Sebab Hati Pria Hancur dari Perceraian. Ikrar pernikahan sehidup semati di depan para saksi, kerabat, tamu undangan, dan pemuka agama adalah momen yang tak terlupakan, baik indahnya, sakralnya, maupun harunya perasaan. Terbayang masa depan indah yang menunggu di depan sana, hadirnya bayi mungil nan lucu, dan perjuangan untuk bisa mapan secara ekonomi: punya rumah sendiri, membeli kendaraan, berinvestasi, dan liburan bersama keluarga.
Lalu tiba-tiba kata itu muncul: cerai! Dunia mendadak runtuh. Jangan dikira hanya kaum wanita yang terpukul. Rasa sakit yang sama juga dialami oleh para pria.
“Ya, kesedihan yang dialami wanita dan pria sama saja, karena telah tercatat dalam sejarah hidup keduanya,” kata Dewi Faeni, hipnoterapis dan konsultan pernikahan yang juga pengarang buku HypnoMarriage. Namun, besar-kecilnya kesedihan sangat relatif, tergantung dari penyebab perceraian itu.
Menurut Dewi, ada tiga penyebab utama pria merasa hancur karena perceraian. “Pertama, perselingkuhan. Apalagi jika pria idaman si istri berusia lebih muda, tampan, dan kaya. Ini pukulan telak karena terkait dengan ego lelaki. Akan muncul pertanyaan: Apakah kurang perkasa? Atau, apakah kurang memberi kebahagiaan lahir dan batin?” kata Dewi.
Penyebab kedua adalah berpisah dari anak. Tidak bisa hidup dan berada bersama keturunannya adalah pukulan berat bagi tiap pria. Bagaimanapun juga, bagi seorang pria, anak adalah ahli waris genetikanya.
Sedangkan yang ketiga, keharusan membagi harta benda seperti rumah atau kendaraan. “Membagi harta seolah membelah hati pria menjadi dua,” kata Dewi.
Meski terpukul dan sedih, pria akan sembuh lebih cepat daripada wanita, meskipun tidak ada patokan waktu berapa lama ia akan sembuh. “Karena secara anatomi, biologis, antropologis, dan sosiologis, pria itu memakai otak kiri sehingga tidak terlalu terlibat pada romantisisme masa lalu. Mereka tidak seemosional wanita dalam menghadapi hal ini.” Menurut Dewi, hal ini terjadi pada 92 persen pria, meski yang 17 persen lainnya memang susah move on. ”Mungkin, yang termasuk di antara 17 persen itu adalah Theo.”
Dewi melanjutkan, pada kasus yang 92 persen, pria bisa melampiaskan kesedihannya dengan mencari wanita lain atau tenggelam dalam hobi dan pekerjaan. Beberapa bahkan sudah menggandeng wanita lain sebelum hakim mengetuk keputusan cerai. Pada kasus perceraian yang tidak terkait ego, ada kemungkinan pria bisa berdamai dengan sang istri. Tapi, hal ini juga sangat tergantung pada karakter pria itu sendiri. Kebanyakan, pria berpikir ringkas: yang lalu, biarlah berlalu. ‘Tutup buku’ pada semua hal yang terkait dengan mantan istri. Titik.
Yang agak sulit justru ketika perceraian ini melibatkan anak, karena penanganannya menjadi sangat berbeda. Biasanya, anak akan merekam peristiwa ini dalam memorinya dan besar kemungkinan menjadi hal yang traumatis bagi mereka. Bisa jadi, perceraian akan mengubah sikap sekaligus cara pandang mereka pada banyak hal. Dan dalam hal ini membutuhkan bantuan dari para ahli, psikolog atau bahkan psikiater.
Referensi : Sebab Hati Pria Hancur dari Perceraian