di dunia?” Murid-muridnya menjawab: “Baja, Besi,Gajah.  Lalu iman Ghazali menjawab: “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah memegang amanat”. Allah subhanawata’ala berfirman di dalam Surat Al-Ahzab:   إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا    Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS.Al Ahzab: 72).  Dari ayat di atas dapat diambil makna bahwa amanah adalah tugas-tugas agama, yaitu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan seperti shalat dan lainnya. Siap saja yang mengerjakan maka akan mendapatkan pahala, sebalijbya jika manusia meninggalkan maka akan mendapat siksa.  Allah Subhaanahu wa Ta'ala menawarkannya kepada makhluk-makhluk yang besar, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, penawaran pilihan bukan paksaan tetapi bersifat sukarela untuk menerima amanah, Mereka khawatir tidak sanggup memikulnya dan malah mendurhakai Tuhannya. Ketika Allah SWT menawarkannya kepada manusia, manusia menerimanya dan siap memikulnya dengan keadaannya yang zalim lagi jahil (bodoh) karena banyak manusia yang tidak dapat menjaga amanah yang diberikan Allah kepadanya dengan melanggar perintahnya. Perhatikan salah satu hadist berikut:  Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, 'Tunaikanlah amanah kepada orang yang memercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu."(H.R. Abu Daud)  Menjaga amanat disamping amaat dari Allah juga amanat dari manusia dan amanat dari diri sendiri. Bagi manusia maka harus menjaga amanat teman, tetangga, saudara, dan sesame. Menjaga amanat adalah wajib. Jika amanat yang diberikan kepada kita tidak dijaga maka kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, jika tidak dipercaya maka manusia akan banyak kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Demikian juga bagi pemimpin harus menjaga amanat yang diberikan oleh rakyatnya, kita semua adalah pemimpin minimal pemimpin bagi diri sendiri agar menghindari segala yang dilarang Allah. Lebih lanjut di dalam Hadist yang diriwayatkan oleh lbnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya ."(H.R. Bukhari dan Muslim)  Imam Ghazali kembali mengajuman pertanyaan, pertanyaan kelimanya: “Apa yang paling ringan di dunia ini?”  Murid-muridnya ada yang menjawab: “kapas, angin, debu, daun-daun”  Imam Ghazali kembali menjawa: “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah Meninggalkan Sholat. Orang sangat mudah meninggalkan sholat, karena pekerjaan meninggalkan sholat, karena anak meningglkan sholat, karena sakit meninggalkan sholat karena sibu meninggalkan shilat. Manusia dnegan mudah meninggalkan sholat. Sedangkan sholat merupakan ibadah yang pertama kali di hisap di akhirat.  Dar Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,  إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَص مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ  Artinya: “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)  Rasulullah Muhammad SAW bersabda: ASSOLATU 'IMADUDDIN, FA MAN AQOMAHA FAQOD AQOMADDIN, FAMAN TAROKAHA FAQOD HADAMADDIN.  Artinya: Solat itu adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan sholat, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, berarti ia telah meruntuhkan agama.  Menegakan disini bukan saja menjalankan perintah sholat, tetapi juga memaknai sholat. Sholat mengajarkan kita tentang disiplin, kejujuran, dan kepatuhan kepada pemimpin. Sholat juga menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana ayat berikut:  اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  Artinya :“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut ayat : 45)  Artinya dari ayat dan hadist di atas dapat dipahami mengenai pentingnya sholat bagi manusia. Tetapi sholat banyak tinggalkan dengan mudahnya oleh manusia oleh hal-hal sepele. Maka jika mengabaikan sholat akan mendapat celaka di akhirat. Sholat merupakan pembungkus untuk ibadah lainnya, jika sholatnya tidak baik maka pastilah kita akan celaka di akhirat kelak. Inilah kekawatiran iman besar Al-Gazala agar para muridnya tetap menjaga sholatnya.  Lalu Iman Al-Ghazali menyampaikan pertanyaan ke-enam: “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”  Imam Ghazali kembali menjawab: “Itu benar, tapi yang paling tajam di dunia ini adalah Lidah Manusia, karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.  Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Sesama muslim harus saling menghargai satu dengan lainnya, dan menjaga lidah sehingga tidak menyakiti baik sesame muslim maupun dengan muslim lainnya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:  وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا  Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS. Al-Isra': 53)  Semoga kita pengajian di pagi ini memberikan manfaat bagi kita untuk menambah keimanan kita dan sebagai jalan untuk keselamatan di dunia dan akhiran aamiin. Marilah kita berdoa:  سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ  (Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)  Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kepala Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhannya para manusia, malaikat, jin dan seluruh penghuni alam semesta, atas karunia-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat hadir di Masjid ini. Marilah kita banyak bersyukur, mudah-mudaham setiap derap langkah kita menuju masjid di pagi-pagi buta ini membuahkan pahala sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat dimata Allah SWT.

