Kisah ini diceritakan oleh seorang kawannya Zie. Cerita ini kemudian berkembang, dan tersebar di lini masa media sosial, dan berikut kisah lengkapnya.
SAYA memiliki seorang sahabat, namanya Zie, Ia seorang ASN yang tak pernah mau diajak main proyek, apalagi cincai soal mark up harga. Dia santai saja hidupnya, menikmati gajinya sebagai ASN, yang serba pas-pasan, prinsipnya, asal tidak makan uang haram, sesuatu yang bukan haknya.
Saat ramadhan, Zie dan keluarganya dalam ujian kesulitan ekonomi, karena itu, Ia berniat jualan takjil buatan istrinya kepada kawan-kawan di kantornya. Dan hari ini, istri tercintanya membuat 80 takjil untuk di bawa Zie ke kantor.
Sampai kantor, Zie dengan semangat promosi takjil buatan istrinya, dengan harapan, kawannya dikantor mau membeli, Ia bergerak dari satu ruang kantor ke ruang lainnya, penuh semangat promo takjil yang ingin Ia juga. Namun, tak satupun takjil tersebut laku, kawan-kawannya tak ada yang mau membeli. Hingga waktu pulang, belum satupun dagangan Zie laku, Ia menghela nafas, menahan tangis sekuat mungkin, agar air matanya tak Jatuh. Namun, bulir dan tetesan air mata tak sanggup Ia tahan juga, menetes dari sudut kelopak mata Zie, Ia menangis.
Namun Zie pria kuat, segera Ia menyeka air matanya, Ia melangkah keluar kantor, menuju pulang. Saat tiba di gerbang, Ia mendapati lima petugas keamanan, Ia beri takjil yang Ia bawa tadi. Mungkin karena simpati pada Zie, para Satpam itu ingin membayar harga takjil itu, namun Zie menolak.
Sebelum tiba di rumah, Zie mampir sholat Ashar di Masjid, selesai ashar dia serah kan seluruh ta’jil ke pengurus masjid utk buka puasa gratis.
Tindakan itu membuat pengurus masjid mencatat nama, nomor telpon, dan alamat. Zie menyetujuinya, namun Ia berpesan kepada pengurus Masjid, untuk tidak mengumumkan namanya.
Sesampai di rumah, Zie disambut istrinya dengan keceriaan, dan tentu saja wajah bahagia terlihat nyata, sebab Zie tidak membawa pulang takjil, artinya Ia pikir takjil yang Ia Buat tadi habis terjual. Namun seketika, wajah istri Zie berubah, kala melihat suami yang Ia cintai wajahnya lesu, tak seperti biasa.
“Kenapa bang. Kan ta’jilnya habis.”
“Iya habis. Tapi Ndak ada duitnya.” Kata Zie.
“Lho kok bisa? Pada ngutang?”
Istrinya mulai lesu juga.
“Bukan. Gak ada yg beli di kantor. Jadi 5 kukasih satpam 75 kukasih mesjid”.
“Oh”
Muka kecewa istri buat Zie makin teriris. Tapi tak lama kemudian istrinya berwajah cerah lagi.
“Gak apa-apalah bang. Belum rejeki. Kita diminta menjamu tamu Allah. Yuk siap-siap, bentar lagi magrib”.
Takjub Zie melihat keikhlasan istrinya.
Setelah selesai tarawih tiba ada telepon masuk dari nomor yg tidak dikenal.
Diangkat Zie
“Assalamualaikum warahmatullahi wa”
“Waalaikumsalam warahmatullahi Wabarokatuh. Apa benar ini bapak yang tadi ngasih ta’jil ke mesjid?”
“Benar pak ada yg bisa saya bantu?”
“Tadi kebetulan kami mampir masjid. Gak kekejar buka di rumah saya. Saya makan bubur sumsumnya. Istri makan bubur ketan hitamnya. Enaaaak banget.”
“Alhamdulillah pak. Terimakasih”.
“Nah mulai besok sampai tamat ramadhan saya pesen 1000 ta’jil tiap hari. Bisa?”
Zie terkejut. Dan berteriak Allahuakbar dalam hati. Gemetar dirinya. Ta’jil yg dianggap gak laku malah mendatang customer yg dasyat.
“Bi..bisa pak. Tapi maaf keuangan saya lagi terpuruk. Modal untuk 1000 hari I aja gak ada”.
“Tenang, nanti dihitung saja semua. Lalu bapak kirimkan perhitungan itu kepada saya, dan sekalian nomor rekening. Saya bayar cash untuk 28 hari”.
“Ya Allah ini saya tidak mimpi kan pak.”
Ketawa yang di seberang.
“Oya ta’jil akan dijemput supir dan pegawai saya. Kalian cuma buat aja”
“Terima kasih yang tak terhingga pak. Semoga Jannah utk Bapak”.
Telepon ditutup. Dan dia menghitung semua kebutuhan kemudian hitungan di foto dan dia kirim ke nomor bapak dermawan tadi berikut rekeningnya.
10 menit kemudian notifikasi dari e banking nya. Masya Allah sudah masuk uang puluhan juta yg tadi dia tulis