Pernah Mengalami Dejavu? Inilah yang Sebenarnya Terjadi. Pernahkah Anda tiba-tiba merasa familiar dengan suatu tempat? Atau merasa pernah bertemu dan melakukan percakapan yang sama persis dengan seseorang sebelumnya? Fenomena familiar ini dikenal dengan dejavu. Ternyata, keadaan ini adalah cara otak menyampaikan pesannya.
Dejavu membuat Anda seperti mengenal seseorang atau berkunjung ke suatu tempat sebelumnya, padahal mungkin itu cuma perasaan saja. Tahun 2014 Scientific American melaporkan bahwa kejang di bagian otak yang mengatur memori bisa menjadi alasan kenapa seseorang merasa familiar dengan sesuatu, meski sebenarnya itu adalah pengalaman pertamanya.
Apa arti dari dejavu?
Dejavu atau “déjà vu” berasal dari bahasa Prancis yang artinya “sudah pernah melihat”. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Émile Boirac, seorang filosofis dan ilmuwan asal Prancis pada tahun 1876.
Banyak psikolog dan psikiater lain yang mencoba menjelaskan penyebab terjadinya dejavu. Menurut Sigmund Freud, terjadinya fenomena ini berhubungan dengan keinginan seseorang yang terpendam. Sedangkan Carl Jung mengatakan, déjà vu terjadi karena ada sesuatu yang memicu alam bawah sadar seseorang.
Kejadian dejavu dialami oleh 60 – 80% orang dan berlangsung singkat, sekitar 10 sampai 30 detik. Fenomena ini terjadi secara acak, artinya tidak ada yang tahu siapa dan kapan fenomena déjà vu akan berlangsung. Selain itu, sebanyak 96% orang mengatakan mereka mengalami dejavu lebih dari sekali.
Para ilmuwan percaya bahwa dejavu terjadi saat hipokampus-bagian dari otak besar yang mengolah memori—mengaktifkan 2 sirkuit saraf berbeda secara bersamaan. Keduanya memiliki peran yang berbeda; satu sirkuit mencerna pengalaman yang seseorang alami saat itu dan sirkuit kedua mencari memori. Hal inilah yang memicu rasa familiar terhadap sesuatu.
Di bawah ini ada beberapa teori yang mungkin bisa menjawab alasan dibalik terjadinya dejavu, yaitu:
1. Pikiran Anda teralihkan
Ketika pikiran seseorang sedang terganggu dan tidak bisa berkonsentrasi, kemungkinan terjadinya déjà vu makin besar. Teori ini disebut split-perception, yaitu keadaan di mana kesadaran Anda akan terbagi.
Contohnya, Anda sedang main handphone dan nama Anda dipanggil, otomatis kesadaran serta pikiran akan teralihkan. Hal ini membuat hipokampus jadi bingung dan bisa diterjemahkan sebagai fenomena dejavu. Tetapi, perasaan ini lama-lama akan hilang saat pikiran Anda sudah tidak terganggu.
2. Anda memang mengalaminya
Terkadang, fenomena ini tidak benar-benar terjadi. Apa maksudnya? Perasaan familiar tersebut bisa muncul karena Anda memang benar-benar mengalaminya sebelumnya. Hanya saja, Anda melupakannya.
Sebuah penelitian yang terbitkan dalam Current Directions In Psychological Science tahun 2008 menemukan dejavu seringkali berhubungan dengan pengalaman masa lalu, dan Anda tidak mengingatnya.
Menariknya lagi, temuan Anne M. C., dkk. tahun 2018 menunjukkan bahwa kemiripan penataan suatu tempat bisa memicu terjadinya déjà vu, meski lokasi tersebut sama sekali berbeda.
3. Anda kurang tidur
Kualitas tidur yang buruk bisa meningkatkan frekuensi terjadinya dejavu. Kurang tidur akan menyebabkan kelelahan dan stres, serta dipercaya memicu fenomena tersebut. Kelelahan ini mungkin membuat otak salah menerjemahkan informasi.
4. Masalah pada memori
Para ahli percaya bahwa dejavu adalah hasil dari fenomena memori, yakni ketika seseorang berada di situasi yang mirip dengan pengalaman sebelumnya tetapi ia tidak bisa mengingatnya. Jadi, sebenarnya otak mengenali kemiripan itu tetapi kita hanya merasa familiar karena tidak mengingatnya. Ada teori lain yang mengatakan déjà vu mungkin merupakan hasil dari respons otak terhadap konflik memori.
5. Bisa jadi tanda epilepsi
Dejavu bisa menjadi tanda-tanda masalah kesehatan. Fenomena ini sering ditemukan pada penderita epilepsi. Déjà vu yang terjadi pada penderita epilepsi disebabkan karena kejang di satu bagian otak (kejang fokal) dan memicu disorientasi.
Jika Anda mengalami dejavu disertai dengan gejala lain, seperti gangguan penglihatan atau gerakan tidak wajar pada mulut dan wajah, segera konsultasikan dengan dokter.
Kenapa dejavu bisa terjadi?
Selain tidak memiliki gejala dan durasinya yang singkat, fenomena dejavu masih belum sepenuhnya dipahami secara ilmiah. Penjelasan pasti terkait alasan terjadinya fenomena ini juga sulit untuk dicari karena studinya sendiri tidak mudah dilakukan.
Namun, beberapa penelitian menemukan sejumlah teori yang bisa menjelaskan mengapa dejavu terjadi, antara lain:
1. Kejang di lobus temporal
Penyebab kejang ini masih belum diketahui. Tetapi, trauma pada otak, infeksi, stroke, tumor otak, serta faktor genetik diyakini dapat mempengaruhi terjadinya kejang fokal ini.
Sebelum serangan kejang datang, biasanya penderita akan merasa takut tanpa alasan, halusinasi, hingga dejavu.
Saat kejang lobus temporal ini berlangsung, terjadi penurunan kemampuan untuk merespon lingkungan sekitar. Bahkan, muncul juga gerakan involunter yang sama dan berulang-ulang, seperti mendecakkan lidah atau menggerakkan jari-jari tangan.
2. Gangguan sirkuit otak
Dejavu bisa terpicu ketika otak mencerna informasi dari lingkungan sekitar dan langsung mengirimkannya ke bagian otak yang menyimpan memori jangka panjang. Malfungsi sirkuit inilah yang membuat seseorang seolah-olah mengalami kembali kejadian dari masa lalu.
3. Aktivasi rhinal cortex
Bagian otak yang berperan dalam mendeteksi rasa familiar, yaitu rhinal cortex, bisa teraktivasi tanpa memicu sirkuit memori (hipokampus). Nah, aktivasi kerja rhinal cortex ini menjelaskan kenapa dejavu terasa begitu tidak jelas dan Anda tidak bisa mengingat kejadian yang sebenarnya.
Salah satu vitamin yang bagus untuk kesehatan otak adalah Konilife Focus 30 Kap - Vitamin Daya Ingat (Rp 148.500). Focus dengan kombinasi ekstrak Curcuma Xanthorriza dan Hupperzia Cerratae untuk membantu meningkatkan daya ingat. Vitamin ini juga mempertahankan kemampuan memori kognitif pada orang tua usia lanjut.
Referensi : Pernah Mengalami Dejavu? Inilah yang Sebenarnya Terjadi