Sholawat teriring salam tercurah dan terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke dalam dunia penuh dengan iman dan Islam, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di akhir zaman. Aaminn Ya Rabbal Alamin. 

Pada pertemuan ba’da Subuh ini kita akan bicaarakan sekelumit, dari sekian banyak yang telah dilakukan oleh imam besar As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali yang lebih dikenal sebagai Iman Al-Ghazali. Salah satu tokoh besar Islam di bidang Fiqih, melalui kitabnya yang sangat mashur Ihya’Ulumudin.

Pada pertememua Ahad pagi, akan dibicarakan adalah 6 pertanyaan yang diberikan Iman Al-Ghazali kepada murid-muridnya yang penuh makna, dan menjadi bahan untuk koreksi sekaligus sebagai introspreksi untuk terus memperbaiki keimanan kita agar kita mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Selagi kita masih hidup tetap berhati-hati dengan tetap menjaga iman. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Pada saat murid-muridnya berkumpul dihadapannya dan siap menerima ilmu, Imam Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kepada muridnya:

Pertanyaan Pertama:

Imam Ghazali: “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”

Murid-muridnya menjawab: “orangtua, guru, teman dan kaum kerabat”

Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah kematian. Sesuai dengan janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati”. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS. Ali Imran: 18)

Setiap dari kita yang hadir, akan mati. Mungkin esok pagi, nanti sore, lusa, minggu besok, tahun depan dan seterusnya, kematian itu pasti akan menghampiri kita. Kematian adalah nasehat bagi setiap orang, kehidupan di dunia tidak abadi, dunia hanya persinggahkan, dunia hanya ladang untuk mengumpulkan amal shaleh. Jika sudah saatnya maka kita akan menghadap-Nya tidak dapat dimajukan atau dimundurkan walaupun hanya sedetik, semua sudah dicatat oleh Allah SWT di Lauhul Mahfuzh . Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr: 5 dan al-Mu’minun: 43) sebagai berikut:

مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ

Artinya: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya” (QS al-Hijr [15]: 5;

Allah SWT, mengetahui semua yang kita lakukan. Segala gerak dan tingkah kita tidak ada yang diperhatikannya. Bahkan tidak selembar daunpun gugur tanpa seizinya-Nya (QS. Al-An’aam: 59)

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab (QS. An-An’aam: 59)

Kematian adalah masalah besar bagi manusia, sehingga disebut sebagai kiamat kecil. Semua kematian yang terjadi pada manusia atas izin-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran sebagai berikut:

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا

Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (QS. Ali Imran: 145).

Kapanpun, dimanapun dengan cara apapun, jika kita mati memang sudah kehendaknya, kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan baik, dan kadang kematian menjumpai kita dalam keadaan sehat, dalam keadaan sakit, sedang jaya-jayanya, atau bahkan masih bayi.

Menurut orang-orang atheis, atau orang-orang kafir menganggap kematian adalah akhir dari segalanya, sedangkan bagi seorang muslim, kematian adalah gerbang menuju ke alam akhirat, sambal menunggu datangnya kiamat, seorang harus mati dan menunggu di Alam Barsah, menunggu pengadilan Allah di Yaumul Masyar, hari pembalasan dari perbuatan yang kita lakukan di dunia.

Setiap manusia tidak dapat lepas dari kematian, kematian adalah kepastian. Allah SWT menjelasjakan dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 8 sebagai berikut:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetap akan menemui kalian.” (QS al-Jumu’ah : 8).

Kemana kita akan lari dari kematian, sedangkan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah, semua sisi dunia tidak ada yang lepas dari pengawasannya. Fir’aun ingin hidup abadi, sehingga membangun benteng-benteng yang tinggi untuk mencegah kematiannya, ia mati meskipun ia berada di dalam benteng yang kokoh dan tinggi. Allah SWT menegaskan hal ini di dalam ayat berikut:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...

Artinya: Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh… (QS an-Nisa:78).

Dari pertanyaan ini, maka kita harus menjadikan kematian sebagai cermin bagi kita untuk selalu taat kepada Allah, dan berbuat kebaikan karena semua yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dari Allah. Kematian adalah sesuatu yang pasti, yang akan mendatangi kita kapan saja. Kita harus mempersiapkan diri kita sebaik mungkin agar kita mendapatkan tempat yang baik sebagaimana yang Allah janjikan.


Iman Al-Ghazali mengajukan pertanyaan kedua: “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”

Murid-muridnya yang menjawab:” bulan, matahari, bintang-bintang”

Iman Al-Ghazali menanggapi jawaban muridnya dengan bijak dan mengatakan bahwa semua jawaban muridya benar”. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Masa lalu tidak pernah akan pernah kembali lagi, masa lalu hanya akan menjadi kenangan yang tidak dapat diulang. Masa lalu akan menjadi kenangan, maka sudah sewajarnya jika kita para manusia harus mengisi hari-hari dengan ibadah dan perbuatan-perbuatan yang diridho oleh Allah agar masa lalu kita diisi dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Buhari:

“Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” (HR. Bukhari)

Dari hadist ini kita harus belajar tentang pentingnya hari ini, untuk menyongsong hari esok. Dalam hadist ini juga terkandung nasehat, agar manusia selalu berusaha lebih baik dari masa sebelumnya.

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3

Dari nasehat yang kedua dapat mengambil hikmah, agar selalu memperbaiki diri sehingga kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT selalu bertambah.

Ilman Al-Ghazali melanjutkan pada pertanyaan ketiganya. Iman Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya yang menjawab: Gunung, Matahari, Bumi

Imam Ghazali: “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah hawa nafsu. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.” Perhatikan firman Allah dalam Surat Araf berikut ini.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al A’Raf: 179).


Kita harus belajar dari beberapa kisah dimasa lalu, peristiwa setan terusir dari surga bukan karena tidak beriman dengan Allah SWT, tetapi karena kesombongannya yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.

وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْن

Artinya: "Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis, enggan dia dan menyombong, karena adalah dia dari golongan makhluk yang kafir." (QS. Surat Al-Baqarah: 34).

Bukan karena tidak perncaya atau tidak berimannya setan menjadi ahli neraka karena kesombongannya, karena tidak mau menuruti perintah Allah tetapi lebih menuruti hawa nafsunya yang merasa lebih hebat dari manusia. Karena dia terbuat dari api yang mulia, sedangkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang hitam.

Ada hal yang tidak diketahui baik oleh malaikat maupun oleh jin dan iblis bahwa manusia memiliki keistimewaan yaitu diberikan akal yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan apa yang menjadi pilihannya apakah mau beriman atau mengikuti jalan setan dengan cara membaca ayat-ayat Allah dan mengimaninya. Jika kita mengikutinya berarti kita mengikuti jalan yang lurus, sebaiknya jika kita tidak mau mengikutinya berarti kita mengikuti jalan setan.

Pertanyaan Keempat: Lalu iman Al Ghazali mengajukan pertanyaan ketiga: “Apa yang paling berat di dunia?” Murid-muridnya menjawab: “Baja, Besi,Gajah.

Lalu iman Ghazali menjawab: “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah memegang amanat”. Allah subhanawata’ala berfirman di dalam Surat Al-Ahzab:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا


Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS.Al Ahzab: 72).

Dari ayat di atas dapat diambil makna bahwa amanah adalah tugas-tugas agama, yaitu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan seperti shalat dan lainnya. Siap saja yang mengerjakan maka akan mendapatkan pahala, sebalijbya jika manusia meninggalkan maka akan mendapat siksa.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala menawarkannya kepada makhluk-makhluk yang besar, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, penawaran pilihan bukan paksaan tetapi bersifat sukarela untuk menerima amanah, Mereka khawatir tidak sanggup memikulnya dan malah mendurhakai Tuhannya. Ketika Allah SWT menawarkannya kepada manusia, manusia menerimanya dan siap memikulnya dengan keadaannya yang zalim lagi jahil (bodoh) karena banyak manusia yang tidak dapat menjaga amanah yang diberikan Allah kepadanya dengan melanggar perintahnya. Perhatikan salah satu hadist berikut:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, 'Tunaikanlah amanah kepada orang yang memercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu."(H.R. Abu Daud)

Menjaga amanat disamping amaat dari Allah juga amanat dari manusia dan amanat dari diri sendiri. Bagi manusia maka harus menjaga amanat teman, tetangga, saudara, dan sesame. Menjaga amanat adalah wajib. Jika amanat yang diberikan kepada kita tidak dijaga maka kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, jika tidak dipercaya maka manusia akan banyak kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Demikian juga bagi pemimpin harus menjaga amanat yang diberikan oleh rakyatnya, kita semua adalah pemimpin minimal pemimpin bagi diri sendiri agar menghindari segala yang dilarang Allah. Lebih lanjut di dalam Hadist yang diriwayatkan oleh lbnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya ."(H.R. Bukhari dan Muslim)

Imam Ghazali kembali mengajuman pertanyaan, pertanyaan kelimanya: “Apa yang paling ringan di dunia ini?”

Murid-muridnya ada yang menjawab: “kapas, angin, debu, daun-daun”

Imam Ghazali kembali menjawa: “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah Meninggalkan Sholat. Orang sangat mudah meninggalkan sholat, karena pekerjaan meninggalkan sholat, karena anak meningglkan sholat, karena sakit meninggalkan sholat karena sibu meninggalkan shilat. Manusia dnegan mudah meninggalkan sholat. Sedangkan sholat merupakan ibadah yang pertama kali di hisap di akhirat.

Dar Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَص مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ

Artinya: “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: ASSOLATU 'IMADUDDIN, FA MAN AQOMAHA FAQOD AQOMADDIN, FAMAN TAROKAHA FAQOD HADAMADDIN.

Artinya: Solat itu adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan sholat, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, berarti ia telah meruntuhkan agama.

Menegakan disini bukan saja menjalankan perintah sholat, tetapi juga memaknai sholat. Sholat mengajarkan kita tentang disiplin, kejujuran, dan kepatuhan kepada pemimpin. Sholat juga menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana ayat berikut:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya :“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut ayat : 45)

Artinya dari ayat dan hadist di atas dapat dipahami mengenai pentingnya sholat bagi manusia. Tetapi sholat banyak tinggalkan dengan mudahnya oleh manusia oleh hal-hal sepele. Maka jika mengabaikan sholat akan mendapat celaka di akhirat. Sholat merupakan pembungkus untuk ibadah lainnya, jika sholatnya tidak baik maka pastilah kita akan celaka di akhirat kelak. Inilah kekawatiran iman besar Al-Gazala agar para muridnya tetap menjaga sholatnya.

Lalu Iman Al-Ghazali menyampaikan pertanyaan ke-enam: “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab : “Pedang”

Imam Ghazali kembali menjawab: “Itu benar, tapi yang paling tajam di dunia ini adalah Lidah Manusia, karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Sesama muslim harus saling menghargai satu dengan lainnya, dan menjaga lidah sehingga tidak menyakiti baik sesame muslim maupun dengan muslim lainnya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS. Al-Isra': 53)

Semoga kita pengajian di pagi ini memberikan manfaat bagi kita untuk menambah keimanan kita dan sebagai jalan untuk keselamatan di dunia dan akhiran aamiin. Marilah kita berdoa:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik)

Artinya: Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu